Act 1: Sang Ksatria Kegelapan Misterius
Bentrokan Dengan Teman Masa Kecil
٠ Ksatria Kegelapan Kuroki ٠
「 Mudah sekali 」
Tidak ada yang bisa menahan sihir tidurku sampai aku tiba di sini. Aku buat semua orang yang kutemui sejauh ini untuk tidur.
Jika aku tau akan semudah ini, aku tidak perlu pakai armor ksatria kegelapanku. Aku mempertimbangkan kemungkinan menjadi pertempuran sengit, tapi….
Aku menggelengkan kepalaku, karena kecerobohan akan menyebabkan kejatuhanmu. Lebih baik aman daripada menyesal.
Selama aku membuka pintu ke ruang altar, aku berharap bertemu Rena di sana.
Aku mengirim perintah telepati ke spartoi untuk menghentikan siapa pun memasuki ruangan ini.
Setelah aku membuka pintu dan masuk, aku menemukan ruang altar yang sangat lebar. Ruangan itu diterangi oleh beberapa alat sihir cahaya.
Formasi sihir besar digambar di tengah ruangan.
Dan ada lentera batu yang sedikit lebih tinggi dari kuberdiri di 4 sudut formasi sihir.
Lentera batu agak mirip dengan yang kulihat ketika aku dipanggil oleh Modes. Tidak diragukan lagi, ini adalah alat pemanggil yang dibuat oleh dewa pengrajin, Heibos.
Dan kemudian, seorang wanita berdiri di pusat formasi sihir dengan punggungnya menghadapiku.
「 Sudahkah kau menangkap penyusup, kepala imam? 」
Rena menanyakan pertanyaan itu tanpa berbalik arah.
「 Maaf saja ya, aku bukan kepala imam 」
Rena berbalik setelah mendengar kata-kataku.
「 Ksatria kegelapan... bukan, DIEHART!!! 」
Rena tergagap dengan wajah panik.
「 Transfer (TELEPORT)!!! 」
Tetapi formasi sihir tidak bisa dipanggil.
「 Maafkan aku, aku menyegel sihir transfer saat aku memulai serangan ke kuil suci ini. Tidak ada seorang pun di area ini yang dapat menggunakan sihir transfer untuk saat ini 」
Ekspresi Rena terkejut.
Aku pernah dengar kalau sihir untuk menyegel sihir lawan tidak dapat digunakan jika ada perbedaan besar dalam tingkat kekuatan magis dengan lawan. Jadi, aku kira jumlah kekuatan magis Rena tidak jauh berbeda.
Jika metode ini tidak berhasil, maka itu tidak bisa dihindari. Aku lega kalau semuanya berjalan lancar.
Ketika aku mendekati Rena, dia buat langkah mundur sambil mengamati sekelilingnya.
Mungkin, dia mencari senjata.
Tapi, sepertinya tidak ada apa pun di ruangan ini yang bisa di pakai buat senjata.
「 Targetmu adalah... aku 」
Aku menggelengkan kepala dalam penyangkalan dan kemudian melepaskan helmku.
Aku bisa mendengar Rena menahan nafasnya.
「 Senang bertemu denganmu, Dewi Rena. Maafkan aku karena mengganggu kuil-mu dengan cara ini 」
Jadi, aku menunjukkan sikapku sambil memegang helmku di sisiku.
Aku cemas apakah sopan santun yang kulakukan ini tepat untuknya.
Aku belajar dari Modes tentang cara salam dengan para dewa dunia ini. Aku berpikir bahwa aku perlu belajar salam setelah menebak kalau aku akan berakhir bepergian ke seluruh dunia ini.
Cara dunia ini tidak jauh berbeda dengan yang ada di duniaku. Karena tampaknya tidak ada titik kontak atau kesamaan budaya negara dengan duniaku, mungkin itu hanya kebetulan semata.
Masalahnya menunjukkan salamku karena belum memutuskan apakah Rena orang jahat apa nggak.
Meskipun dia mungkin bukan orang jahat, aku tidak bisa hanya menunjukkan sikap tidak sopan di depannya.
Ketika aku mengangkat kepala dan menatapnya, aku melihat sosok yang bahkan lebih cantik dari gambarnya.
Rena menatap tajam ke wajahku.
Aku menunggu ucapan Rena.
Tapi, dia terus menatap wajahku tanpa mengatakan apapun.
「 Dewi…. Rena? 」
Aku malu-malu memanggil namanya.
「 Yesh…. EH… 」
Sepertinya dia akhirnya kembali ke akal sehatnya. Rena sedikit bingung.
「 S-Sepertinya targetmu bukan aku. Apa tujuanmu datang kesini, ksatria kegelapan? 」
Rena tersenyum lembut. Secara tidak sengaja, aku terpesona oleh senyumnya.
Mungkin dia lega karena aku tidak bertujuan untuk hidupnya.
「 Dewi Rena, bolehkah aku mengkonfirmasi sesuatu darimu? 」
「 K... Konfirmasi? 」
「 Ya. Apakah kau…. akan memanggil orang-orang dari dunia roh seperti aku lagi? 」
Di sana, aku berbohong. Aku berpikir untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin dari Rena, karena aku sudah jauh-jauh datang ke tempat ini.
「 Ah, jadi tentang itu ya... Kau salah paham, ksatria kegelapan Diehart 」
Sepertinya Rena berpikir kalau aku datang ke sini untuk mencegah pemanggilan.
「 Lalu... apa? 」
「 Ini untuk mengirim rekan pahlawan kembali. Bukankah itu membuatmu lega? 」
Rena masih berpikir ada pertentangan antara pahlawan dan aku. Mungkin dia berpikir bahwa akan lebih mudah bagiku jika rekan pahlawan menjadi tidak ada.
「 Emang sih akan menurunkan potensi perangku karena memanggil orang dari dunia roh telah dilarang oleh dunia dewa. Jadi, tidak ada pemanggilan lagi 」
「 Benarkah itu? Aneh sekali, sejauh yang kutau, mengembalikan orang yang dipanggil ke dunia asli mereka dengan seni ini kan…. seharusnya tidak mungkin? 」
「 Ah, sepertinya kau sudah tau tentang itu dari Modes… Tapi, kau tak punya pilihan selain memercayainya. Tidak lagi pemanggilan orang adalah kebenaran 」
「 Dimengerti, mari kita asumsikan bahwa aku mempercayai ceritamu. Tapi, tindakanmu akan menempatkan rekan pahlawan dalam bahaya besar, bukan? 」
「 Emang benar sih. Tapi, itu tidak ada hubungannya denganmu, kan? 」
Ketika aku mendengar ucapan Rena, aku memakai helm-ku lagi.
Aku sudah mengkonfirmasi semuanya.
「 Ksatria... kegelapan? 」
Karena keadaanku berubah begitu tiba-tiba, Rena memanggilku dengan suara bingung.
Pertanyaan lebih lanjut tidak berguna.
Aku menarik pedangku sambil melompat tinggi dan kemudian memotong salah satu alat pemanggilan.
「 A-APA…. 」
Rena terkejut.
Bagian atas perangkat bantuan hancur dan jatuh ke lantai dengan keras.
Setelah itu, aku memotong yang kedua, dan perangkat ketiga.
Setelah mengiris yang keempat, aku mengarahkan pedangku ke arah Rena.
「 Apa 'pahlawan' bagimu? 」
Aku mengatakan begitu sambil menekan amarahku.
Rena bingung setelah mendengar pertanyaanku. Ada sedikit rasa takut bercampur dalam ekspresinya.
「 ... Itu benar... Wajar aja karena kau juga orang yang dipanggil 」
Rena bergumam dengan dugaan yang sedikit salah dimengerti.
「 Kenapa kau pergi sejauh itu untuk mengelabui para pahlawan... 」
Ucapku sambil mengarahkan pedangku ke Rena.
「 Itu karena... aku melakukan seni pemanggil untuk memusnahkan masalah besar... 」
Kata Rena dengan wajah pahit.
Entah kenapa dia kehilangan ketenangannya sampai hampir membuat seni pemanggil.
「 Benarkah itu... 」
「 Mau bagaimana lagi kan, semua itu karena si jijay. Si jelek Modes membuat tiruanku…. 」
Kata Rena sambil mengalihkan tatapannya.
「 Dia akhirnya dikeluarkan dari Elios setelah mengalami berbagai kesulitan, namun... KENAPA DIA MELAKUKAN HAL-HAL TERSEBUT!!! 」
Aku tidak bisa membalas apa pun setelah mendengar kata-katanya.
Asal usul perselisihannya dengan Modes adalah karena wajah Modes yang jelek. Dan kemudian, kami dipanggil untuk menyelesaikan perselisihan ini.
Sejujurnya, aku kehilangan kekuatan aku setelah mendengar itu.
Tapi, ketika aku mencoba memikirkannya lagi, mungkin penyebab perselisihan ini adalah karena keadaan emosional seperti kasus ini.
Namun, aku mulai pusing memikirkan bahwa tidak ada yang akan terjadi jika Modes adalah tipe pria yang akan dicintai oleh wanita.
Raja iblis dalam cerita telah menculik sang putri. Mungkin cerita yang digunakan untuk mengumpulkan para pahlawan untuk bepergian dan mengalahkan raja iblis adalah agar tidak menyebabkan kekecewaan setelah mendengar kebenaran?
Dan lagian, jika raja iblis adalah seorang tampan, dia tidak perlu menculik wanita jika dia disukai oleh mereka semua, dan dengan begitu tidak akan ada konflik. Sebaliknya, kenapa mereka harus bertarung?
Si putri yang tidak memiliki kesempatan untuk mengucapkan kalimat mungkin akan mengutuk, "MATI, KAU BABI BUSUK!" kepada raja iblis. Karena aku belum pernah dengar cerita dimana putri yang baik hati menyisakan hidupnya kepada raja iblis yang dikalahkan.
Tapi, itu bukan alasan baginya untuk mengelabui Shirone.
Dia setidaknya harus memberi tau mereka alasan sebenarnya. Itu mungkin adalah hasil terbaik untuk Rena dan makhluk yang dipanggil lainnya.
「 Dewi Rena, tolong katakan yang sebenarnya kepada para pahlawan 」
Aku mengarahkan pedangku ke arah Rena.
Udara tegang melayang antara aku dan Rena.
「 … Hei, maukah kau jadi ksatriaku? 」
Tapi, Rena mengatakan kata-kata yang paling tidak terduga.
「 HAAH!? 」
Aku mengeluarkan suara yang sangat terkejut.
「 Aneh bagi orang sepertimu untuk melayani Modes. Karena itulah, kau harus jadi ksatriaku 」
Apa sih yang dibicarakan si dewi ini?
Lalu, pahlawan mau kau kemanakan?
Saat aku mendengarkan permintaan aneh itu.
Saat aku mendengarkan permintaan aneh itu.
Sebuah bayangan melompat keluar dari pintu yang terbuka.
「 CCIIAATT!!! 」
Bayangan mendekat dan menebas ke arahku begitu saja.
Aku mundur untuk menghindari tebasan itu.
「 Terimaksih tuhan, apa kau baik-baik saja, dewi Rena? 」
Bayangan itu tidak lain adalah Shirone.
「 Maaf karena terlambatannya. Ada spartoi yang menghalangi jalan... 」
Shirone mengarahkan pedangnya padaku sambil melindungi Rena di belakangnya.
「 Dasar pengecut. BAGAIMANA BISA KAU BERANI MENGARAHKAN PEDANGMU KE WANITA YANG TAK BERSENJATA!! 」
Shirone menatapku dengan wajah marah.
Sejujurnya, aku tak ingin dia menatapku dengan mata seperti itu.
「 Larilah, Rena!!! Sisanya serahkan padaku! 」
「 Ah, ya... aku mengerti, Shirone… aku mengandalkanmu 」
Rena, yang ditekan oleh roh Shirone, bergegas menuju pintu.
「 TUNGGU….!! 」
Ketika aku mencoba mengejarnya, Shirone menghalangi jalanku.
「 Kau takkan kubiarkan lewat!! Lawanmu adalah aku!!!! 」
٠ Teman Masa Kecil Kuroki, Gadis pedang Shirone ٠
Aku tidak bisa membiarkan Reiji melakukan pertempuran ini.
Aku menyaksikan Sahoko dengan panik mencoba menghentikan Reiji.
Dia tidak bisa membiarkan Reiji-kun pergi lagi karena akan menyakitinya.
Itulah sebabnya sekarang giliranku.
Reiji-kun adalah pahlawan kami.
Aku tau tentang Reiji-kun ketika aku masih di SMA. Pada saat itu, aku baru saja kenal ama dia sebagai teman cowok.
Hingga suatu peristiwa terjadi pada hari tertentu.
Pada saat itu, aku ingin menyelamatkan teman perempuan-ku yang junior yang melibatkan dirinya dengan para penjahat.
Aku cukup yakin dengan keterampilanku yang aku latih di rumahku. Aku benar-benar ingin menyelamatkan juniorku.
Itu sebabnya, hari itu, aku pergi menyelamatkan juniorku sambil membawa pedang kayuku.
Di sana, aku bertemu lima pria di sekitar tiga gadis. Mungkin karena para pria itu adalah pelajar SMA, mereka melepaskan aura yang tampak keras dari tubuh mereka.
Aku tidak pernah kalah dengan anak seumuran sampai saat ini. Aku yakin kalau aku bisa mengalahkan mereka selama aku memiliki pedang kayu-ku.
Tapi, aku naif saat itu.
Seorang pria menjadi marah ketika aku mengarahkan pedang kayu-ku pada mereka yang menyerangku dengan sebuah pipa besi.
Aku menerima serangannya dengan pedang kayu-ku. Serangannya menakutkan. Saat itu, tanganku jadi mati rasa, dan aku menjatuhkan pedang kayu-ku.
Mereka mengejekku karena aku takut setelah kehilangan senjataku.
Saat itulah Reiji-kun datang di depanku. Bukan hanya aku, juniorku juga memanggil Reiji-kun untuk menyelamatkan kami.
Aku ingat dengan sangat baik gerakan Reiji-kun pada waktu itu. Reiji-kun menggunakan tangan kosongnya meskipun menghadapi lawan bersenjata, namun dia dengan mudah mengalahkan mereka berlima.
Meskipun dia tidak pakai senjata ketika menghadapi lawan yang lebih tinggi darinya, dia dengan mudah mengalahkan mereka semua. Sosoknya seperti pahlawan legendaris.
Reiji-kun tersenyum lembut padaku yang gemetar karena ketakutan. Aku mulai menangis ketika melihat senyum itu.
Reiji-kun menerima luka di tangan kanannya karena perkelahian. Jadi, junior-ku dan aku memutuskan untuk merawat Reiji sampai lukanya sembuh. Tentu saja, aku berencana untuk melindungi Reiji-kun jika sesuatu terjadi padanya.
Aku bertemu Sahoko-san dan Chiyuki-san selama waktu itu.
Ada berbagai macam godaan ketika kami menjadi pengikut Reiji-kun.
Aku terganggu oleh hal-hal seperti itu. Meskipun aku tidak peduli jika mereka mengejekku, aku tidak akan memaafkan siapa pun yang mengejek Reiji-kun.
Meskipun Reiji-kun tidak melakukan hal buruk terhadap mereka.
Aku bahkan bertengkar dengan teman masa kecilku, Kuroki, karena masalah itu. Meskipun Kuroki tidak mengatakannya terus terang, dia jelas mengeluh tentang Reiji. Itu membuatku sangat jengkel.
Tidak, mungkin itulah alasan kenapa Kuroki menjadi sangat marah.
Kali ini, aku perhatikan bahwa aku mungkin telah mengatakan terlalu banyak hal buruk kepada Kuroki. Kurasa Kuroki mungkin kecewa ketika aku mengatakan hal-hal kejam kepadanya.
Aku berpikir bahwa aku mungkin telah berlebihan kali ini. Meski begitu, Reiji-kun adalah pahlawan, dan aku ingin Kuroki mengakui itu.
Dan Reiji-kun itu adalah pahlawan dunia ini.
Sekarang, aku ingat anime yang kutonton dulu. Itu adalah kisah tentang seorang pahlawan yang datang dari dunia lain untuk mengalahkan raja iblis. Situasi saat ini persis seperti dalam cerita itu.
Dahulu kala, Kuroki dan aku berperan seperti dalam anime itu. Pahlawannya adalah aku, sementara Kuroki berperan sebagai penjahat dan bawahannya. Ngomong-ngomong, aku lupa nama penjahatnya.
Aku tahu bahwa Kuroki selalu ingin memainkan peran pahlawan juga. Tapi, aku tidak akan menyerah, jadi aku selalu menjadi pahlawan.
Tapi, mungkin pahlawan sejati adalah Reiji-kun. Bukan aku.
Ketika Reiji-kun hampir mati dalam pertempuran sebelumnya, aku menerima kejutan.
Sebelum aku menyadari itu, aku menganggap Reiji-kun sebagai pahlawan legendaris yang takkan kalah dengan siapa pun.
Tapi, aku perhatikan bahwa aku salah ketika aku melihat Reiji-kun terluka sampai dia berada di ambang kematiannya.
Aku memperhatikan kenyataan itu ketika dia kalah dari Diehart.
Sahoko-san menjadi putus asa pada waktu itu. Dia berusaha mati-matian untuk menyembuhkan Reiji-kun.
Untuk Sahoko-san, Reiji-kun adalah keberadaan spesial.
Sama seperti Kuroki untukku.
Kuroki pasti mengkhawatirkanku.
Itu sebabnya aku harus kembali.
Aku akan kembali ke dunia-ku bersama Chiyuki-san sehingga Kuroki akan merasa lega.
Kau pasti khawatir jika seseorang yang penting bagimu terluka kan.
Aku tidak bisa berhenti khawatir tentang itu ketika melihat Sahoko-san.
Jadi, aku bergegas keluar.
Ini adalah tugasku untuk bertarung ketika Reiji-kun terluka.
Aku pergi ke ruang altar dan mengalahkan dua spartoi.
Ketika aku memasuki ruangan, Diehart menunjuk pedangnya ke arah Rena.
Melihat itu, aku kehilangan ketenanganku.
Reiji-kun takkan pernah mengarah pedangnya ke arah wanita yang tidak bersenjata.
Dan pria ini benar-benar melakukan itu.
「 CCCIIAATTT!!! 」
Aku menarik pedangku saat aku menghadapi Diehart.
٠ Ksatria Kegelapan Kuroki ٠
「 BERSIAPLAH, DIEHART!!! 」
Aku menangkis serangan Shirone ketika dia mengucapkan kata-kata itu.
Kenapa semuanya berubah seperti ini.
Selain itu, berbicara tentang Diehart, bukankah ini seperti kelanjutan peranku dan Shirone bermain pahlawan-pahlawanan dulu?
Aku harus mengatakan kebenaran masalah ini kepada Shirone. Tapi, aku tidak bisa mengungkapkan identitasku. Itu sebabnya semuanya berubah menjadi ini.
Aku memikirkan hal itu sambil menangkis serangan Shirone.
Shirone mengayunkan pedangnya dengan niat membunuh.
Aku senang kalau pola Shirone mudah dibaca. Karena itulah mudah untuk menangkisnya.
Aku mengawasi gerakan Shirone.
Alasan aku mengawasinya karena aku dikalahkan oleh Reiji pada waktu itu. Jadi, aku berpikir kenapa Reiji menang melawanku.
Pertama kali aku melawannya, aku tidak bisa membaca polanya sama sekali.
Jadi aku kalah, dan itu adalah kekalahan yang memilukan. Aku tidak akan dikalahkan hanya karena aku memakai pelindung yang lebih berat dari lawanku.
Dan kemudian, aku tidak dapat menemukan alasan untuk kekalahanku. Bagaimanapun, aku tidak bisa melihat pedang lawanku. Jadi, aku bingung dan tidak bisa menghilangkan rasa takutku.
Ketika aku bertarung melawannya untuk kedua kalinya, entah kenapa aku bisa melihat pola pergerakannya. Jadi, aku menang.
Dan kemudian, aku menyadarinya lagi ketika aku bertarung melawan Shirone.
Pola Shirone didasarkan pada dasar-dasar ilmu pedang. Itu sebabnya aku bisa memahami logika di baliknya. Disisi lain, pola Reiji bukanlah pola seseorang yang telah mempelajari ilmu pedang dengan baik-gerakannya benar-benar berantakan. Itu sebabnya aku takut padanya, karena aku tidak bisa memahami logika di balik pergerakan Reiji ketika aku bertarung dengannya sejak lama.
Jika aku berbicara terus terang, itu bukan pola yang buruk untuk digunakan dalam perkelahian, tapi itu bukan pola gerakan seseorang yang belajar seni bela diri.
Tapi, Reiji memiliki kemampuan fisik yang luar biasa. Cara dia bertarung seperti seekor binatang buas yang bergantung pada kekuatan kasarnya.
Itu mungkin alasan kenapa orang yang belajar seni bela diri di sekolah tidak bisa menang melawannya.
Karena seni bela diri pada awalnya adalah keterampilan untuk melawan manusia. Itu sebabnya orang-orang bingung dengan pola gerakan Reiji yang seperti binatang.
Setelahnya, hal yang sama diterapkan padaku dalam pertandingan pertama kami. Karena orang tidak bisa melakukan gerakan serampangan seperti itu di kendo.
Namun ketika kami bertarung untuk kedua kalinya, pola pergerakan Reiji tidak berubah sama sekali. Itu sebabnya aku bisa membaca pola pergerakannya, dan menang melawannya.
Dan kemudian, ketika berhadapan dengan Shirone, aku perhatikan bahwa pola gerakan Reiji mirip dengan seekor binatang buas.
Aku bisa menang melawan Reiji selama aku berpikir bahwa yang kuhadapi bukan manusia melainkan binatang buas.
Aku pasti akan melewatkan kenyataan ini jika aku menolak permintaan Modes pada waktu itu.
Bahkan sekarang, Reiji adalah manusia yang seperti binatang.
Seekor binatang buas yang setia pada keinginannya sendiri. Biasanya, kau tidak bisa hidup sebebas dia dengan cara hidupnya. Itu sebabnya para wanita klepek-klepek padanya, dan para pria cemburu padanya.
Aku tidak bisa hidup sebebas dia. Mungkin Shirone juga terpesona oleh cara hidupnya?
Mungkin aku tidak bisa menang melawan Reiji dalam aspek itu bahkan jika aku bisa mengalahkannya dengan pedangku, atau begitulah pikirku.
Shirone mengayunkan pedangnya padaku.
Sudah lama sejak aku melakukan pertandingan pedang melawan Shirone. Mungkinkah Shirone menjadi lebih lemah karena itu?
Aku merasa kalau dia yang dulu jauh lebih kuat. Atau akunya menjadi begitu kuat?
Aku harus menyelesaikan pertandingan hangat ini.
Aku harus memberi tau Shirone tentang kebenaran. Untuk alasan itu, aku harus membuatnya mendengarkan ceritaku.
Mungkin dia tidak akan mendengarkanku sebagai Diehart.
Tapi sebelum melakukan itu, aku harus melucuti senjata Shirone.
Mungkin, aku tidak bisa menang melawan Shirone. Itu tidak berarti aku akan bersikap lunak padanya, hanya karena beberapa alasan, aku tidak bisa memukulnya. Itu sebabnya aku masih kalah pada akhirnya.
Dan kemudian, saat ini di tanganku adalah pedang sungguhan, bukan pedang kayu. Itu alasan lagi kenapa aku tidak bisa memukulnya. Karena aku tau kalau aku pasti akan melukai Shirone ketika aku menyerangnya.
Dan aku tidak bisa mengakhiri pertarungan ini tanpa melukai dirinya.
Baiklah, apa yang harus kulakukan?
٠ Teman Masa Kecil Kuroki, Shirone ٠
Kuat. Pedangku tidak bisa mengenainya.
Aku pikir begitu sambil melihat musuh di depanku, Diehart.
Dia dengan mudah menangkis semua seranganku.
Gerakanku telah benar-benar terlihat.
Lawanku menghindari seranganku dengan gerakan yang tak terbuang sia-sia.
Sejauh yang kutau, hanya ada satu orang yang bisa melakukan gerakan meluncur di tanah.
Dan orang itu adalah paman yang datang untuk berlatih ke dojo rumahku.
Paman yang sering berlatih adalah kenalan ayahku.
Ayahku pernah berkata kalau paman itu adalah seorang jenius pedang.
Terkadang, aku melihat pertandingan antara ayahku dan paman itu. Ayahku yang kuat dikalahkan tanpa menyentuh paman itu.
Gerakan Diehart mirip dengan gerakan paman itu. Aku yakin Diehart mungkin sekuat paman itu.
Tetapi, bahkan paman yang kuat itu tidak memiliki mata untuk menghakimi orang.
Maksudku, dia bilang bahwa Kuroki memiliki bakat. Meskipun Kuroki tidak pernah menang sekalipun melawanku.
Paman itu mengajarkan banyak hal pada Kuroki.
Aku akan senang selama aku bisa belajar beberapa pedang dari paman itu.
Adapun kenapa aku tidak bisa belajar darinya, itu karena bimbingan paman itu sangat ketat dan membuatku langsung menyerah.
Sekarang, aku mulai menyesali keputusanku.
Jika aku belajar darinya sedikit lebih lama, aku mungkin bisa melawan Diehart.
Aku hampir menangis. Berbicara dengan jujur, pertandingan ini telah diputuskan sejak lama.
Alasan kenapa pertempuranku melawan Diehart begitu lama adalah karena lawanku tidak menyerang.
Dia mempermainkanku, atau begitulah yang kukira.
Aku jengkel. Lawanku adalah seorang pengecut yang mengarah pedangnya ke arah wanita yang tidak bersenjata. Aku kesal karena aku tidak bisa menang melawan lawan seperti ini.
Tapi, aku tidak bisa berbuat apa-apa selain mengayunkan pedangku.
Dan kemudian, setelah serangan berkali-kali.
Tanganku terasa lebih ringan bersama dengan suara "kin".
Aku sedang melihat tanganku. Pedang yang seharusnya ada di tangan sudah tidak ada lagi.
Pedangku telah jatuh ke samping.
Aku tercengang ketika aku menyadari apa yang dilakukan lawanku kepadaku.
Aku diserang selama momen lemahku.
Biasanya, aku melonggarkan cengkeraman pada pedangku dan hanya meletakkan kekuatan di tanganku ketika mengayunkan pedangku.
Kebiasaanku adalah ketika aku melonggarkan cengkeraman pada pedangku.
Momen bagusnya adalah ketika aku memegang erat pedangku.
Diehart menyerang tepat sebelum aku memperkuat genggaman pada pedangku untuk mengayunkan pedangku.
Pedangku dipukul oleh Diehart ketika pedang itu masih longgar dan terbang menjauh dari tanganku.
Aku tidak percaya apa yang kulihat. Untuk berpikir bahwa ada orang yang bisa melakukan gerakan seperti dewa.
Dia adalah monster, itulah apa yang kupikirkan ketika aku melihat Diehart.
Aku tercengang. Tapi, Diehart tidak melakukan apa-apa.
Mungkin aku bahkan bukan ancaman baginya.
「 Aku tidak bisa menjadi pahlawan... 」
Sebelum aku perhatikan, air mata keluar dari mataku.
「 JANGAN PIKIR KAU MENANG HANYA DENGAN BEGINI!!! 」
Aku menatap Diehart sambil menangis.
٠ Ksatria Kegelapan Kuroki ٠
Ini berjalan dengan baik, atau begitulah yang kupikirkan.
Aku berhasil mendaratkan serangan ketika dia lengah.
Keterampilan ini bukanlah keterampilan yang bisa digunakan pada seorang rookie yang selalu memberi kekuatan lebih pada pedang mereka.
Alasan kenapa aku bisa menggunakan keterampilan ini pada Shirone adalah karena dia telah belajar ilmu pedang dan pengalamanku tentang pertandingan terakhir kami.
Shirone kehilangan pedangnya dan tidak bisa bertarung lagi. Selanjutnya adalah bagaimana membuatnya mendengarkanku.
Aku mendekati Shirone.
「 Aku tidak bisa menjadi pahlawan…. 」
Shirone menggumamkan kata-kata itu dengan kepalanya tertunduk.
Kakiku berhenti mendengar kata-katanya.
「 JANGAN PIKIR KAU MENANG HANYA DENGAN BEGINI!!! 」
Shirone meneriakkan kata-kata itu sambil menatapku.
Dia menangis.
Aku tidak bisa mengatakan apa-apa ketika aku melihat wajahnya yang bernoda air mata.
「 SUATU HARI NANTI, REIJI-KUN AKAN MENGALAHKANMU!!! 」
Dan kemudian, dia menarik nafasnya dan mengucapkan kata-kata itu dengan suara yang lebih keras.
「 KARENA REIJI-KUN JAUH LEBIH TAMPAN 100% DARIMU!! 」
Kata-kata itu menusuk jauh ke dalam hatiku.
Jujur, itu terlalu menyakitkan.
Lalu aku ingat dia mengatakan hal yang sama di masa lalu.
Sama seperti ketika aku bertengkar dengan Shirone tentang Reiji.
Saat itu adalah saat yang sangat menyakitkan.
Duri yang menusuk hatiku pada saat itu masih menyakitkan sampai sekarang.
Ya, aku tidak bisa menang. Bahkan jika aku menang dalam ilmu pedang, aku tidak bisa menang melawan Reiji.
Setelah berteriak dengan keras, Shirone duduk di tanah dan mulai menangis dengan keras.
Aku bingung apa yang harus kulakukan ketika aku melihat Shirone yang sedang menangis.
Aku membuatnya menangis. Bukankah aku benar-benar pria jahat dalam kasus ini?
Aku merasakan moodku semakin tenggelam.
Meskipun aku harus mengatakan yang sebenarnya padanya, aku bingung bagaimana cara memberitahunya.
Alat pemanggilan dihancurkan, jadi setidaknya Shirone tidak akan berada dalam bahaya untuk saat ini.
Meskipun Rena bilang bahwa dia tidak akan melakukan apa pun.
「 Apa kau baik-baik saja, SHIRONE!! 」
「 SHIRONE-SAN!!! 」
Suara Reiji datang ketika aku masih memikirkan tentang hal-hal seperti itu.
「 R-REIJI-KUN….? 」
Shirone tersenyum saat melihat Reiji.
Melihat itu, sekarang aku yang ingin menangis.
「 KAMFRET-!!! MENJAUHLAH DARI SHIRONE!! 」
Reiji sedang bersiap untuk menarik pedangnya.
Sosoknya benar-benar menyerupai pahlawan yang datang untuk menyelamatkan seorang putri.
Jika itu masalahnya, iblis-ku tidak punya pilihan selain menghilang.
Aku menyarungkan pedangku dan kemudian berjalan ke arah berlawanan dari Reiji dan Shirone.
Aku tidak peduli dengan suara Reiji yang kebingungan di belakangku.
Saat aku berjalan, api hitam muncul di tanganku.
Seolah-olah api hitam ini adalah sesuatu yang mengalir keluar dari lubuk hatiku.
Aku nyalakan api hitam itu ke dinding atas kuil. Dinding atas meleleh dan menciptakan lubang tanpa meninggalkan setitik debu.
Dan begitu, aku melompat dari atas kuil dengan sihir terbang dan kembali ke arah Nargol.
Tanah gelap itu mungkin cocok untukku.
Aku tidak peduli jika para dewa dari Elios menemukanku ketika aku menggunakan sihir terbang.
Diriku yang kesepian ini ditemani oleh sinar bulan yang terang.
aku tau rasanya bunggg T_T
BalasHapusSebagai balasan kuroki embat sang dewi
BalasHapusnusuk bat njirr kalo dah bahas muka T_T
BalasHapusMc....mc....masih banyak cewek lain kok contohnya si elf tinggalin aja tu cewek (shirone)
BalasHapusGw lebih bahagia jika si bangsat itu di bunuh
BalasHapusSadboy
BalasHapusHei apa hubungannya muka dengan mengalahkan seseorang?
BalasHapus