» Ksatria Kerajaan Rox, Rember
Bunyi percikan terdengar ketika pedangku benturan dengan pedang lain.
「 Tidak mungkin…. Tuan Lucullus. Kenapa…? 」
Aku menyebut nama pria yang mengayun pedangnya padaku.
Ksatria kuil Lucullus, pengawal pahlawan-sama.
Kelompoknya telah datang beberapa kali untuk mengunjungi kerajaan ini.
Dia berbeda dari ksatria kuil lainnya dan takkan memandang rendah orang lain, benar-benar seorang karismatik.
Kenapa seorang seperti dia menyerang istana kerajaan?
Masih berpelengkapan senjata setelah penyelidikan di menara, aku menuju ke istana kerajaan untuk melapor dan bertemu Almina di jalan.
Dan kemudian, ketika aku sedang mengobrol dengan Almina, aku mendengar jeritan.
Aku merasakan sesuatu yang tidak enak dan bertemu Lucullus dalam perjalanan untuk mengkonfirmasi keamanan raja bersama Almina.
Pada saat itu, aku melihat Lucullus mengalahkan salah satu ksatriaku.
Ketika aku lihat sekeliling, dia tampaknya telah mengalahkan beberapa ksatria dan penjaga istana.
Sejujurnya, aku masih bingung.
Dan kemudian, Lucullus tiba-tiba mengayunkan pedangnya ke arahku.
Aku entah bagaimana berhasil menghentikan serangan dadakannya.
「 Kenapa? Tuan Lucullus! Kenapa kau menyerang kami! 」
Tapi, Lucullus tidak memjawab. Sepertinya suaraku tidak menjangkaunya.
Kemudian, aku melihat mata Lucullus yang tidak bernyawa. Seolah-olah matanya tanpa emosi.
Tapi, aku tak punya waktu untuk khawatir.
Aku berbenturan pedangku dengan Lucullus. Pedang lawanku cepat, dan aku hampir tidak bisa melindungi diriku.
Apalagi, tubuhku terasa capek sejak beberapa waktu yang lalu.
「 Rember…. 」
Berdiri di belakangku, Almina manggil namaku dengan suara cemas.
Tak mungkin kubiarkan diriku dikalahkan ketika Almina berada di belakangku.
Lucullus mengayunkan pedangnya lebih cepat.
Cepat sekali. Aku hampir tak berhasil melindungi diriku.
Seperti yang diharapkan dari ksatria kuil. Dia lebih kuat dariku.
Aku menarik pedangku lebih dekat untuk lindungi diriku dari serangan Lucullus yang tanpa henti.
Setelah pedang kami saling silang beberapa kali, Lucullus tiba-tiba mundur.
「 Apa... 」
Sebelum kuperhatikan, orang lain sudah berdiri di belakang Lucullus.
「 Kau kan... Orua 」
Aku kenal dia.
Orua, seorang dokter yang tiba di kerajaan ini sekitar dua minggu yang lalu.
Orua memiliki penglihatan yang buruk dan selalu mengenakan cadar hitam. Dia kini melepas cadarnya.
「 Jadi kau kah si Strige itu…. 」
Mata Orua bukan mata manusia. Matanya bulat besar dengan warna kuning di bagian putih; seperti mata burung hantu, makhluk Striges.
Dan aku pun teringat sesuatu. Tadi malam, ksatria kuil yang dikalah dibawa dari toko Orua setelah menerima pertolongan pertama darinya.
「 Aku mengerti, pada saat itu, kah... 」
Sudah terlambat.
「 Kau berbeda dari ksatria lainnya. Sepertinya kau sedikit lebih kuat dari mereka 」
Orua mendekat dengan senyum jahat sambil mengucapkan kalimat itu.
Tak pernah kupikirkan kalau ada Striges yang dapat berubah bentuk jadi manusia.
Mengenai masalah memasuki negara, tak ada yang boleh masuk ke negara kecuali mereka diperkenalkan oleh warga negaranya atau mereka adalah warga dari negara sekutu.
Tapi, selalu ada pengecualian untuk aturan itu. Dan itu adalah seorang dengan keterampilan khusus seperti ahli sihir. Alasannya tentu saja, akan menguntungkan negara tersebut.
Orua diizinkan untuk tinggal di kerajaan ini karena keahliannya dalam kedokteran.
Kayaknya kami harus memberi batasan bagi orang yang ahli untuk memasuki negara ini.
「 Kayaknya putri itu akan beguna untuk ngalahkan si pahlawan bangsat itu. Umu, kan kurebut dia. 」
「 Seolah aku akan membiarkanmu melakukan itu! 」
Sepertinya dia akan menggunakan Almina sebagai sandera untuk melawan sang pahlawan, tapi aku takkan membiarkannya begitu saja.
Aku angkat pedangku dan melesat ke arahnya.
Ini akan berakhir apabila kukalahkan wanita itu. Orua ceroboh karena menarik kembali Lucullus. Sekarang adalah kesempatanku.
「 Feather Arrow! 」
Orua melakukan gerakan menyapu dengan tangannya dan kemudian sesuatu melesat darinya.
「 Na! 」
Aku mati-matian menangkisnya.
「 GUH…. 」
Perasaan sakit mengalir melalui tubuhku.
Aku tidak bisa menangkis serangannya; dengan gitu, beberapa dari serangannya tertancap di tubuhku. Benda yang tertancap itu adalah bulu burung.
Bulu burung yang menancap ke tubuhku cukup kuat untuk menembus armorku.
「 Kamfret…. 」
Aku jatuh berlutut. Tubuhku tidak bisa bergerak.
「 REMBER! 」
Teriak Almina sambil nangis. [Catatan: JGN TERTYPU, ITU CUMA TANGISAN PALSU. (lol) 😂]
「 Almina…. Larilah 」
Tapi, itu mustahil. Kami berdua tidak bisa kembali ke tempat asal, kami berada di jalan buntu.
Air mata mengalir dari mataku. Kenapa aku sangat lemah? Aku bahkan tidak bisa melindungi wanita yang kucintai.
「 Hmm, sepertinya aku diremehkan karena aku seorang wanita 」
Orua mendekat dan menendangku. Menerima tendangannya, aku terjun ke ujung lorong.
Setelah itu, Orua pergi kearah Almina.
「 Jangan…. Almina…. 」
Aku bersedih karena tak bisa melakukan apa pun kecuali melototnya.
「 Sekarang, turuti perintahku, cepat kesini 」
Bahkan tanpa melihat wajahnya, aku tahu kalau Orua tersenyum senang.
「 TIDAKKK! TOLONG AKU, REIJI-SAMA――! 」
Almina meneriakkan nama sang pahlawan.
「 Fufufu, memanggil nama pahlawan kah. Menyedihkan~ 」
Ketika Orua hendak bilang sesuatu, sesuatu bersinar di depan Almina.
「 NANI! 」
Orua mundur dengan melompat di atasku.
「 REIJI-SAMA! 」
Aku bisa dengar suara gembira Almina.
Setelah cahaya itu turun, berdiri di sana adalah sang pahlawan.
「 Almina! Aku datang untuk menyelamatkanmu! 」
Sang pahlawan tersenyum padanya.
Ekspresi yang ditunjukkan Almina pada sang pahlawan adalah ekspresi yang tak pernah ditunjukkannya padaku.
» Gadis Pedang, Shirone
「 CCCIIIAATTT, SUNLIGHT BLADE!! 」
Aku ayunkan pedangku tanpa henti dan kubasmi zombie satu demi satu.
「 KEEHH, apa-apaan sih bayangan itu! 」
Ucapku dengan nada kesal.
Reiji-kun mencoba memanggil matahari, tetapi benda hitam seperti kabut menyebar, mencegah kekuatan penuhnya.
Sihir ‘sunlight’-ku juga tak bisa menangkalnya, jadi aku tak punya pilihan lagi selain menggunakan pedangku.
Aku terengah-engah.
Kuperhatikan kalau aku sudah kelelahan lebih awal dari biasanya.
Ketika aku melirik sekelilingku, aku melihat pejuang bebas, termasuk Gallios, bertarung lawan zombie.
Jika bukan karena mereka, zombie mungkin telah menyerang warga.
Meskipun tak terduga, aku diselamatkan oleh para pejuang bebas yang langsung ambil tindakan. Selain itu, rasanya seperti respon penjaga istana dan ksatria kerajaan agak lambat.
Apakah ada sesuatu yang terjadi di istana kerajaan?
Aku ingin mastikannya, tapi saat ini aku harus lakukan sesuatu dengan zombie di depanku.
Kuhancurkan zombie yang coba mendekatiku.
Gallios-tachi entah bagaimana juga berhasil ngalahkan zombie.
Tapi, zombie terus berdatangan. Sepertinya mereka mulai mencapai batasnya. [Catatan: mungkin Gallios-tachi.]
Bahkan, aku pun tak bisa ngeluarkan kekuatan penuhku.
「 Mungkinkah benda hitam seperti kabut itu penyebabnya? 」
Mungkin saja kekuatan kami nanpak ditekan oleh kabut hitam itu.
「 Apa mungkin... kami beneran dalam situasi yang sangat berbahaya? 」
» Ksatria Kerajaan Rox, Rember
「 Luar biasa…. 」
Sang pahlawan dan para ksatria kuil bertarung di depanku.
Aku menyaksikan pertarungan itu dengan tubuhku yang terluka.
Sang pahlawan bertahan melawan serangan Orua dan para ksatria kuil yang tidak bisa kutahankan.
「 Jangan khawatir, Rember. Reiji-sama pasti akan menyelamatkan kita 」
Almina meringkuk lebih dekat padaku.
Sepertinya aku tak sadar tentang darah yang mengalir keluar dari lukaku.
Tapi, aneh sekali. Aku merasa bahwa salah satu istri sang pahlawan lebih kuat waktu di menara.
Entah kenapa, tampaknya sang pahlawan tidak bisa ngeluarkan kekuatan penuhnya.
「 Reiji-sama…. 」
Almina juga melihat sang pahlawan dengan ekspresi khawatir karena dia mungkin telah menyadari situasi aneh dari sang pahlawan.
「 Oh, dewi agung, kumohon.... Lindungilah Reiji-sama 」
Almina sedang berdoa.
Dan aku pun menutup mataku sambil berdoa untuk hal yang sama kepada sang dewi.
» Sage Berambut Hitam, Chiyuki
「 Jadi ada lorong bawah tanah di negara ini 」
Gumamku sambil berjalan di depan.
Ketika aku mencari lokasi Nao dengan sihir, aku menemukan pintu masuk ke lorong bawah tanah di dekat jalan belakang ibukota.
Mungkin karena nampaknya diabaikan, aku merasakan tanda Nao datang dari pintu masuk yang terbuka.
Ketika aku masuk, lorongnya agak panjang dan ujungnya tidak terlihat.
「 Meski gitu, mengonsumsi kekuatan sihirnya saja agak berat 」
Aku terlelah cukup parah cuma karena memakai sihir ‘illumination’.
Mungkin karena kabut tebal yang menyelimuti seluruh kerajaan ini.
Berkat itu, aku bisa menebak jumlah kekuatan sihir makhluk yang menciptakan kabut itu.
Aku jadi semakin cemas dengan keselamatan Nao. Aku harus menemukannya sesegera mungkin.
Pada saat ini, aku menemukan sebuah pintu di tengah lorong. Nao ada di belakang pintu itu.
Membuka pintu, aku masuk ke dalam ruangan yang luas.
Penerangan tidak cukup terang untuk ruangan dan hanya menerangkan sebagian saja.
Dan kemudian, aku menemukan Nao yang pingsan tidak terlalu jauh dari pintu.
「 NAO-SAN! 」
Aku bergegas ke sisi Nao.
「 SADARLAH, NAO-SAN!! 」
「 Chiyuki... san 」
Jawab Nao dengan suara lemah.
Meskipun hidupnya selamat, wajahnya pucat; Aku tak bisa merasakan kekuatannya.
「 Nao-san.... Siapa yang melakukan ini padamu? 」
Aku tak bisa menyembunyikan keterkejutanku.
Nao, yang daya tangkasnya terbaik di antara kami. Tak ada yang bisa kalahkan Nao setelah kami datang ke dunia ini.
Dan Nao itu dipukuli.
「 Berhenti.... Chiyuki-san. Jangan sentuh.... Nao 」
Nao ucapkan peringatan padaku.
Ketika kulihat lebih dekat, ada sesuatu yang menyerupai duri hitam melingkari tubuh Nao.
Mungkin itu sihir ‘briar’. Mungkin inilah alasan kenapa Nao tidak bisa menggerakkan tubuhnya.
Meskipun Nao bilang padaku untuk tidak menyentuh tubuhnya, bukan berarti aku akan meninggalkannya begitu saja.
Aku pun bergegas mengelupas duri itu.
「 Uuh.... 」
Rasanya seperti kekuatanku dilemahkan hanya dengan satu sentuhan duri itu.
「 Apa ini?! Apa-apaan duri ini? 」
Meski kucoba menggunakan pisau, itu tak berefek karena durinya menangkalnya.
「 Hentikan... Chiyuki-san. Kau harus tinggalkan tempat ini sebelum orang itu… kembali 」
Nao menggelengkan kepalanya dan mendesakku untuk meninggalkan tempat ini.
「 Siapa itu! Siapa orang yang melakukan ini padamu?! 」
Meski aku bertanya padanya, sepertinya Nao tidak punya tenaga lagi untuk menjawabku.
「 Tolong.... pergilah 」
Nao tidak menjawab apapun kecuali itu.
「 NAO-SAN! Bertahanlah!! 」
Nao tidak menjawab ketika aku memanggilnya.
「 Hou.... Sepertinya ada kupu-kupu lain lagi yang terjerat 」
Seseorang muncul dari bagian dalam ruangan.
「 SIAPA?! 」
Aku berdiri untuk menghadapi orang itu.
Dari kegelapan yang menakutkan dari ruangan ini…. Mengenakan topeng, seorang pria datang ke arah kami.
Gambar laba-laba yang mengerikan terukir di topeng pria itu.
「 Kau kah yang melakukan ini pada Nao-san? Siapa kau? 」
Nao tidak menemukan orang ini selama pencarian pada siang hari. Mungkinkah yang dia temukan sebenarnya adalah rekan iblis ini?
「 Aku adalah musuhmu, sage berambut hitam 」
Ucapnya jelas bahwa dia adalah musuhku.
Dia kuat. Dan lagi tingkatannya liga kali lebih kuat dari iblis normal.
Jika dia di level itu, mungkinkah dia dari Nargol?
「 Apakah… kau bawahan yang dikirim dari Nargol? 」
Ketika kuajukan pertanyaan, pria itu mengangguk.
「 Benar sekali 」
Tak ada keraguan, dia adalah bawahan Modes. Kami tak pernah bertemu orang ini ketika kami tiba di Nargol.
Apakah raja iblis punya kebiasaan untuk mempertahankan dendamnya?
「 Baiklah kalau begitu. Izinkan aku untuk menjadikan kalian berdua, bawahan dewi muda yang menjengkelkan itu, jadi persembahanku! 」
Aku bisa merasakan gelombang kekuatan sihir yang kuat dari pria bertopeng itu.
Sepertinya dia akan menggunakan sihir.
Jadi, aku memutuskan untuk mangacaukannya.
「 Ultrasonic Wave!!! 」
Setelah kuteriakan aria, gelombang kejut melesat kearah pria bertopeng itu.
Tapi, gelombang kejut menghilang tepat di depan pria bertopeng itu.
「 Tidak mungkin!? Itu dicegah tanpa sihir ‘defensive’! 」
Dan kemudian, aku diserang oleh kelelahan yang luar biasa. Bahkan sihir tingkat ini membuatku merasa terlalu lelah. Jelas ada sesuatu yang salah saat ini.
「 Kerajaan ini sudah menjadi wilayahku. Seorang yang tak miliki perlindungan ilahi dari Nargol-sama akan terhisap kekuatannya di area ini 」
Seperti yang dia katakan, tubuhku terasa sangat lelah.
「 Bagaimana perasaanmu, kau merasa tak berdaya, bukan? Nampaknya kalian memiliki kekuatan yang menyaingi para dewa Elios, tetapi kalian takkan bisa melakukan apa pun di dalam area ini 」
Pria itu mendekati kami.
Aku mundur.
Aku tak bisa menang melawannya sendirian. Aku merasa bersalah karena melakukan ini pada Nao, tapi aku harus memanggil bala bantuan ke tempat ini. Ketika aku mencoba meninggalkan ruangan.
「 Takkan kubiarkan kau pergi. Ikat dia, Venous Blood Rose! 」
Pria bertopeng itu menggunakan sihirnya ketika dia tahu aku akan meninggalkan tempat ini.
Duri hitam seperti yang mengikat Nao muncul dari tanah dan melilit tubuhku.
「 Keh... sakit.... 」
Aku mengerang kesakitan karena terkoyak oleh duri itu. Aku tidak bisa menggunakan kekuatanku.
「 Aku beruntung. Awalnya, aku berencana untuk menguras kekuatan hidup orang-orang kerajaan ini, tetapi aku tak menyangka kalau pahlawan-tachi akan datang ke tempat ini 」
Pria bertopeng itu tertawa.
「 Jadi, aku datang dengan rencana untuk membunuh pahlawan-tachi. Masalah tentang menemukan kalian mudah sekali. Kalian terlalu mencolok. Bahkan gadis itu dengan kemampuan deteksi pun tak bisa berbuat banyak ketika mencari tempat persembunyianku. Kalian tak bisa menemukanku karena aku mencegahnya untuk tidak ditemukan oleh gadis itu. Kalau begitu, mari kita akhiri ini 」
Dia mengulurkan tangannya ke arah kami.
「 Kalian akan jadi tawanan kami. Aku takkan langsung membunuh kalian, tapi aku akan menyedot kekuatan hidup kalian, sedikit demi sedikit 」
Perasaan takut muncul dari dalam tubuhku.
「 Tidak! Tidaaaak! TOLONG AKU, REIJI-KUN! 」
Aku berteriak nama Reiji.
「 Pahlawan takkan datang untuk nyelamatkan kalian. Aku telah masang penghalang di sekitar tempat ini, jadi teriak pun tidak mungkin terdengar. Apalagi pahlawan saat ini bertarung lawan Orua untuk nyelamatkan putri kerajaan ini. Dia tidak punya waktu untuk nyelamatkan kalian. Dan lagian, pahlawan akan tidak akan berdaya selama dia berada di dalam area milikku ini. Aku akan menghadangnya saat dia datang untuk balas dendam nanti 」
Pria bertopeng itu mengucapkan kata-kata yang begitu kejam.
Apa aku akan mati begitu saja? Tidak, siapa saja, selamatkan kami! Aku berteriak jauh di dalam hatiku.
Tangan pria bertopeng itu menyentuh pipiku. Tangan pria itu terasa seperti es di kulitku.
Aku menutup mata.
Aku ketakutan.
Pada saat itu, aku dengar suara pintu dibuka dari punggungku.
「 APA! 」
Ucap pria bertopeng itu terkejut.
Tubuhku tiba-tiba jadi bebas dan aku diambil dari pria itu.
「 Apa kau baik-baik saja? 」
Itu suara yang sangat lembut.
Ketika aku menoleh kearah penyelamatku, aku melihat seorang pria yang nyembunyikan wajahnya dengan topeng. Dari suaranya, dia mungkin seorang pria.
Dia memegang tubuhku di lengan kanannya. Aku merasa bahwa aku tidak lagi takut ketika merasakan keangatan pria itu.
「 Gadis itu.... 」
Nao dipegang di lengan kiri pria yang nyembunyikan wajahnya. Sama denganku, Nao juga telah dibebaskan dari duri yang mengikat.
Kemudian, dia menempatkan aku dan Nao di tanah.
「 Uuuh... 」
Nao mengerang. Sepertinya dia tidak sadar.
Aku melingkari lengan kananku di bahunya untuk membawanya.
「 Siapa kau? 」
Setelah muncul secara tiba-tiba, dia membebaskanku dan Nao dari ikatan kami dan kemudian membawa kami sampai ke pintu. Serangkaian tindakannya terlalu cepat. Dia bukan orang biasa.
Tapi, pria yang nyembunyikan wajahnya menunjuk ke pintu tanpa menjawab pertanyaanku.
「 Bawa gadis itu dan tinggalkan tempat ini. Serahkan sisanya padaku 」
Siapa dia? Pria bertopeng itu berbahaya. Apa dia bisa melawan pria bertopeng itu sendirian?
Tapi, entah kenapa aku merasa lega ketika mendengar suaranya.
「 Dimengerti.... Terima kasih banyak. Tapi aku akan meminta bala bantuan, jadi jangan paksakan dirimu 」
Aku pergi kearah pintu. Aku harus manggil Reiji. Pria yang nyembunyikan wajahnya mungkin berada dalam bahaya cuma menghadapi pria bertopeng itu.
Aku berjalan di sepanjang lorong bawah tanah sambil membawa Nao. Di dunia ini, aku bisa bergerak lebih cepat bahkan sambil menggendong satu orang berkat kekuatan ototku. Tapi, aku yang sekarang tidak berdaya.
Aku harus segera meninggalkan tempat ini. Tapi, langkahku tidak nampak cepat.
「 Seharusnya aku tanya dulu namanya.... 」
Aku sedikit menyesal.
Aku akan mencarinya dan ucapkan terima kasih jika kami selamat dari kesulitan ini.
Sambil memikirkannya, aku berjalan menuju keluar sambil membawa Nao.
ntabss !! njut min
BalasHapus