Act 3: Penyihir Perak
Pangeran Algore
» Ksatria Kegelapan, Kuroki
Kami terbang di atas gunung Akeron dengan Glorious. Ada sebuah gua besar di sekitar gunung.
Di dalam gua itu adalah sarang goblin. Meski bukan nokturnal, goblin hidup didalam kegelapan. Karena alasan itulah, banyak dari mereka memilih untuk tinggal didalam gua di mana cahaya tidak dapat masuk. [Catatan: nokturnal: = habitat yang aktif di malam hari.]
Aku tinggalkan Glorious di pintu masuk sarang goblin.
Turun tepat setelah aku adalah Kuna yang ada di belakangku pas menunggangi Glorious.
「 Kuroki, apa ini kerajaan Karon? 」
Bilang Kuna begitu sambil melihat gua. Aku mengangguk padanya.
「 Ya, tidak disalah lagi, tapi... Ini juga pertama kali aku datang ke tempat ini 」
Kerajaan Karon terletak di bagian utara gunung Akeron. Singkatnya, kerajaan goblin ini tepat dibelakang Nargol.
Dengan demikian, kerajaan goblin juga berada di bawah kekuasaan Modes. Sarang goblin ini dikenal sebagai kerajaan Karon. Aku tak tahu berapa banyak goblin yang tinggal di kerajaan ini, tetapi tampaknya jumlah mereka adalah yang terbesar di antara suku-suku goblin di Nargol.
Kami mendekati lima goblin yang berdiri di pintu masuk.
Aku melirik goblin yang berdiri di tengah formasi mereka. Tinggi goblin dewasa tidak jauh berbeda dari tinggi anak manusia berumur 10-12 tahun. Tapi, goblin di tengah setidaknya lebih besar dari goblin lainnya.
「 Gob telah menunggu anda, Paduka Diehart. Nama Gob Keneo 」
Goblin di tengah membungkuk padaku.
「 Gob? 」
Meski sebagian besar kata-kata dari goblin bernama Keneo ini sulit dipahami, aku mendengarnya jelas dan lancar. Namun, ucapan aneh yang kudengar tadi mungkin cuma imajinasi ku aja, ya?
Setelah goblin besar itu membungkuk kepadaku, dia kemudian melirik ke sisiku. Yang intinya, dia menatap Kuna.
「 Selamat datgob, istri terhormat Paduka 」
Kemudian membungkuk ke Kuna. Tampaknya ucapan aneh itu bukan imajinasiku.
「 Istri… Kau punya mata yang bagus 」
Gumam Kuna begitu. Kenapa ya. Namun, Kuna tampaknya senang.
「 Silahkan gob, ratu kami telah menunggu anda 」
Keneo menyuruh kami untuk mengikutinya.
Dia membimbing kami ke sarang goblin. Di dalam sarang goblin yang gelap, satu-satunya sumber cahaya hanyalah lentera dengan serangga cahaya di dalamnya.
Meski aku baik-baik saja walaupun gelap karena penglihatan malamku, lentera itu mungkin sangat membantu bagi Kuna.
Kami melewati banyak goblin yang berbeda di sepanjang jalan.
Meski ukuran mereka sama dengan anak-anak manusia 10-12 tahun, kekuatan mereka menyaingi manusia dewasa. Kepala mereka sekuat pisau, jadi senjata biasa tidak akan bisa memecahkan kacang yang keras itu. Jika seseorang bertarung dengan goblin, dia harus mengincar tempat lain. Cara terbaik untuk menghindari bertarung dengan mereka adalah dengan bernyanyi. Mereka tidak tahan dengan suara nyanyian yang indah.
Goblin normal pada dasarnya hidup di hutan atau gua. Tingkat peradaban mirip dengan manusia primitif dalam buku tulis.
Itulah ekologi para goblin yang diajarkan oleh Ruugas. Sebenarnya, goblin yang aku lihat sampai sekarang adalah contoh di buku tulis itu.
Tapi, tampaknya goblin dari kerajaan Karon berbeda dengan goblin normal. Standar hidup mereka lebih tinggi, bahkan pakaian yang mereka kenakan tidak kalah dengan yang aku lihat di kerajaan Rox. Dinding gua juga tidak hanya digali dengan kasar; mereka telah meratakan permukaan dan memperkuatnya dengan baik.
Perlengkapan senjata Keneo, yang berjalan di depanku, tidak kalah dengan milik ksatria manusia.
Segera, kami tiba di ruangan yang luas. Ruangan itu cerah karena diterangi beberapa lentera serangga cahaya di berbagai tempat.
Goblin raksasa duduk di bagian dalam ruangan itu. Ukurannya hampir sama denganku, tapi mungkin sulit untuk bergerak karena beratnya. Berbeda dengan goblin botak lainnya, goblin itu memiliki rambut panjang. Dan aku bisa merasakan gelombang kekuatan sihir yang luar biasa dari goblin itu. Kekuatan sihirnya menyaingi kekuatan sihir suku iblis.
「 Besar.... 」
Gumam Kuna. Aku nggak tahu apa gak apa-apa bilang begitu ke goblin itu, tapi yang pasti itu mungkin ratu kerajaan Karon.
「 Paduka, di sanalah ratu kami, Datie-sama berada gob 」
Bilang Keneo sambil menunjuk ke goblin raksasa. Yup, dia ratu mereka beneran. Jujur, dia tidak terlihat seperti goblin atau wanita, tapi aku nggakkan bilang begitu.
「 Selamat datang di kerajaan Karon, Paduka Diehart 」
Datie membungkuk padaku.
Aku lepas helm-ku dan kemudian meletakkannya di bawah ketiakku. Meski kedudukanku lebih tinggi darinya, tidak sopan untuk berbicara dengan seseorang yang memakai helmmu.
「 Aku Diehart. Kudengar ada semacam masalah, apa yang sebenarnya terjadi? 」
Tapi, Datie menatapku tanpa berkata apa-apa. Entah mengapa, tulang punggungku menggigil saat aku terkena tatapan itu.
「 Kuroki bertanya padamu, mengapa kau tidak menjawab? Tidak bisa Kuna maafkan!! 」
Gelombang kekuatan sihir dilepaskan dari tubuh Kuna.
「 APA YANG! Kuna!! 」
Aku pun kebingungan.
Para goblin didalam ruangan termasuk Keneo dan Datie takut dengan ancaman Kuna.
Tampaknya dia sama sekali tidak mempertimbangkan status Datie.
「 Maafkan saya, Paduka 」
Datie minta maaf padaku.
「 Ti-Tidak apa-apa. Kalem Kuna, kalem. Jadi, apa yang sebenarnya terjadi? 」
Setelah menenangkan Kuna, kuajukan pertanyaan yang sama kepada Datie.
「 Ya, sebenarnya... Akhir-akhir ini beberapa manusia telah mencoba untuk menyerang gunung Akeron 」
「 EH.... 」
Aku mengeluarkan suara tercengang setelah jawaban Datie. Masalah besar tuh.
「 Ap... Apa mungkin itu Reiji-tachi, tapi... 」
Untuk jaga-jaga, aku menyuruh Nut untuk memata-matai gerakan Reiji. Aku dengar kalau dia akan menuju sisi barat benua sekarang. Kapan dia datang ke sini?
「 Bukan, Paduka. Orang yang datang bukanlah pahlawan. Meski kedatangan mereka, pada kenyataannya, tidak penting dan tidak layak untuk melaporkannya kepada anda... Saya hanya ingin memastikan beberapa hal.... 」
Jadi itu berarti kau memanggil kami karena kau tidak dapat membuat keputusan untuk itu.
Jika Reiji-tachi datang untuk menyerang, kerajaan Karon akan jadi lawan pertama mereka. Tampaknya terakhir kali mereka telah melewati kerajaan ini tanpa perlawanan yang mencolok.
Nargol pada waktu itu tidak mempunyai jaringan komunikasi, jadi perlu beberapa saat bagi mereka untuk menyadari invasi Reiji-tachi.
Karena pengalaman itu, pihak Nargol memutuskan untuk memasang alat sihir peringatan. Bahkan jika itu bukan masalah yang mendesak, kelainan apa pun akan diketahui tepat waktu.
Dan alat peringatan tidak digunakan saat ini. Ini mungkin masalah mendesak, tetapi ini jelas bukan situasi darurat.
「 Itu dimulai dengan beberapa suku yang berdiam di sisi selatan, tetapi mereka mulai menyeberangi bukit dan datang ke Karon. Pada awalnya, saya pikir mereka datang ke sini karena perselisihan internal antara klan, tapi... Menurut mata-mata yang saya kirim ke selatan, itu adalah situasi yang sama sekali berbeda 」
「 Jadi, kau sadar kalau manusia datang untuk menyerangmu? 」
Datie mengangguk pada kata-kataku.
「 Mereka masih melintasi bukit dan belum tiba dalam beberapa saat, tapi tampaknya sisi selatan telah digerebek oleh mereka berkali-kali. Saya tidak tahu apa yang mereka inginkan atau tujuan mereka.... Paduka, mereka benar-benar menakutkan 」
Lengan Datie menggeliat dan tubuhnya gemetar ketakutan. Adegan yang kurang enak dilihat.
Apa mungkin bagi mereka untuk memiliki semacam tujuan. Atau itu hanya penaklukan goblin?
「 Sebelumnya kau bilang kalau mereka bukan Reiji dan kelompoknya, apa kau tahu tentang mereka? 」
Meski aku tak tahu apakah goblin dapat membedakan wanita, mari tanyakan dia untuk berjaga-jaga.
「 Saya akan mengenali mereka jika mereka keren seperti pahlawan cahaya, Paduka. Dan jika para pahlawan datang lagi, kali ini saya akan menggunakan tubuh saya sehingga mereka tidak bisa menginjakkan kaki ke Nargol.... 」
Setelah mendengar ucapan Datie, pikiranku adalah "Uwaaa". Aku lupa kalau ras humanoid di dunia ini, untuk beberapa alasan misterius, memiliki indera yang sama seperti manusia.
Malang sekali kau Reiji.
「 Menurut informasi kami, orang yang datang menyerang adalah seorang pria bernama Parish, pahlawan Algore. Saya menyuruh seseorang yang terampil melukis untuk menggambarkannya. Dia jelas bukan pahlawan cahaya. Bahkan jika Parish keren, dia tidak selevel dengan pahlawan cahaya 」
Ucap Datie sambil menggeliat-geliat tubuh gemuknya.
Sejak aku dengar Datie berbicara beberapa waktu yang lalu, ada kata yang tidak bisa aku abaikan.
「 Algore... Itukan rumah Regena 」
Aku ingat kata-kata Kuna.
「 Ya, itu rumah Regena 」
Kerajaan Algore harusnya negara yang diperintah oleh ayah Regena.
Aku lupa tentang itu karena Regena tidak pernah bicara tentang dirinya sendiri sebelum dia datang ke Nargol.
Tapi, karena ini tentang pahlawan Algore, apa alasan pahlawan Algore menyerang goblin di gunung selatan?
Aku mungkin bisa mengetahui alasannya jika aku bertanya pada Regena, tapi pada akhirnya aku tidak menanyakannya. Keluarga Regena juga dibunuh oleh orang-orang yang mengambil alih Algore sekarang. Aku tidak ingin bertanya sesuatu yang akan membuatnya ingat tentang kenangan yang nyesek itu.
Selain itu, ada juga kemungkinan bagi pahlawan untuk bersengkokol dengan pemerintah saat ini untuk ngasingkan keluarga Regena. Masih banyak yang harus ditanyakan.
Apakah Regena ingin balas dendam terhadap orang-orang itu? Karena Regena tidak pernah bilang apa-apa, aku tidak mengetahuinya karena aku juga tidak pernah menanyakan hal itu kepadanya.
Meski dia tidak pernah mengatakan padaku apa dia punya dendam terhadap mereka, aku tidak akan berniat untuk membantunya dalam masalah itu.
Aku tidak tahu jalan mana yang terbaik untuknya. Aku tidak berpikir itu hal yang baik baginya, seorang manusia wanita, untuk menghabiskan waktu tinggal di Nargol, Kerajaan Iblis. Dia tidak punya pilihan lain selain mencari negara yang bagus di suatu tempat untuk tinggal.
Aku juga memikirkan hal itu.
Tiba-tiba, aku merasakan tatapan ke arahku. Ketika kuangkat wajahku, Datie melihat ke arahku.
「 Ada apa? 」
「 Bukan apa-apa, saya cuma merasa kalau Paduka keren selevel dengan pahlawan cahaya. GUFUFUFU 」
Datie tertawa sambil menutupi bibirnya. Seakan tatapannya tidak akan meninggalkan tubuhku.
Tiba-tiba, Punggungku merasa menggigil lagi.
「 Berhentilah memandangi Kuroki dengan mata busukmu itu! Ratu goblin! Kuroki itu MILIKKU! 」
Kuna marah ketika dia menyadari kalau tatapan Datie tidak akan meninggalkanku.
「 AH! Jangan marah, Kuna. Aku tahu kok perasaanmu. Serahkan saja masalah pahlawan Algore ini pada kami! Ayo pergi, Kuna!」
Setelah menenangkan amarah Kuna, aku segera meninggalkan tempat itu .
Aku mengabaikan Datie yang berusaha menahanku di sana.
Tempat itu akan berada dalam bahaya jika aku tidak segera pergi.
Aku meninggalkan kerajaan Karon dengan tergesa-gesa.
» Pangeran Algore, Omiros
「 FLASH!! 」
「 GUGYAAA! 」
「 GUAAAA! 」
Sihir ‘flash’ yang ditembakkan Parish meledak.
Para goblin yang terkena kilatan cahaya itu meraung saat mereka menyipitkan matanya. Goblin, makhluk yang hidup dalam kegelapan lemah terhadap cahaya. Mereka takkan bisa melihat apa pun untuk sementara waktu.
「 Sekarang! Bunuh mereka sebelum penglihatan mereka pulih! 」
Ada tujuh orang di sisi kami sementara itu lima puluh di sisi goblin. Kami berada dalam masalah jika penglihatan mereka pulih.
Jadi, saat itulah aku mengirim perintahku, dan aku juga melesat ke para goblin dengan pedangku.
「 JANGAN INCAR KEPALA MEREKA! INCAR TUBUH MEREKA! 」
「 DIMENGERTI! 」
Beberapa jawaban, secara tak merata, menanggapi ucapanku sementara aku bercekcok pedang dengan para goblin. Para goblin mengamuk ketika mereka mencoba menghindari seranganku.
Karena kepala goblin keras, menggunakan pedang saja takkan cukup untuk memotongnya. Jadi, kami harus membidik ke tubuh mereka. Akan sulit bagi manusia normal untuk melakukannya karena mereka jauh lebih tinggi daripada goblin, tapi itu tak jadi masalah bagi prajurit yang terampil.
Dan kami adalah prajurit Algore. Dengan gitu, jumlah goblin tak terlalu jadi ancaman bagi kami.
Di Algore, yang selalu dihadapkan ancaman iblis karena berada tepat dengan Nargol, kekuatan sangat diperlukan. Pria yang lahir dari Algore harus ditakdirkan untuk menjadi prajurit.
Semua pria di Algore adalah prajurit yang kuat. Mereka yang terbaik di wilayah ini.
Sebab itulah mereka takkan kalah bahkan melawan segerombolan goblin itu.
Situasi semakin menguntungkan kami. Tapi, seperti yang diharapkan, kami tidak bisa memusnahkan mereka sesingkat mungkin karena mereka masih bersikerang untuk menyerang.
「 GAAAAAAA! 」
Setelah pulihnya penglihatan mereka, para goblin mengangkat gada mereka dan melanjutkan serangan.
Setelah bertahan dari gada goblin dengan perisai, aku menyerang balik goblin dan membelah tubuhnya.
Lalu, aku tendang mayat goblin ke arah goblin lain yang datang dari sisiku dan menghabisinya dengan tikaman.
「 Tidak buruk, Pangeran Omiros 」
Ucap Parish sambil tersenyum padaku.
Sok merendah, pikirku begitu.
Pria ini telah membunuh lebih banyak goblin daripada aku.
Parish bukan orang Algore. Dia hanya orang asing yang disambut ayahku karena keahliannya.
Keahliannya luar biasa, tak ada yang bisa mengalahkannya satu lawan satu.
Akhir-akhir ini, ketenarannya terus meningkat di wilayah ini dan akhirnya dipuji sebagai si pemberani Algore.
Aku tidak suka dengan pria ini. Dia sangat brengsek pada kaum wanita. Bukan cuma wanita kerajaan kami, tangannya juga merayap-rayap ke wanita asing.
Berbeda dari raja sebelumnya, aku mengunjungi negara sekitar karena perintah ayahku untuk membangun hubungan dengan negara tetangga. Pria ini juga ikut bersamaku. Selama waktu itu, tampaknya tangan cabulnya mencapai wanita bangsawan asing.
Parish sendiri pria yang sangat tampan. Tidak mungkin ada wanita yang tidak klepek-klepek terhadapnya.
「 Kalau gitu, Parish ini tidak bisa biarkan dirinya dikalahkan oleh Yang Mulia. Jadi, rasakan ini! 」
Setelah bilang begitu, Parish bergegas menuju rombongan goblin. Kemudian dia memotong goblin satu demi satu.
Dia bergerak seperti badai.
「 Luar biasa.... 」
「 Seperti yang diharapkan dari Parish-sama! 」
Semua orang dengan suara kagum memuji Parish.
Seperti yang diharapkan dari si pemberani, Parish sangat kuat. Menurut rumor, nampaknya dia bisa melawan ogre 1 vs 1.
Aku tercengang dengan kekuatan semacam itu. Wajahnya juga tampan. Wajahnya mungkin menyaingi pahlawan cahaya.
Segera, mayat goblin tersebar di sekitar yang sebagian besar di bunuh Parish.
「 Kita menang, tapi... Apa kita akan maju, pangeran Omiros? 」
Parish berbalik dan bertanya padaku.
「 Hmm... mari kita maju sedikit lagi 」
Ucapku dengan suara cemas.
「 Ayo kembali... Tuan muda. Kita pasti akan mati jika maju lebih jauh lagi 」
Balzaza yang datang bersama dengan kelompok kami menyarankan pilihan mundur. Dia adalah bawahan ayahku dan ditugaskan sebagai pengawalku.
「 Maaf Balzaza. Kita akan maju sedikit lagi 」
「 Bukankah kita sudah masuk cukup jauh, Omiros? Hasilnya sudah terbukti. Putri Qupius jelas telah terbunuh dan mungkin sedang sek-sekan dengan para goblin 」
「 MacGius! 」
Aku meraih kerah MacGius. Dia pergi ke sini bersamaku, dan dia adalah sepupuku.
「 Goblin gak selalu membunuh manusia! Membiarkannya hidup akan lebih bermanfaat! 」
「 Oi, kalau hidup lebih buruk daripada kematian... Dia akan jadi mainan untuk para goblin.... 」
Goblin tak punya satu alasan pun untuk membiarkan manusia wanita tetap hidup. Dan itulah yang ingin dikatakan MacGius padaku.
「 Meski begitu... Regena.... 」
Aku tak bisa menyelesaikan kata-kataku.
「 MacGius-dono. Kau tak seharusnya menggoda pangeran kami begitu dong 」
Setelah Parish berkata begitu, MacGius menghela nafas.
「 Maaf, Omiros. Aku udah kelewatan 」
MacGius minta maaf padaku.
「 Ada lubang lain di jalan sini. Kita akan istirahat di situ 」
Semua orang setuju dengan usulan Parish. Kami datang jauh-jauh ke tempat ini karena keegoisanku.
Kami berjalan kembali.
Kami akhirnya tiba di lubang. Aku lihat langit mendung dari lubang lain yang ada di sana.
Semua orang kemudian mematikan lentera genggam.
「 Pangeran Omiros. Aku nggak akan bilang hal yang sama MacGuis, tapi seberapa jauh kita harus maju? 」
Aku berpikir keras setelah mendengar kata-kata Parish.
「 Maafkan aku, Parish-dono... Paling tidak, aku ingin tahu apa yang terjadi pada Regena.... 」
Ketika aku bilang begitu, keheningan pun terjadi di kelompok kami.
Aku tahu arti keheningan ini bahkan tanpa memberitahuku. Mereka saat ini mungkin membayangkan nasib buruk yang menimpa seorang wanita yang ditangkap oleh goblin.
「 Kalau begitu, kita harus memusnahkan goblin di area ini 」
Aku setuju dengan kata-kata MacGius.
「 Ya, ayo maju sedikit lagi 」
Ketika aku bilang begitu, para prajurit menunjukkan perlawanan mereka.
「 Kita tidak harus maju lebih jauh! Kalau begini terus, kita akan memasuki bagian utara gunung! 」
「 Mohon maafkan dia Yang Mulia, tetapi goblin utara jauh lebih kuat daripada goblin selatan! Pergi ke sana adalah tindakan bunuh diri! 」
Apa yang mereka katakan itu benar.
Goblin utara kuat. Bahkan dalam perlengkapan, goblin selatan tidak mengenakan apa-apa selain gada sebagai senjata, tapi goblin utara mampu membuat senjata dan armor. Semua orang kecuali Parish akan mati jika kami pergi ke sana.
Beberapa bawahanku mengeluh. Sepertinya tidak ada keluhan dari Parish dan MacGius.
Parish diam-diam melihat situasi.
「 Kalian semua, jangan mengeluh gitu. Aku bisa mengerti perasaan pangeran kita. Putri Regena? Dia benar-benar cantik. Jadi aku tahu kenapa dia ngotot terus 」
Parish menegur semua orang.
Tapi, aku nyaris muntah darah setelah mendengar kata-katanya.
「 Parish-dono! Jika kau merasa begitu, kenapa kau tidak menyelamatkan Regena?! Daripada melakukan kayak gini, kau ... 」
「 Orang yang buat keputusan itu adalah raja, yaitu ayahmu. Aku harus bagaimana lagi? 」
Aku terdiam setelah dengar jawabannya.
Seperti yang dia katakan. Orang yang mengasingkan Regena ke sarang goblin tidak lain adalah ayahku sendiri.
Ada konflik internal di Algore.
Dan asal mula konflik itu berasal dari pembentukkan Algore.
Algore berawal 400 tahun yang lalu – sebuah benteng tempat berkumpulnya berbagai pasukan dari sisi timur benua untuk menaklukkan raja iblis.
Pada awalnya, itu adalah benteng sampai Nargol jatuh, dan kemudian menjadi negara.
Dan sebelum orang tahu, sang jenderal menjadi raja, para prajurit dan berbagai ordo ksatria menjadi klan.
Pada awalnya, Republik Suci Lenaria lah yang akan menjadi raja, tetapi itu menyebabkan ketidakpuasan klan lain. Sebagai hasilnya, diputuskan bahwa setiap klan akan bergiliran menjadi raja tiap 10 tahun.
Tapi, keputusan itu tidak terlindungi, terutama ketika klan kuat memonopoli kerajaan. Itu adalah klan Regena.
Meski banyak klan marah dengan tindakan mereka, klan Regena kuat. Dengan begitu, perselisihan internal tidak pernah terjadi.
Tetapi, insiden tertentu terjadi.
Qupis, raja pada waktu itu telah jatuh cinta pada tunangan pangeran Velos, kekuatan utama wilayah ini saat itu. Dan mereka pun kawin lari ke Algore.
Tentu saja, kerajaan Velos marah, meminta mereka untuk mengembalikan tunangan pengeran.
Tapi, Qupis-tachi tidak menanggapi mereka.
Tindakannya juga membuat marah klan lain. Itu pun menambahkan bahan bakar, yaitu kebencian terhadap keluarga kerajaan.
Klan lain tidak membujuk Qupis untuk mengembalikan tunangannya.
Alhasil, Algore menjadi musuh kerajaan Velos; kerajaan lain juga mulai mengasingkan Algore.
Dan karena alasan itu, hampir tidak ada pedagang yang ingin berdagang di Algore, yang mengakibatkan terasingnya kerajaan. Akibatnya, klan lain bahkan lebih marah ke keluarga kerajaan.
Semua orang dengan dendam yang sama berkumpul di bersama ayahku, Montas, kepala keluarga dari klan kuat yang mengajukan ke keluarga kerajaan, yaitu penurunan tahta Qupis.
Tentu saja, Qupis tidak menanggapi permintaan itu.
Keluarga kerajaan sangat kuat; tidak ada klan lain yang bisa melawan kekuatan mereka seraca langsung. Keluarga kerajaan juga tidak memiliki alasan untuk menghancurkan keluarga lain, sehingga perang saudara tidak pernah terjadi. Tapi, kecemasan terhadap raja terus muncul.
Segera waktu berlalu, dan tunangan yang menghilang tanpa jejak kemudian melahirkan seorang putri Qupis. Putri itu adalah Regena.
Aku bertemu Regena ketika kami berusia 5 tahun. Itu terjadi ketika ayahku datang ke pertemuan klan di istana kerajaan.
Itu adalah pertama kalinya aku datang ke istana kerajaan, jadi aku pun berkeliling, penuh kegembiraan. Saat itulah aku secara kebetulan bertemu Regena yang sedang jalan-jalan di sekitar istana kerajaan.
Kami segera menjadi teman baik karena tidak ada anak seusia di sekitar Regena.
Meski orang dewasa mengalami perselisihan internal, itu tidak ada hubungannya dengan aku dan Regena yang pada waktu itu hanya anak-anak.
Kami kadang-kadang pergi bermain secara diam-diam tanpa ayah kami ketahui.
Dan kami pun tumbuh bersama.
Regena yang sudah dewasa ternyata wanita yang sangat cantik. Meski aku tidak bisa bilang itu di depannya, aku ingin melindunginya.
Itulah sebabnya aku meninggalkan Algore bersama MacGius dan Belzaza untuk memoles keterampilan kami.
Tapi, itu adalah kesalahan terbesarku.
Ditambah kejutan terbesar dalam hidupku menyambut ketika aku kembali ke Algore. Ayahku, karena suatu alasan menjadi raja baru, membuang Regena.
Tampaknya raja Qupis mencoba melakukan sesuatu selama ketidakhadiranku yang menyebabkan klan kami hampir dimusnahkan.
Ayahku menyerang balik, memenangkan pertempuran, dan menjadi raja.
Pada awalnya aku tidak percaya. Bahkan dengan perselisihan internal, aku tak berpikir kalau raja Qupis adalah tipe orang yang akan bertindak ceroboh.
Tapi, dia mengkhianati harapanku.
Meski itu benar kalau raja Qupis bersalah, tapi tak perlu mengusir Regena juga, kan?
Tapi, aku tidak bisa membenci ayahku yang melakukannya.
Paling tidak, aku ingin tahu apa yang terjadi pada Regena. Karena itu, aku meminta ayahku untuk meminjam sang pahlawan, Parish untuk mencarinya di gunung Akeron.
Aku belum tahu nasib Regena. Aku ingin menyelamatkannya jika mungkin atau membawa kembali sisa-sisanya jika dia sudah mati. Dipenjara di dalam sarang suram goblin itu terlalu kejam.
「 Pangeranku. Meski aku mengerti rasa sakitmu, kita harus kembali pada malam hari. Kita akan hentikan pencarian hari ini 」
Aku menyetujui permintaannya. Aku tak seharusnya membawa Belzaza dan MacGius ke kematian mereka karena keegoisanku.
Jadi, aku berdiri dari tempat dudukku.
「 Apa istirahat kalian sudah selesai? 」
Sebuah suara tiba-tiba bergema. Suara wanita.
Semua anggota kelompok kami berbalik ke arah pemilik suara itu.
Apa yang kami lihat di sana adalah seorang wanita yang sangat cantik.
Rambut yang berwarna perak dan putih salju yang hampir transparan menambah kecantikannya.
Dia mengenakan sesuatu yang menyerupai gaun hitam, dan di tangannya ada sabit besar.
Ini pertama kalinya aku bertemu dengan kecantikan yang seperti itu. Kecantikannya itu menjadi sesuatu yang seharusnya tidak ada di dunia ini.
Semua orang terpesona olehnya.
「 Nona, boleh aku tanya keperluanmu? Kau tidak terlihat seperti orang biasa bagiku 」
Ketika kami semua terpesona, cuma Parish yang bisa bergerak di antara kami.
Seperti yang dia katakan, tidak mungkin dia ini wanita biasa.
「 Kalian dari Algore, kan? 」
Dia bertanya kepada kami.
「 Ya, seperti yang kau katakan .... 」
Aku mengangguk padanya.
「Begitu ... Lalu, siapa diantara kalian yang bernama Herpes? 」
Kami bertukar pandang setelah mendengar pertanyaannya. Tidak ada Herpes di antara kami.
「 Tidak ada seorang pun? Aku dengar dia adalah Pemberani dari Algore ... 」
Aku akhirnya mengerti apa yang dia maksud.
「 Jika kau bilang pemberani Algore, maka itu bukan Herpes, itu Parish, nona muda 」
MacGius mengoreksinya.
「Begitu ... Lalu yang mana Parish itu? 」
Tampaknya dia tidak tahu Parish.
「 Aku Parish, nona muda 」
Parish memperkenalkan dirinya sambil bersikap arogan.
「 Wajah Goblin ... Apa kau ... Parish? 」
Meski sulit untuk memperkenalkan lagi, pada akhirnya, dia mengangguk padanya.
Selain itu, dia mengucapkan kata-kata aneh, wajah goblin dia bilang. Parish kan pria tampan. Bahkan dari sudut pandangku sebagai pria, dia tidak terlihat menyerupai goblin jelek itu.
「 Lalu, lawan Kuna. Aku ingin melihat hasil latihanku 」
Setelah mengatakan itu, wanita itu mengatur posisi sabitnya. Semua orang terkejut dengan sikapnya. Apa wanita itu ingin melawan kami?
「 Kenapa kau ingin melawan kami? 」
「 Kuna hanya ingin melihat hasil dari latihan Kuna 」
Alasan macam apa itu? Dia hanya maniak tempur.
「 Aku gagal paham ... Apa kau penghuni Nargol? 」
Wanita itu mengangguk menyetujui kata-kata Parish.
「 Ya, Kuna tinggal di Nargol 」
Kami terkejut dengan jawabannya.
「 Tinggal di Nargol ... Kalau gitu, kau bukan manusia? 」
Nargol adalah kerajaan tempat iblis tinggal. Itu jelas bukan tempat tinggal manusia. Sepertinya wanita itu bukan manusia. Ya, kecantikannya pun tidak manusiawi.
「 Mungkinkah ... Kau ras iblis legendaris itu. Penyihir? 」
「 Aku dengar kalau sosok wanita ras iblis itu menyeramkan. Tapi dia terlalu cantik ... 」
Orang-orang di sekitarku menyanjung wanita itu. Jika dia benar-benar penghuni Nargol, dia adalah musuh umat manusia. Apa itu sebabnya dia datang untuk menyerang kami?
「 Aneh, wanita ras iblis itu seharusnya lebih ke ... Apa kau benar-benar ras iblis? 」
Tiba-tiba sebuah pertanyaan muncul di kepalaku setelah mendengar kata-kata Parish. Apa Parish pernah bertemu ras iblis sebelumnya?
「 Kuna bukan ras iblis. Kuna adalah Kuna 」
Jawab wanita itu acuh tak acuh. Sepertinya dia sendiri tidak sabaran.
「 Obrolannya cukup sampai disini, tarik pedangmu. Jika kau cuma berdiam diri saja, maka aku akan menyerangmu 」
Sepertinya dia akan menyerang kami kapan saja.
「 Kalau bisa aku tidak ingin bertarung dengan wanita, tapi .... mau gimana lagi 」
Parish menarik pedangnya dan mengatur perisainya.
「 Biar tampangku begini, aku kuat loh 」
Parish kuat. Tapi, wanita di depan kami juga bukan orang biasa.
「 AKU DATANG! 」
Wanita itu kemudian mengayunkan sabitnya.
「 Fufufu, cuma gitu aja ... 」
Parish menerima sabit wanita itu dengan perisainya sambil menunjukkan wajah penuh senyuman ...
「 GOOOOOOOOOB! 」
… Dan dia pun terlempar.
Parish, terlempar ke belakang sambil mengangkat jeritan aneh, menabrak dinding batu di belakangnya.
Semua orang terkejut dengan kejadian yang terjadi di depan mereka.
「 Parish-sama! 」
「 Parish-dono! 」
Kami tersadar balik setelah beberapa saat dan kemudian bergegas menuju Parish.
「 Gob ... Apa-apaan kekuatan itu .... 」
Setelah menabrak batu, Parish tampaknya masih hidup.
「 Tidak mungkin ... Parish-sama .... 」
「 Dengan tubuh sekecil itu .... 」
Meski lengannya ramping, wanita itu punya kekuatan yang mengerikan. Tak peduli berapa banyak prajurit Algore melawan Parish, tak ada dari mereka yang bisa mengalahkannya.
「 Cuma segitu aja? Padahal Kuna cuma ayunkan sabitnya dengan ringan 」
Semua orang merasa takut mendengar kata-katanya.
Apa ayunan yang barusan bukan kekuatan penuhnya?!.
「 Meski penampilannya berbeda, dia ternyata cukup kuat juga ... Tapi, ini bukan berakhir 」
Parish berdiri. Dia mengatur pedang dan perisainya lagi.
「 Kau memang kuat, tapi bagaimana dengan ini! Fireball!! 」
Fireball dalam bentuk peluru ditembakkan dari tangan Parish.
Fireball yang ditembaknya mengenai tanah di depan wanita itu, mengangkat debu. Tampaknya tujuannya adalah untuk mengganggu penglihatan pihak musuh.
「 Acceleration (Haste)!!! 」
Setelah mengangkat debu itu, Parish mulai bergerak sambil meneriakan itu. Gerakan Parish jadi lebih cepat. Dia mendekatinya seperti embusan angin.
Setelah berakselerasi, Parish berputar ke belakang wanita itu dan akhirnya menusuk ke arah punggungnya yang tidak terlindungi.
「 Ini kemenanganku. Kau akan kuampuni jika kau menyerah 」
Ucap Parish sambil tersenyum pada wanita itu.
「 Apa yang kau bicarakan? Apa cuma itu saja? 」
Ketika dia berkata begitu, sosoknya tiba-tiba menghilang.
「 EH! 」
Parish kaget.
Wanita itu tiba-tiba berdiri di belakang Parish.
「 S-Sejak kapan! 」
Parish berbalik dengan wajah kaget.
「 Sekarang giliranku untuk menyerang 」
Dia mengayunkan sabitnya.
「 APAAAA! 」
Bukan hanya Parish, semua orang dikejutkan oleh perubahan kejadian yang tiba-tiba.
Wanita yang megang sabit itu melesat menuju Parish dan kemudian menyanyatinya sebanyak-banyaknya.
「 UWAAAAAAAAAAAAA! 」
Parish hanya bisa berteriak. Jumlah sabit yang menyanyati Parish sudah terlalu banyak untuk dihitung.
Beberapa detik kemudian. Dia pun menghentikan sabitnya.
「 Eh? 」
Parish menunjukkan wajah terkejut. Dia tidak mati meski dia terkena sayatan sabit yang tak terhitung jumlahnya.
「 Jangan khawatir, aku tidak mengincar hidupmu. Aku baru saja memotong armormu 」
Setelah wanita itu bilang begitu, armor Parish mulai runtuh ke tanah.
Sabit wanita itu tidak menyentuh tubuh Parish sama sekali. Dia secara akurat mengincar armornya. Armor Parish hancur di saat berikutnya.
Tapi, bukan hanya armornya yang hancur. Bahkan pakaian di dalam armornya ikut terpotong.
「 Masih gagal, kah ... Tujuanku melenceng 1 mm. Mau nggak mau aku harus berlatih lagi 」
Saat wanita itu bilang begitu, celana Parish terpelorot.
Pantat dan titit Parish pun terlihat.
「 Kecil ciut ... Apa punyamu emang sekecil ini? 」
Gumam wanita itu ketika dia melihat ke bawah.
Critical hit. Aku merasa kasian pada Parish.
「 Uuuh .... MUNDUR! SEMUANYA!!! IKUTI AKU! 」
Parish melarikan diri sambil mati-matian menutupi area bawahnya. Itu tidak sedap untuk dipandang.
「 MONSTER 」
「 PENYIHIR! PENYIHIR PERAK!! 」
「 KABURR! 」
Bawahanku juga melarikan diri dari tempat ini.
「 OMIROS! AYO MUNDUR! 」
MacGius mendesakku untuk lari.
「 Dimengerti! 」
Aku berbalik dan lari dengan yang lain.
Ketika aku berbalik sambil melarikan diri dari tempat itu, aku lihat bahwa wanita itu tidak mengejar kami. Lalu, aku perhatikan ada sosok orang lain selain wanita itu.
» Ksatria Kegelapan, Kuroki
「 Terlalu lemah. Aku bahkan tidak tahu apa kemampuanku meningkat atau tidak 」
Kuna cemberut saat dia berkata begitu.
「 Mau gimana lagi. Lagipula Kuna terlalu kuat .... 」
Dengan lembut aku menyisir rambut Kuna. Setelah itu, ekspresi Kuna sedikit melunak.
「 Mereka kabur. Apa yang harus kita lakukan, Kuroki? 」
Kuna bertanya padaku.
「 Jujur ... Aku juga ingin tahu itu .... 」
Kami cuma secara tak sengaja melihat orang-orang itu keluar dari sarang goblin ketika kami menunggang Glorious.
Aku yakin siapa pun mereka, mereka pasti memiliki semacam kontak dengan Parish si pemberani.
Karena mereka akan melarikan diri jika mereka melihat Glorious mendekati sarang goblin, aku suruh Glorious mendarat di tempat yang sedikit terpisah dan mendekati mereka sambil menghapus kehadiranku.
Kalau begitu, harus gimana ya sekarang? Kenapa mereka datang ke tempat seperti ini? Haruskah aku nanya ke mereka?
Tapi, mungkin saja mereka adalah orang-orang yang membuang Regena ke sarang goblin. Orang-orang itu mungkin tidak punya alasan yang mendalam. Jadi, lebih baik jika aku tidak bertanya kepada mereka.
Kayaknya aku perlu beri mereka pengalaman yang sedikit pahit sehingga mereka tidak akan pernah datang lagi.
Dan ketika aku memikirkan sesuatu seperti itu, Kuna, yang saat ini menemaniku, mengatakan bahwa dia ingin melihat hasil latihannya dengan sabit raksasanya.
Dengan penampilannya, sabit adalah senjata yang sulit ditangani. Dengan begitu, pertarungan nyata jelas merupakan cara terbaik untuk melihat hasil latihannya.
Tapi, aku enggan biarkan Kuna bertarung. Tapi pada akhirnya, aku tidak bisa maksakan diri untuk mengatakan tidak pada Kuna.
Meskipun tidak akurat, aku dapat mengukur kekuatan lawanku sampai tingkat tertentu. Jadi, aku tahu mereka lemah. Mereka seharusnya tidak menjadi ancaman bagi Kuna.
Itu sebabnya aku menyetujui permintaan Kuna.
Jadi, Kuna mendekati mereka sendiri.
Tentu saja, aku bersembunyi sehingga aku bisa bergerak segera setelah situasinya berubah menjadi bahaya. Tapi, mereka terlalu lemah untuk dianggap sebagai masalah. Mereka dengan mudah kalah begitu saja.
Pada akhirnya, kami tidak bisa membuat mereka berjanji untuk tidak kembali ke tempat ini.
Apa harus ku kejar mereka?
「 Kalau dipikir-pikir, apa kau mendengar apa yang mereka bicarakan? 」
Telingaku menjadi lebih tajam sejak aku datang ke dunia ini. Tapi, aku tidak bisa mendengar suara mereka dari tempat sembunyiku.
「 Kalau tidak salah itu tentang ... Re- 」
「 Re? 」
Kuna menghentikan apa yang akan dikatakannya. Dan kemudian, seolah-olah dia tenggelam dalam pikirannya.
「 Uhn, bukan masalah penting kok. Maaf ya, Kuroki. Kuna tidak mendengar apa-apa 」
Kuna membalas begitu.
「 Yah, mau gimana lagi kalau kau tidak mendengar pembicaraan mereka 」
Dan lagian, aku juga tidak ingin mendengarkannya.
Aku lebih ingin menanyakan alasan mereka. Aku tak berpikir kalau mereka akan jadi anak yang baik, tapi Kuna ahli menggunakan sihir ‘charm’, sihir ‘domination’, dan sihir ‘detect deception’.
Mereka takkan bisa menahan sihirnya dengan kekuatan sihir mereka yang rendah, dan kami mungkin bisa buat mereka segera mengakui alasan mereka.
「 Baiklah, yuk kita kembali ke kastil raja iblis? 」
Aku menyisir rambut Kuna. Kuna tampaknya senang dengan apa yang aku lakukan.
「 Dimengerti 」
Jadi, kami pergi bersama ke tempat kami meninggalkan Glorious.
「 Kuroki .... 」
Kuna yang berjalan tepat di belakangku memanggil namaku.
「 Ada apa, Kuna? 」
「 Punya Kuroki sangat besar .... 」
「 Begitu .... 」
Apa maksudnya punggungku? [Catatan: Bukan, yg dia maksud itu tititmu]
Jadi, kami kembali ke kastil raja iblis sambil bergurau.
Mantap lanjut terus min
BalasHapusLanjut min. Keren ceritanya.
BalasHapus