Ankoku Kishi Monogatari Bab 40 Bahasa Indonesia

/

Act 3: Penyihir Perak
Myulmidon

› Gadis Pedang, Shirone 

Kami melanjutkan perjalanan kami dengan menggunakan kereta dari pemberian Eclas. Yang menarik keretanya adalah hippogriff. 

Akan lebih cepat jika kami terbang, tapi kali ini kami lagi bersama banyak orang. Secara, hippogriff tidak bisa membawa beban yang lebih dari muatannya. 

Itu sebabnya kami tak punya pilihan lain selain lewat darat. 

Kereta yang diberikan kerajaan Velos sangat bagus. Jendela-jendalanya pada besar, jadi aku bisa melihat pemandangan luar dengan mudah. Dan kursinya juga nyaman. 

Yang duduk di kursi adalah aku, Kyouka-san, Kaya-san, dan Regena. 

Ada tujuh dari kami. Aku, Kyouka-san, Kaya-san, Regena, dan Omiros. Terus, Echigos dan Daigan juga ikut bersama kami. 

Parish tidak ikut bersama kami. Dia balik duluan karena lagi ada sesuatu yang ingin dia diurus. 

Karena itu suasana hati Kyouka-san lagi baik. 

Setelah pesta tadi malam, perasaan tidak enak yang kurasakan dari Parish menjadi semakin kuat. Dia melihat kami, kaum wanita, dengan tatap yang sangat mesum. Dan itu menjadi lebih parah ketika dia melihat Regena. Bernafas kasar, dia tampak seperti anjing yang lagi bernafsu. Aku agak kasihan sih pada Parish, tapi untuk saat ini, aku setuju dengan Kyouka-san. 

Kenapa Parish menjadi seperti itu, tampaknya dia terkena sihir Penyihir Perak yang datang bersama Kuroki. Aku tidak tahu kenapa dia menggunakan sihirnya ke Parish, tapi kayaknya aku akan segera mengetahui alasannya. 

Selain itu, Parish sekarang sudah tidak ada. 

Karena tidak ada pengawal yang mengikuti kami, kami pun membawa Echigos dan Daigan. 

Adapun kenapa mereka berdua pergi bersama kami, Echigos memohon untuk membawanya bersama kami karena takut dia mungkin akan diserang ogre untuk kedua kalinya. 

Mengenai bagaimana dia kembali dari hutan ke Velos, masih merupakan misteri bagiku. Dia tiba-tiba muncul di depan kereta kami dan bersujud tepat sebelum kami meninggalkan Velos. 

Ogre yang mengendalikan Echigos sebelumnya disebut Kujig, ogre itu mengatur Hutan Biru yang ada di daerah ini. Tempat tinggal Kujig, yaitu kastil permen berada di dalam Hutan Biru. 

Aku harus waspada karena ada kemungkinan dia akan menyerang lagi. 

Soal Daigan, sayangnya, kami harus membawanya karena kerajaan Velos akan terkena musibah jika manusia serigala yang tampak berbahaya itu dipenjarakan disana. 

Daigan saat ini diikat dengan beberapa rantai dan ditempatkan di kereta muatan di belakang kami. Ngomong-ngomong, yang mengemudinya adalah Echigos. 

Kami tidak hanya mengikat Echigos, tetapi juga mengikat Regena. 

Kami tak ingin berbuat kasar padanya, tetapi dia sumber informasi berharga kami. Jadi, kami tak ada niatan untuk melepaskannya begitu saja. 

Untungnya, mulut Regena adalah rapuh mulut. Waktu itu dia bilang dia tidak akan pernah memberitahukan kami apapun, tapi perlahan namun pasti kami berhasil membuat dia membicarakan tentang kehidupan Kuroki di Nargol. 
(TL: rapuh mulut = gak bisa menyimpan rahasia.)

Seperti yang Kaya-san prediksi, yang menyelamatkan Regena adalah Kuroki. Jika Kuroki tidak datang menyelamatkannya, dia mungkin sudah dieue para goblin sekarang. 

Karena alasan itulah, dia sangat berterima kasih pada Kuroki. 

Entah karena dia diselamatkan oleh Kuroki, ada rasa kegembiraan ketika dia lagi menceritakannya. 

Kuroki dalam cerita Regena lebih kuat dan lebih baik daripada siapa pun. 

Ekspresinya ketika dia berbicara tentang Kuroki seperti seorang wanita yang lagi jatuh cinta padanya. 

Terutama ekspresi ketika Kuroki menyentuh tangannya sambil berkata “Apa pekerjaannya terlalu sulit?”. Bahkan kami, yang melihat dari samping pun, membuat senyum pasrah. 

Dah berapa banyak dia memuji Kuroki? 

Maksudku, dia kan orangnya suram, biasa, cabul lagi. 

Betapa malangnya Omiros. 

Dia terus memikirkan Kuroki dengan niat permusuhan ketika dia ikut pergi bersama kami. 

Fakta dia dibenci oleh orang yang dia sayangi pasti nyesek tuh. 

Belum lagi dia (Regena) membual tentang pria lain di depannya. Itumah bukan nyesek lagi, sakit tak berdarah namanya. 

Omiros ingin membawa Regena kembali ke Algore. Makanya itu, bagi Omiros, Kuroki adalah pengganggu. 

Tapi, Regena yang marah berteriak begini: “KARENA DANNA-SAMA JAUH LEBIH KECE DAN BAIK DIBANDINGKAN KAU, OMIROS!!!” gitu. 

Omiros pun langsung syok ketika Regena bilang begitu. Benar-benar, menyedihkan sekali dia. 

Padaha dia sudah mengkhawatirkan dirinya (Regena). Untuk setidaknya, dia harus menganggap baik dirinya (Omiros), kan? 

Tiba-tiba, aku merasa kalau sosok Omiros saat ini tampkak mirip seperti... 

Kuroki? 

Omiros yang malang saat ini mengikuti kami sambil menunggangi kuda. 

Haruskah aku membuat mereka berdamai? 
(TL: sok suci loe, sok perhatian loe, Shirone. CUIH, NAJIS, AMIT-AMIT DEH, EUGH.)

Aku pun memikirkan begitu. 

Atau mungkin pilihan terbaik adalah memisahkan Regena dari Kuroki? 

Yosh, akan ku beberkan sifat Kuroki yang asli kepadanya. Dengan kulakukan itu, Regena, yang merasa jijik mengetahui sifat Kuroki, mungkin akan kembali ke sisi Omiros. 

Ketika aku memikirkan rencana itu, aku merasakan sesuatu mendekat ke arah kami. 

[ Hentikan keretanya! ] 

Ucap Kaya-san menyuruh Echigos untuk hentikan kereta, sepertinya dia menyadari sesuatu. 

[ Apa terjadi sesuatu? ] 

Karena disuruh hentikan kereta, Echigos berbalik dan bertanya padanya. 

[ Benar, Kaya. Apa terjadi sesuatu? ] 

Kyouka-san juga ikut bertanya. 

Kyouka-san tidak menyadari apa pun karena dia tidak punya kemampuan merasakan kehadiran. 

[ Di depan sana sesuatu lagi mendekat, ojou-sama. ] 

Kami mengarahkan pandangan kami ke depan. 

Di sana kami melihat seekor kuda berlari kencang ke arah kami. 

Omiros maju untuk melindungi kami dari kuda yang datang ke arah kami. 

[ OMIROOOOOOOOS! ] 
[ MacGius! Rietto!! ] 

Salah satu orang yang menunggangi kuda itu meneriaki Omiros. 

Ada dua orang yang menunggangi kuda. Seorang pria yang seusia kami bersama seorang wanita kecil di belakangnya. 

[ Kaya-dono. Mereka adalah sepupuku. ] 

Setelah berbalik untuk bilang itu, Omiros pergi ke depan sambil melambaikan tangannya ke arah mereka. 

[ TUNGGU! YANG DATANG BUKAN CUMA MEREKA SAJA!! ] 

Setelah bilang itu, Kaya-san keluar dari kereta dan berlari ke arah mereka. 

Gerakannya lebih cepat daripada Omiros yang menunggangi kuda. 

[ EH?! ] 

Saat itu juga, dari sisi berlawanan dari tempat mereka mendatangi kami, sebuah bayangan tiba-tiba melompat ke samping mereka. Wanita kecil yang juga ikut nebeng spontan berteriak. 

Bayangan itu terlihat seperti semut berkaki dua yang hampir setinggi manusia. Dan itu bukan cuma satu. Beberapa dari mereka juga melompat keluar dari semak-semak di samping mereka. 

[ UWAAA! ] 
[ KYAAA! ] 

Teriak mereka bersamaan. 

Semut mendekati mereka. 

Tapi, Kaya-san lebih cepat dari semut. Sarung tangan yang dia kenakan pun mengeluarkan aliran petir berwarna biru. 

Sarung tangan yang terbuat dari permata biru itu disebut "Sarung tangan Tourmaline". 

Sarung tangan itu terukir dengan sihir roh petir "Tourmaline", membuat serangannya diselimuti dengan petir. 

Senjata sihir baru Kaya-san jauh lebih kuat dari yang dia gunakan sebelumnya. 

Kaya-san melompat ke arah semut yang menuju mereka berdua dan meninju kepalanya. Kemudian, memanfaatkan daya pukulannya untuk melompat menyerang semut lain menggunakan tendangan. 

Beberapa detik kemudian, semut-semut itu di bantai seketika. 

[ Woooww... ] 

Pria yang nunggangi kuda itu spontan terkagum. Kalau gak salah, Omiros memanggilnya MacGius kan. 

[ Rietto! MacGius!! ] 

Omiros nunggangi kudanya dan pergi ke kenalannya. 

[ Kenapa kalian ke sini? ] 

Tanya Omiros. 

[ Yah, Rietto gak bisa diam... Dia khawatir karena kau terlambat, terus dia berpikir sesuatu mungkin terjadi padamu.. ] 

Sambil tersenyum masam, MacGius bilang begitu sambil menatap wanita di belakangnya. 

Tampaknya mereka datang mencari Omiros karena mereka mengkhawatirkan dia. Alasan keterlambatannya mungkin karena kami. Jika Omiros balik bareng Parish, dia mungkin sudah tiba di Algore. 

[ Makasih, Rietto. Aku buat kau khawatir... ] 

Bilang begitu, Omiros mengusap kepala Rietto. Tapi entah kenapa Rietto dalam suasana hati yang agak marah. 

Dia lalu mengalihkan wajahnya dengan pipi kembung. 

[ Humph... Bukan berarti aku mengkhawatirkanmu ya. Dan berhentilah perlakukanku seperti anak kecil. ] 

Bilangnya tidak bisa jujur ​​pada dirinya sendiri. Tapi itu membuatnya terlihat imut. 

[ Ah, maaf Rietto... Ini sudah kebiasaanku... Benar juga, aku punya manisan. Apa ini udah cukup untuk permohonan maafku? ] 

Bilang Omiros sambil mengambil sesuatu dari sakunya. 

[ MANISAN! YANG BENAR NIH?! ] 

Mata Rietto bersinar seolah-olah kecemberutannya beberapa saat yang lalu adalah sebuah kebohongan. 

[ Ahem. ] 

Sementara Omiros dan Rietto terus berbincang, dari samping Kaya-san menyela pembicaraan mereka. 

[ Omiros-dono. Bukankah tidak sopan untuk tidak memperkenalkan mereka kepada kami? ] 
[ M-maafkan aku karena tidak menyadarinya, Kaya-dono. ] 

Bilang Omiros membungkuk pada Kaya-san. Dari suaranya, dia tampaknya takut pada Kaya-san. 

Dia kemudian menggenggam punggung MacGius dan Rietto. Entah kenapa dia terlihat cemas. 

Dia mungkin takut karena melihat Kaya-san membunuh semut-semut itu dengan mudahnya. 

Bahkan aku pun lebih takut daripada dia. Emang sih menjauhkan pria dari kami adalah hal yang bagus, tapi itu buatku merasa sedih jika anak imut seperti Rietto menjadi takut pada kami. 

Omiros membawa mereka berdua ke kereta kami. 

[ Kyouka-sama, mereka berdua adalah sepupuku, MacGius dan adiknya Rietto. ] 

Omiros memperkenalkan mereka pada Kyouka-san yang duduk di dalam kereta. 

[ Ya, senang berkenalan dengan kalian. ] 

Kyouka-san keluar dari kereta. 

[ Eh? Cantik sekali! Siapa dia? ] 

Secara spontan, Rietto memuji kecantikannya. Tampaknya MacGius juga dibuat terpesona. 

[ MacGius, Rietto. Orang ini adalah Kyouka-sama, adik pahlawan. Dan kurasa kalian sudah tahu Shirone-sama yang pernah datang ke Algore sebelumnya. ] 

Omiros memperkenalkanku setelah Kyouka-san. 

[ Kau... Istri pahlawan. ] 
[ Ah, kau benar... ] 

Sepertinya mereka ingat aku. Padahal aku tidak pernah bertemu meraka sebelumnya. 

[ Apa mungkin pahlawan-sama juga... ] 

Ucap Rietto dengan suara yang agak ketakutan. 

[ Dia tidak datang. Yang datang kesini cuma istrinya, Shirone-sama. Ditemani Kaya-dono, dan Kyouka-sama. ] 

Dia pun langsung tenang begitu Omiros mengucapkannya. Apa sebegitu takutnya dia pada Reiji-kun? 

[ Kalian berdua, perkenalkan diri kalian ke Kyouka-sama. ] 

Karena didesak Omiros, mereka segera menegakkan diri dan menjawab. 

[ Helo, Kyouka-sama. Aku MacGius. ] 
[ Dan aku adiknya, Rietto... Eh? ] 

Saat dia menyapa Kyouka-san, mata Rietto terbelak ketika dia melihat seseorang duduk di dalam kereta. 

Matanya tertuju pada Regena. 

[ ... KENAPA? ] 

Kemudian raut wajahnya berubah 180 derajat. 

[ KENAPA REGENA DUDUK DI SANA! ] 

Rietto berteriak dengan penuh amarah. 

Dari ucapannya, aku merasakan kebencian yang begitu kuat. Jujur, aku kaget ketika merasakan itu. 

MacGius juga ikut terkejut ketika dia melihat Regena. 

[ APA YANG TERJADI DI SINI, OMIROS? KENAPA REGENA DUDUK DI SANA? ] 

Pada akhirnya, MacGius juga ikut berteriak. 

Dari ucapannya, dia tampak agak bingung. Dan dia juga terlihat tidak memiliki kesan baik terhadap Regena, meski tidak separah Rietto. 

[ Lama nggak bertemu, Rietto, MacGius... Maunya sih, aku nggak mau bertemu kalian. ] 

Jawab Regena dengan suara dingin di dalam kereta. Tapi aku merasakan sedikit kesedihan dalam ucapannya. 

[ BERANINYA KAU MENUNJUKKAN WAJAHMU, REGENA! KARENA KELUARGAMU, IBU-KU... ] 

Teriak Rietto ke Regena dengan ekspresi murka dan air mata yang mau jatuh. 

[ ... Kalian juga membunuh kerabatku. Bukankah kita impas? ] 
[ ITU KARENA KELUARGAMU LAH YANG MEMULAINYA DULUAN! ] 
[ Dan bagaimana aku bisa tahu itu? ] 
[ JANGAN BIARKAN DIA KEMBALI KE ALGORE! KIRIM DIA KE SARANG GOBLIN LAGI!! ] 

Dan terjadilah adu bacot diantara mereka. 

[ Rietto! CUKUP! Dan Regena juga!! ] 

Omiros mencoba untuk menenangkan mereka. 

[ KENAPA, ABANG OMIROS! KENAPA KAU MELINDUNGI WANITA ITU!! ] 

Rietto menatap Omiros seolah-olah ingin menangis. 

[ Rietto... ] 

Omiros terpana dipelototi oleh adiknya. 

Dan terjadilah keheningan di tempat ini. 

[ Sepertinya kau salah paham, Rietto. ] 

Beberapa saat kemudian, Regena memecah keheningan ini. 

[ SALAH PAHAM APANYA!? ] 

Sekarang, Rietto memelototi Regena. 

[ Omiros tidak melindungiku. Pikirkan lagi, Rietto. Di bawah perlindungan siapa aku menurutmu? Jika kau mencoba menyakitiku, kalian akan berakhir seperti Myulmidon itu. ] 

Ucap Regena sambil melihat mayat antman
(TL: antman = manusia semut.)

Wajah Rietto menjadi pucat setelah menyadari itu. 

[ Betul. Aku tidak di bawah perlindungan Omiros. Kalian saja yang terlalu melebih-lebihkannya. ] 

Ucap Regena sambil tersenyum pada mereka. Tapi, senyumannya tampak seperti senyum kesedihan. 

[ Bukan begitu, Regena... Aku hanya... ] 

Omiros ingin mengatakan sesuatu kepada Regena. 

Tapi, Regena mencuekkannya dan dia pun menatap Kaya-san. 

[ Seperti yang dia katakan. Regena-san saat ini di bawah perlindungan kami. Jika kalian mencoba melukainya, kalian akan kami anggap sebagai musuh. ] 

Kaya-san memperjelaskan posisinya ke MacGius dan Rietto. 

Ekspresi takut menyelimuti MacGius dan Rietto. 

Entah kenapa suasananya berubah menjadi bahaya. Aku harus lakukan sesuatu. 

[ Tenang, tenang, tenang, kalian semua. ] 

Aku turun dari kereta. 

Garis pandang semua orang pun terfokus padaku. 

[ Nee, antman ini... Monster ini waktu kami datang gak ada sebelumnya. Kenapa ini keluar sekarang? ] 

Tanyaku sambil berjalan ke arah mayat antmen untuk mengganti topik. 

[ Antmen? Apa kau berbicara tentang Myulmidon? Kalau dipikir-pikir, kenapa mereka muncul di sini? ] 

Jawab Omiros. 

[ Begitu, jadi semut ini namanya Myulmidon, ya? Kalau gak salah, Myulmidon ini mengejar kalian, kan? Apa terjadi sesuatu? ] 

Tanya Kaya-san pada mereka berdua. 

[ Etto, aku gak ta- Tidak, maksudnya, saya tidak tahu kenapa mereka mengejar kami. Ini juga pertama kalinya saya melihat Myulmidon. ] 
(TL: awalnya Rietto mau jawab "shiranai" (aku gak tahu), yg mana kalimat itu kalimat kasar. jadi dia ganti ucapannya dgn "wakarimasen" (saya tidak tahu) yg mana kalimat itu kalimat sopan.)

Jawab Rietto sambil menggelengkan kepalanya. 

[ Aku... Tidak, saya pernah melihat itu dulu sekali, tapi... Waktu itu, hanya satu atau dua saja. Ini juga pertama kalinya saya melihat mereka sebanyak ini. ] 
(TL: awalnya MacGius mau bilang "ore" (aku), tp diubah jadi "watashi" (saya).)

Jawab MacGius begitu. Di depan MacGius ada tujuh mayat Myulmidon. 

[ Kalau gitu, kenapa Myulmidon tiba-tiba muncul di sini? Apa kau tahu di mana habitat asli mereka? ] 

Setelah aku bilang begitu, Omiros menggelengkan kepalanya. 

[ Aku tidak tahu... Tapi menurut legenda, kau bisa menemukan mereka di sekitar kastil ratu di dalam Hutan Biru. ] 
[ Ratu Hutan Biru? Apa itu berarti ogre betina ada di sekitar sini? ] 

Ratu Hutan Biru yang dibicarakan Omiros kemungkinan merujuk pada ogre betina yang memimpin serangan di Velos. 

Bagaimanapun, di dalam Hutan Biru yang luas, tidak ada yang tahu disekitar mana kastil itu berada. Apabila ada manusia yang mau mendekati kastil itu, mereka akan langsung dimakan. Si ratu yg menghuni kastil itu kalau gak salah namanya Kujig, kan. 

[ Kalau gitu, ada yang tahu kenapa mereka mengejar kita? ] 

Seolah dia menyadari sesuatu, Kaya-san menoleh ke tempat Echigos. 

[ WAH! Bukan aku loh! ] 

Sangkal Echigos dengan gelengan kepala. 

Tapi, Kaya-san terus berjalan menuju Echigos. 

[ HIII!! ] 

Echigos turun dari kursi kemudi dan mencoba kabur. 

Tapi, Kaya-san bergerak lebih cepat darinya. 

Kaya-san meraih leher Echigos. 

[ Santai. Saya nggak bakal membunuhmu kok. ] 

Kaya-san menggeledah badan Echigos. 

[ Uhm, apa yang... ] 

Ekspresi mesum muncul dari wajah Echigos. 

Ya wajar saja sih, Kaya-san kan orangnya menawan. Dia mungkin merasa gembira ketika orang cantik seperti Kaya-san menyentuh badannya. 

Tapi, itu tidak bertahan lama. 

Tangan Kaya-san berhenti di sekitar perut Echigos. 

[ Huhm! ] 

Tangannya tiba-tiba menekan perut Echigos. 

[ Fu-GAAA!! ] 

Pas ditekan, Echigos mulai merintih kesakitan. 

[ AAARGH... ] 

Busa dan air liur tanpa henti keluar dari mulut Echigos. 

[ KYAAAAAAAAAAAA!! ] 

Rietto langsung berteriak. 

Itu karena serangga besar keluar dari mulut Echigos. 

Serangga yang keluar dari mulutnya tergerak dan kemudian berhenti. 

Echigos—yang mulut berbusa—masih berkedut. Entah apa tampaknya dia masih hidup. Namun, dia tidak bisa diselamatkan lagi. 

[ Apa itu? ] 

Kyouka-san mengerut keningnya pas dia melihat Echigos yang lagi berkedut dan serangga yang mati. 

[ Mungkin perbuatan ogre itu. Tampaknya dia sudah tahu kemana kita akan pergi. ] 

Balas Kaya-san tidak tertarik. 

Tampaknya Echigos lagi di kendalikan ogre. Dia mengirim informasi kami melalui serangga yang hidup di badannya. 

[ Uhm, Kaya-dono... Itu berarti... ] 

Tanya Omiros dengan suara cemas. 

[ Mereka mungkin akan mengejar kita lagi. Kita harus waspada sampai kita tiba di Algore. ] 
[ Yang benar... ] 

Wajah Omiros memucat. 

Situasi kami lagi tidak menguntungkan. 

[ Apa yang harus kita lakukan, Shirone-sama? Apa kita musnahkan ogre itu dulu sebelum kita urus Kuroki-san? ] 

Tanya Kaya-san padaku. 

[ Uhm, aku ingin melakukannya sih, tapi aku gak tahu kapan Kuroki bakal datang... Aku gak ingin mengambil resiko dulu. ] 

Jujur, aku sungguh tidak ingin melawan ogre itu melihat Kuroki sendiri sudah jauh lebih kuat dari kami semua. Tetapi, kami tidak bisa biarkan mereka begitu saja. 

Aku pun dilema. 

[ Ha~a... Shirone-san, Kaya. Bisa kita pikirkan itu nanti saja pas kita udah sampai ke kerajaan Algore? Lebih tepatnya, aku ingin cepat-cepat turun dari kereta ini. ] 

Ketika aku lagi mikir sejenak, Kyouka-san mengusulkan pemikirannya. 

Aku rasa kalau dia sudah capek setelah duduk lama di kereta. 

[ Iya, benar. Untuk saat ini, kita singgah dulu ke Algore, Shirone-sama. ] 

Mungkin karena dia menebak perasaan Kyouka-san, Kaya-san langsung menyetujuinya. 

Aku pun ikut setuju. 

Untuk saat ini, kami belum menemukan solusi tentang masalah ini. 

Kami pun memutuskan untuk pergi ke Algore. 

Aku penasaran apa yang dilakukan ogre-ogre dan Kuroki sekarang. 


› Pangeran Goblin, Goz 

Kerajaan Karon, kerajaan gua yang berada di sisi utara gunung Akeron. 

Guanya sebelasduabelas dengan goblin lain. 

Namun, ada perbedaan dari goblin lain, yaitu di mana dinding sekitarnya dihiasi dengan perabotan. 

Meski tidak sebanding dengan perabotan yang dibuat manusia, itu dianggap cukup bagus untuk goblin. 

Aku berjalan di koridor kerajaan Karon. Tujuanku adalah bagian terdalam kerajaan Karon. 

Ketika aku tiba di sana, di depanku terdapat sebuah pintu besar. 

Dua goblin berjaga di depan pintu. Kemungkinan mereka penjaga yang melindungi benda di balik pintu besar itu. 

[ Bukankah ini pangeran Goz ternyata, gob. Kenapa anda ke sini, gob? ] 

Salah satu penjaga goblin bertanya atas kunjunganku. 

[ Aku ke sini untuk mengambil sesuatu di balik pintu itu. Biarkan aku masuk. ] 

Setelah bilang begitu, dua goblin itu bertukar pandang. 

[ Anda mungkin pangeran kami, tapi anda harus minta izin ratu dulu untuk lewat pintu ini, gob. ] 

Setelah mereka berdiskusi sebentar, salah satu goblin bilang begitu untuk mencegahku. 

Mendengarkan itu, aku mendecik lidahku. 

[ Jika itu izinnya, itu... DI SINI! ] 

Aku keluarkan pedangku di balik mantel dan kupenggal salah satu goblin itu. 

[ Gooob! ] 

Selanjutnya, aku tusuk goblin di sebelah sebelum dia berteriak. 

[ Apa yang anda... Gob... ] 

Goblin yang dadanya kutusuk mati sebelum dia menyelesaikan kalimatnya. 

[ Hem, dasar bodoh. Jika kalian menurut, kalian gak bakal mati. ] 

Kutendang mayat goblin bodoh itu ke samping. Walaupun, jika mereka membiarkanku lewat dan ibuku mengetahuinya. Mereka pasti bakal mati juga. 

Kubakar mayatnya untuk menghapus bukti. Untuk sementara, aku merasa aman tanpa ada yang mengetahui mayat penjaga. 

Aku melihat ke pintu. 

Sesuatu yang dilindungi penjaga yang kubunuh ada di sana, di gudang kerajaan Karon. Di sana tertidur harta ibuku. 

Ibuku tidak akan memaafkan siapa pun jika ada yang mengusik hartanya, bahkan jika itu aku. Dia bahkan bakal membunuhku jika dia tahu kalau aku masuk. 

Tetapi, setelah ini aku bakal bertarung dengan Ksatria Kegelapan. Aku mau gimana lagi, meski aku takut pada ibuku. 

Pintunya dikunci dengan sihir, tapi itu bukanlah masalah. Aku udah menyelidiki kata kunci untuk membuka pintu ini. 

Pintu terbuka ketika kuucapkan kalimat ajaib. 

Ketika aku masuk, di depan mataku berbagai jenis harta berbaris di dalam ruang yang luas ini. 

Perabotan, permata, berbagai gaun, dan kosmetik. Masing-masing dari mereka produk kualitas tinggi. 

Aku tertawa ketika melihat-lihat koleksi itu. Tidak ada yang cocok buat ibuku. Bahkan permata yang paling indah pun akan menjadi produk sampah jika dipakai wanita jelek itu. 

Aku terus berjalan lebih dalam ke gudang harta. 

Tak lama kemudian, langkahku dihentikan oleh sepasang pintu. Ruang harta di dalam gudang harta. Benda yang disimpan di dalamnya pasti artifak bagus milik ibuku. 

Aku pun masuk ke dalam ruangan itu. 

Setelah masuk, barang tertentu di dalam menarik perhatianku. 

Walau ruang hartanya disegel dengan metode yang rumit, aku udah menyelidiki cara untuk membukanya. 

Pintu terbuka ketika kuucapkan kalimat ajaib. 

[ GEH! ] 

Secara spontan aku ucapkan itu pas aku memasuki ruangan. Di dalam ruangan, lebih tepatnya, di dinding ruangan harta kedua ini dipenuhi dengan gambaran pria telanjang. 

Di dalam gambar pria-pria itu, semuanya tampan. 

Meski mereka berasal dari berbagai ras, ras dari umat manusialah yang paling banyak. 

Mungkin ini salah satu hobi ibuku. Dia memiliki selera yang buruk di tambah penampilannya yang jelek. 

Tepat ketika kupikir apakah orang-orang ini korban ibuku, aku berubah pikiran karena di antaranya aku juga melihat gambaran pria dari ras iblis dan ras malaikat. 

Tak peduli seberapa kuatnya ibuku, dia gak bakalan cocok untuk kedua ras itu. 

Yang berarti gambaran ini adalah pria-pria yang disukai ibuku. 

Terus, aku melihat gambar tertentu. Tampaknya ada tiga tambahan baru pada koleksi gambar itu. 

Dan aku tahu pria itu. 

Tidak diragukan lagi, itu gambar pahlawan. 

Pahlawan dalam gambar itu telanjang sambil nunjukkan senyum berani. 

Walau begitu, kualitas gambarnya tingkat dewa. Meski itu diambil setelah melihat sosoknya dari kejauhan ketika dia berada di Algore, gambarnya sangat detail sekali. Seolah-olah gambar itu akan hidup kapan saja. 

[ Eh? ] 

Kemudian, aku melihat gambar di sebelah gambar pahlawan. 

[ Bukankah ini... aku? ] 

Gambar pria tepat di samping gambar pahlawan adalah gambar Parish. Bukannya sosok Goz, tapi yang dilukis dalam gambar itu adalah sosok Parish. 

[ Kenapa gambarku... ] 

Apakah ibu tertarik padaku? 

Emang sih itu sosok palsuku, tetapi aku masih merinding memikirkan kalau aku menjadi target seksual ibuku. 

Kemudian, aku melihat gambar Parish dengan teliti. 

[ Bagaimana dia bisa tahu itu... ] 

Parish adalah sosok palsuku. Tetapi, bagian tertentu sangat akurat. 

Pandanganku secara gak sengaja berhenti di wilayah bawah. 

Kubandingkan punyaku dengan yang ada di gambar pahlawan. 

[ Bangsat... aku kalah... ] 

Aku merasa sedikit sedih. 

Kemudian, aku melihat gambar di sebelah gambar Parish. Dari urutan gambarnya, ini adalah yang terbaru. 

Itu gambar sosok pria berambut hitam. Aku belum pernah melihat wajahnya. Wajahnya lumayan tampan, tapi tidak terlalu mencolok. 

Terus, aku melihat bagian bawah. 

[ ANJINGBABIASUJIRR!!!! ] 

Aku pun syok. 

Karena di antara gambar-gambar ruangan ini, punya dialah yang paling garang. 

[ MUSTAHIL?! SIAPA DIA? ] 

Dunia manusia sangatlah luas, tetapi apa dia orang yang tinggal di sekitar wilayah ini? Atau tinggal di wilayah yang jauh? Kapan ibuku bertemu dengan pria ini? 

Melihat ukuran 'itu'-nya membuatku ingin menangis. 

Ya elah, udah cukup syoknya. 

Selain itu, ada juga cambuk dan alas yang terlihat aneh di ruangan ini, tapi aku tidak tertarik dengan pusaka ibuku. 

Aku bergerak secepat mungkin sehingga mataku tidak melirik sesuatu yang tidak ingin kulihat. 

Beberapa saat kemudian, aku akhirnya keluar dari ruangan yang menjijikkan itu. Tampaknya aku tiba di bagian terdalam di depan lemari besi. 

Ketika aku akhirnya mencapai bagian ruangan ini, sebuah alas dan guci di atasnya ada di sana. 

Guci itulah benda yang kucari. 

Sebagai pangeran kerajaan ini, ketika aku memeriksa harta kerajaan ini, aku mengetahui guci itu. 

Dewa bawahan Nargol, Dewa Kehancuran, harusnya disegel di dalam guci itu. 
(TL: ini maksudnya bukan dewa kehancuran ya. cuma bawahannya aja.)

Raja Iblis mengkhianati Dewa Kehancuran dan bertarung dengannya dan bawahannya. 

Namun, Raja Iblis tidak mau membunuh saudara-saudarinya setelah mencapai kemenangan sehingga dia menyegel mereka. 

Dewa yang disegel di dalamnya adalah salah satu dari dewa-dewi itu. Sedangkan para bawahan dari Dewa Kehancuran disegel di berbagai tempat di Nargol dan tertidur nyenyak. 

Salah satu tempat itu adalah kerajaan Karon karena dia menilai ini tidak terlalu berbahaya. 

Tapi, itu menguntungkanku. Tak peduli seberapa kuatnya Ksatria Kegelapan itu, tidak mungkin dia bisa mengalahkan dewa asli. 

Aku tak kuasa menahan tawa saat memegangi guci ini. 

Dewa bawahan yang tersegel di dalam guci ini akan menjadi hadiahku untuk Ksatria Kegelapan itu. Aku dengar dewa bawahan yang disegel dalam gucu ini tidak terlalu kuat, tapi dia tetaplah dewa. Tidak mungkin bisa dikalahkan dengan mudah. 

Meski ada vvibu-vvibu pahlawan pun, mereka cuma manusia biasa. Emang mereka lebih kuat dariku, tapi mereka gak bakal bisa menang lawan dewa yang disegel dalam guci ini. 

Kalau begitu, aku harus kembali ke Algore. 

Dengan bawa guci ini tentunya. 

[ Kukuku... Kau akan jadi milikku... Regena... ] 


› Penyihir Ogre, Kujig 

[ Cih, mereka menyadarinya, kah? ] 

Mereka membunuh serangga yang kukirim untuk ngirim informasi soal adik pahlawan. 

[ Bener deh, pria itu emang gak berguna.. ] 

Kalau gak salah, namanya Echigos, kan? 

Aku sungguh tidak mengharapkan apa pun dari manusia itu. 

[ Apa yang kan kita lakukan, ibunda? Mereka bahkan tidak menutupi tindakan mereka. ] 

Ucap anak ke-7, Retsug, sambil mengemil gorengan anak manusia. 

Anakku yang lain, Ringu, setuju dengannya. 

Aku sedang makan bersama anak-anakku. 

Hidangan yang dimakan anak-anakku adalah anak manusia yang dijerat Kastil Manisan ini. 

Kastil megah Kujig ini, Kastil Manisan adalah versi tingkatan dari warisan Dewa kami, ras raksasa langit. 

Meski kastil ini punya kemampuan pemulihan otomatis, pertahanannya lemah. Tapi yang membuatnya bagus adalah ketika menarik mangsa. 

Kastil ini memancarkan aroma manis untuk menggoda mangsa di sekitarnya. 

Makhluk-makhluk yang terpikat akan mulai memakan lantai dan dinding karena mereka tidak tahan dengan aromanya yang manis. 

Karena ada semacam doping di Kastil Manisan ini, mangsa akan kehilangan keinginan untuk hidup tanpa kastil. 

Tetapi, efek kastil ini tidak mempan kepada orang yang daya tahannya kuat. Makhluk kuat yang bisa dijerat kastil ini cuma elf saja, tidak akan mempan terhadap ras iblis dan malaikat. 

Meski begitu, ini bisa digunakan untuk memikat manusia. 

Aku isi mulutku dengan daging panggang manusia. 

Mantul. 

Rasa daging manusia murni jauh lebih lezat daripada yang dijinakkan. 

Meski aku bisa saja menjerat seluruh manusia di wilayah ini, aku takkan melakukan hal bodoh seperti itu. 

Lagian, tidak ada yang lebih enak daripada manusia murni. 

Mereka tidak sadar kalau aku sengaja membiarkan mereka melakukan apa yang mereka inginkan hanya untuk mengembangkan daging yang lebih lezat. 

Selain itu, metode inilah metode teraman dengan kemungkinan terkecil ditemukan oleh orang-orang bermasalah, jadi aku bisa merasa aman. 

Zengu tidak mengerti itu dan malah menguasai manusia, akibatnya dia dibunuh adik pahlawan. 

Dendam ini akan aku selesaikan. 

Tapi, gimana melakukannya? 

Penghalang kuat yang kubuat gak bisa menghambat mereka. Akan berbahaya jika harus bertarung melawan orang yang bisa menghancurkan penghalang itu. 

[ Anakku sekalian, apa yang harus kita lakukan sekarang? ] 

Aku memandangi anak-anakku. 

[ Tidak perlu berpikir keras, ibunda! Manusia lemah itu takkan bisa mengalahkan kita! Mereka cuma beruntung karena bisa mengalahkan Zengu! Kusarankan kita serang mereka dari depan, dan balaskan dendam kita ke musuh yang menghancurkan harta kita! ] 

Orang yang menyampaikan pernyataan berani itu adalah anak ke-3, Toug. Diantara anak-anakku, Toug-lah yang paling berani. 

Anak ke-8, Kaig, dan ke-5, Zaig, juga setuju dengan proklamasi Toug. 

[ Ya, balas dendam untuk harta langka kita! ] 
[ Aku setuju dengan abang Toug!! INI ADALAH PEMBALASAN UNTUK BUKU SUCI KITA! ] 

Kepala mereka dipenuhi dengan pikiran untuk membunuh musuh mereka. 

[ TENANGLAH, KALIAN SEMUA! ] 

Orang yang menyela adalah anak ke-2, Pyoug. Yang memiliki pikiran paling tajam dan paling tenang di antara anak-anakku. 

[ Mereka adalah orang-orang yang menyerang Nargol. Selain itu, mereka dengan mudah menghancurkan penghalang ibunda kita. Menyerang setengah-setengah ke mereka hanyalah tindakan bunuh diri. ] 
[ .... Tapi, apa yang harus kita lakukan? ] 

Setelah diingatkan, Pyoug memandang saudaranya. 

[ Adikku, aku pikir kita harus mengumpulkan lebih banyak informasi tentang mereka. Kita cari tahu dulu kelemahan mereka. Benarkan, ibunda? ] 

Aku setuju dengan ucapan anak sulung, Ring. Seperti yang diharapkan dari anak tertua, dia tahu apa yang kupikirkan. 

[ Seperti yang Ring bilang. Kalian semua, kita harus mengumpulkan lebih banyak informasi mereka lebih dulu. Jika tidak salah, mereka bilang mereka menuju ke Algore, kan? Kalau begitu, kita harus gunakan orang-orang yang tinggal di sana untuk mencari tahu kelemahan lawan kita. Setelah itu, baru kita bunuh adik pahlawan! ] 

Bagiku, orang-orang di wilayah ini hanyalah alat. Mereka harus kumanfaatkan dengan baik. 

Setelah aku utarakan pendapatku, anak-anakku mengangkat ucapan penuh semangat. 

[ IYA TUH, KEMBALIKAN HARTA KAMI! ] 
[ BENAR BANGET TUH!!! ] 
[ BAKAL KUBUNUH MEREKA SEMUA! ] 
[ YA, PASTINYA!! ] 

Sungguh rasa cinta yang mendalam untuk saudara mereka yang sudah mati, aku terharu mendengar ucapan mereka yang penuh gairah. 

[ OWH, disini suasanya lagi semangat-semangatnya ya, ogre sekalian! ] 

Sebuah suara tiba-tiba bergema. 

[ SIAPA KAU?! ] 

Anak ke-4, Shag berteriak ke arah suara. 

Dan sebelum kusadari, seorang wanita manusia berdiri di atas meja. Aneh, padahal tadi dia tidak ada di sana. 

Sejak kapan dia masuk ke ruangan ini? Selain itu, kenapa aku tidak menyadarinya sampai aku baru bisa mendengar suaranya? 

Melihat rambut wanita manusia ini, aku pun ingat. 

[ Rambut perak... Kau, yang waktu itu... ] 

Gumam anak ke-6, Jing pas waktu sebagian badannya disayati sabit wanita ini. 

Kalau kuingat lagi, Penyihir rambut Perak ini ada pas pesta kerajaan Velos. Dia memegang sabit yang sama seperti waktu itu. 

[ Kalian para ogre ingin balas dendam ke adik pahlawan itu, kan? Kalau gitu, izinkan Kuna untuk membantu kalian. ] 

Ucap Penyihir Perak dengan senyum manis. Dia gak goyah bahkan ketika dia lagi berdiri di depan Kujig ini, yang dijuluki sebagai ratu Hutan Biru. 

Sebaliknya, dia lebih seperti memandang rendah kami. 

[ BAGAIMANA KAU BISA TAHU TEMPAT INI?! ] 

Padahal aku sudah masang penghalang untuk melindungi tempat ini, dan harusnya tidak akan ada yang tahu lokasi kastil ini. 

Bahkan anak-anakku takkan bisa masuk kastil tanpa ajakkanku. Lalu bagaimana dia bisa menemukan lokasi kastil ini? 

[ Mudah kok. Kuna tinggal kasih pelacak ke salah satu dari kalian. Terus ikuti pelacak itu dan berakhir sampai disini. ] 
[ TERUS PENGHALANG KASTILNYA? APA YANG KAU LAKUKAN TERHADAP ROMBONGAN MYULMIDON!! ] 

Secara spontan aku berteriak padanya. 

Myulmidon adalah ras yang telah kujinakkan dengan menggunakan parasit kastil ini. 

Seharusnya mereka memiliki persepsi yang sangat tajam. Kalau gitu, apa dia masuk ke tempat ini tanpa ditemukan mereka? 

[ Myulmidon? Ah, maksudmu semut-semut itu? Mereka membiarkan Kuna lewat dengan ini. ] 

Ucap Penyihir Perak sambil bermain dengan kalungnya. 

Apa itu semacam alat sihir? Apa karena kalung itu dia bisa kesini tanpa ketahuan oleh Myulmidon. 

[ Kesampingkan dulu itu, Kuna menunggu jawaban kalian apa kalian ingin menjadi budak Kuna atau tidak? ] 

Budak? Tadi dia gak bilang begitu kan. 

[ Siapa yang ingin ja—... ] 

Tepat ketika aku hendak menyelesaikan ucapanku, badanku tiba-tiba tidak bisa digerakkan. 

Pas kulihat sekeliling, hal yang sama juga terjadi pada anak-anakku. Wajah mereka menegang. 

[ Mah, Kuna sih gak peduli apa kalian mau atau tidak. Apa kalian mau kehidupan yang dirampas? Atau kematian yang dirampas? Sekarang pilihlah. ] 

Usul Penyihir Perak sambil berjalan ke arah kami. 

Meski tinggi badannya jauh lebih pendek dari kami, ogre, entah alasan apa, rasanya dia lebih tinggi dari kami. 

Penyihir Perak berdiri tepat di depanku. 

Ketakutan pun menjelar di hatiku. 

Aku ingin teriak, namun suaraku tidak bisa keluar. 

[ Mulai hari ini, kalian adalah alat Kuna, buatlah diri kalian berguna untuk Kuna. ] 

Ucap Penyihir Perak sambil tersenyum kepada kami. 

Aku merasakan pikiranku terikat oleh sesuatu. Aku tidak berdaya melawan kekuatan sihir yang luar biasa ini. 

[ Sekarang, ayo menuju ke Algore, ogre sekalian. Tujuan kita adalah membasmi keberadaan Shirone dari dunia ini! ]
Facebook twitter Google

Related Post

4 Komentar

  1. Terus min, tancap gasnya sekali lagi.

    BalasHapus
  2. Mantap djiwa ! Mimin i love you ❤

    BalasHapus
  3. Mantap min lanjutkan di tunggu chapter selanjutnya

    BalasHapus
  4. Min... Mantull.. KAPAN nih lanjutannya..? Gk sabar... Kalo bisa rilis Ny.. Sekaligus banyak min.. Buat pdf nya jg min.. �� ��

    BalasHapus