Ankoku Kishi Monogatari Bab 41 Bahasa Indonesia

/
 

Act 3: Penyihir Perak
Penyair

› Gadis Pedang, Shirone 

Kerajaan Algore adalah kerajaan yang terletak jauh di utara kerajaan manusia. 

Menurut Chiyuki-san, kata ‘Algore’ dalam bahasa dunia ini artinya “Pengawas”. 

Nama itu berasal dari nama raksasa 100 mata. Jika beberapa mata raksasa itu tertutup, yang lain akan tetap terbuka. Dari segi ruang dan waktu, dia tidak punya titik buta, sehingga dia bisa mengawasi seluruh dunia ini. Oleh karena itu, nama raksasa itu memiliki arti “Pengawas”. 

Sesuai dengan nama raksasa itu, semua orang di Algore terus memantau situasi Nargol. 

Pada awalnya, Algore adalah benteng yang dibangun untuk menahan kerajaan goblin yang ada di bagian selatan gunung Akeron. 

Banyak pejuang dari seluruh dunia berkumpul di benteng itu untuk menyerang Nargol. 

Setelah para pejuang di benteng itu menghancurkan kerajaan goblin, mereka menjurus lebih jauh ke gunung Akeron untuk melakukan serangan ke Nargol. 

Tetapi, tidak ada satu pun dari mereka yang kembali. 

Dengan demikian, Algore adalah negara yang dibangun para pejuang yang tetap berada di benteng itu. 

Karena alasan itulah, Algore memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan negara lain. 

Biasanya, negara-negara manusia dikelilingi dinding kokoh dan tanah subur sehingga warga bisa hidup damai di negara tersebut. Tetapi, Algore tidak memiliki sebidang tanah buat manusia bisa hidup mudah karena tempat itu adalah benteng. Karena itu, Algore tidak pernah menjadi negara kaya. Keadaan makanannya juga buruk. 

Terus, mungkin karena leluhur mereka adalah pejuang, orang-orang Algore memiliki kecenderungan yang kasar. 

Karena itulah setiap perkelahian di benteng dianggap sebagai keseharian. 

Tapi, meskipun perkelahian, itu hanya pada tingkat adu jotos. Aku dengar masalah itu tidak pernah sampai ke tingkat pembunuhan. 

Setidaknya begitulah sampai kami datang ke sini bersama Reiji. 

[ KENAPA SIH NEGARA INI! ] 

Kyouka-san mengeluh. 

Kami saat ini berada di ruang tamu kerajaan Algore. Beberapa saat lalu kami bertemu dengan ayah Omiros. 

Meski dia memberikan kami sambutan hangat, dari sikapnya saja jelas bahwa dia tidak ingin kami menetap disini. Dan bukan cuman raja saja, para pengikutnya pun juga begitu. 

Aku tahu perasaan mereka karena kami memancing lawan yang merepotkan, ogre, tetapi diperlakukan seperti pengganggu membuat kami kecewa. 

Terus membawa Regena seperti menamburkan garam ke luka. Mereka jelas memusuhi Regena. 

Algore baru saja mengalami perang saudara. Meski pertempuran telah usai, jejak-jejak pertempurannya masih ada sampai sekarang. 

Kuperhatikan orang-orang disini pada sedikit dibandingkan dengan saat pertama kali kami datang. Alasannya jelas karena perang saudara. Bekas kerusakan di sekitar bangunan menjawab peristiwa brutal itu. Tidak diragukan lagi, banyak orang meninggal selama perang saudara. 

Orang yang menyebabkan terjadinya perang saudara adalah ayah Regena, Qupis. Bahkan sampai sekarang pun mereka masih membenci Qupis. 

Kami, yang membawa anak Qupis, jelas tamu tak diundang dan tak disukai. 

[ YA AMPUN, APA-APAAN SIH MEREKA! PADAHAL REGENA-SAN NGGAK ADA KAITANNYA DENGAN PERANG SAUDARA ITU!! ] 

Kyouka-san marah. 

Menurut Regena, dia sendiri tidak ikutan dalam perang saudara. Sebaliknya, dia mencoba untuk menghentikannya. 

Mungkin alasan Kyouka-san marah adalah karena Regena mengakui ucapan mereka. 

Regena diam di pojok ruangan. Dia tidak berbicara apa pun setelah memasuki ruangan. 

[ Sepertinya Regena-san tidak disambut lagi di negara ini... ] 

Kaya-san menanggapi Kyouka-san. Aku setuju dengannya. Aku tak menyangka kalau kejadiannya akan sampai ke perang saudara. Tak ada satu pun yang ingin Regena kembali. 

Kecuali Omiros. Omiros satu-satunya yang peduli pada Regena. Tapi, terlepas dari perasaannya, tidak ada yang bisa dia lakukan. 

Kalau Regena tinggal di negara ini, cepat atau lambat dia akan dibunuh. 

[ Jika kalian pikir begitu, maka kembalikan aku ke Nargol! Kembalikan aku ke sisi Danna-sama!! ] 

Mendengar ucapan Kaya-san, Regena, yang diam sampai sekarang, tiba-tiba bicara. 

Dia terus melototi kami setelah bilang begitu. 

[ Kita harus bagaimana , Shirone-sama? ] 

Tanya Kaya-san padaku. 

[ U~hn. Gimana, ya? ] 

Aku pun bingung. 

Kami sudah gali cukup banyak informasi dari Regena. Jujur, pilihan terbaik kami adalah membebaskannya. 

Tetapi, aku mengkhawatirkan Omiros. Yang membuatku ragu melepaskan Regena adalah karena dia terus mengkhawatirkan Regena. 

[ U~hn, ada masalah Omiros-kun juga sih... ] 

Gumamku dengan suara rendah. 

[ ... Intinya, kau ingin menyerahkan masalah ini ke Omiros, kan? ] 
[ Jika Shirone-sama berpendapat begitu, maka saya tidak bisa mengatakan apa-apa. ] 

Kaya-san dan Kyouka mengangguk setelah mendengarkan ucapanku. 

Mendengarkan percakapan kami, di pojok ruangan, Regena mulai meraju. 

[ Kita juga harus mikirkan masalah lain, Shirone-sama. ] 

Kaya-san tiba-tiba mengajukan masalah lain padaku. 

[ Masalah apa, Kaya-san? ] 

Tanyaku pada Kaya-san. 

[ Ini tentang ogre. Mereka tampaknya memerintahkan Myulmidon untuk mengincar Algore. Cepat atau lambat mereka akan tiba. ] 

Aku mengangguk pada ucapan Kaya-san. 

Ada ogre yang mengincar hidup kami. Jujur, mereka bikin rese. Urusan Kuroki saja sudah membuat kami kualahan. 

[ Kaya, bisa nggak kita lakukan sesuatu tentang ogre itu sebelum mereka tiba di Algore? ] 

Kaya-san menyangkal pertanyaan Kyouka-san dengan gelengan kepala. 

[ Saya sudah bertanya pada orang-orang kerajaan ini, tapi tampaknya tidak ada yang tahu keberadaan kastil manisan atau pun pemiliknya, ratu hutan biru, Kujig. Tapi, ada legenda yang mengatakan kalau kastil itu memiliki aroma yang manis. Mungkin saja saya bisa menemukan lokasinya jika saya tahu dari arah mana semut-semut itu datang, tapi... metode itu akan memakan banyak waktu. Selama kita mencari lokasi kastil itu, mungkin saja Kuroki-san sudah tiba disini. ] 
[ Begitu ya... ] 

Ucap Kyouka-san kecewa. 

Mungkin waktunya yang kurang tepat karena ada masalah Kuroki juga. Kami tidak bisa membuat pencegahan terhadap ogre. 

Awalnya kami ingin mengorek informasi tentang ogre dari Echigos. Tapi karena serangga yang menjadi alat penyadap ogre di tanamkan ke perutnya dan kami mengeluarkannya secara paksa, dia yang tidak bisa di tolong lagi sedang dirawat di negara ini. 

Atau mungkin saja orang-orang negara ini juga di tanamkan serangga penyadap, tapi untuk mencarinya satu persatu itu bakalan merepotkan. 

[ Beneran deh, bikin repot aja nih makhluk. ] 

Gumamku jengkel karena ulah ogre. 

[ Namun, ini tidak bisa diabaikan. Untuk masalah ogre biar saya yang urus. Shirone-sama urus masalah Kuroki-san. ] 
[ Maaf, Kaya-san... ] 

Bilangku minta maaf ke Kaya-san. 

[ Apa gak apa-apa kau sendirian, Kaya? ] 
[ Kalau beberapa ogre saja, saya sendiri sudah cukup. Tapi yang saya khawakirkan adalah Shirone-sama. Kesampingkan Kuroki-san, wanita rambut perak itu jika dibandingkan dengan ogre, dia lebih kuat. Maka dari itu Shirone-sama, jangan pakasakan diri. ] 
[ Un. Aku mengerti, Kaya-san. ] 

Pas aku bilang begitu. 

[ Hmnf, mudahan saja kalian dikalahi Danna-sama!! ] 

Regena yang mendengarkan kami dari pojok ruangan menyumpahi kami. 

Mendengar ucapannya, kami pun menghela nafas. 

Aku ngerti sih kalau dia kesal karena di tahan. Tapi gak ada ucapan lain apa selain itu? 

[ Ngomong-ngomong, Regena-san. Saya ingin tanya. ] 

Ucap Kaya-san ke Regena-san ingin mengajukan pertanyaan. 

[ Apa? ] 

Balas Regena-san dengan suara kesal. 

[ Sudah berapa lama anda tinggal di Nargol? ] 
[ Hm? ] 

Regena di buat bingung setelah mendengarkan pertanyaan Kaya-san. 

[ Maksudmu? ] 
[ Dari cerita anda, tampaknya Kuroki-san ingin membawa anda dan kerabat anda kembali ke wilayah manusia. ] 

Nargol adalah wilayah monster. Itu bukan tempat untuk manusia tinggal. Mereka bisa bertahan sampai sekarang karena ada Kuroki di sana. 

Untuk itu, tampaknya Kuroki ingin mengembalikan Regena ke wilayah manusia. Tetapi karena tidak ada kenalan di wilayah manusia, dia bimbang untuk melakukannya. 

[ Emangnya kenapa? Emang benar kalau Danna-sama ingin mengembalikan kami ke wilayah manusia. Tapi mencari tempat yang bisa menampung kami itu tidak mudah tahu. ] 

Bilang Regena ke Kaya-san dengan tatapan marah. 

Di dunia ini, orang yang tidak punya kewarganegaraan tidak bisa masuk ke negara tersebut kecuali mereka punya izin dari warga negara tersebut. 

Di dunia ini, tanah tempat buat bertahan hidup terbatas. Oleh karena itu, negara tersebut tidak mau menampung lebih banyak orang karena alasan suplai makanan atau yang lain. Maka dari itu, mustahil bagi orang yang tidak punya kewarganegaraan bisa tinggal di negara tersebut. 

Tapi kalau pun orang punya kewarganegaraan, belum tentu mereka bisa dapat pekerjaan buat kebutuhan sehari-hari. 

Karena ini Kuroki, dia mungkin memikirkan tempat yang bisa ditinggalkan Regena meski tidak ada kewarganegaraan. Tidak cuma tinggal, tapi juga kebutuhan untuk sehari-harinya. 

Kuroki bukan orang yang mengabaikan tanggung jawab jika dia sudah membuat keputusan. Dia bukan orang yang akan mengabaikan pertolongan meski dia ingin mengabaikannya. 

Namun, untuk mencari tempat buat menampung pasti sulit bagi Kuroki yang tidak ada kenalan. Makanya Regena-tachi tidak bisa meninggalkan Nargol. 

[ Ara, bagaimana kalau kami yang menampung kalian. Bisa nggak, Kaya? ] 

Ucap Kyouka-san ke Kaya-san. 

[ Tentu kita bisa melakukannya, ojou-sama. Kita punya banyak uang, dan jika kita gunakan nama adik pahlawan yang dicintai Dewi Rena, beberapa negara pun pasti akan bersedia menampung mereka ] 

Regena terkejut pas dia mendengar ucapan itu. 

Emang benar sih, untuk Kyouka-san-tachi pasti mungkin. Dengan menggunakan kekuasan Kyouka-san, mereka pasti bisa tinggal di negara berkewarganergaraan, dan mendapatkan pekerjaan disana. Malahan, ini lebih bisa diandalkan daripada Kuroki. 

[ Ugh... Tapi aku ingin di sisi Danna-sama... ] 

Pas bilang begitu, Regena berdiam sejenak. 

Dari ucapannya, kemungkinan dia ingin tinggal bersama Kuroki di Nargol. 

Tetapi, Kuroki berusaha membawa Regena keluar dari Nargol. 

[ Regena-san. Apa anda ingin membuat kerabat anda tinggal di Nargol selamanya? ] 
[ UGH!! ] 

Regena di buat diam pas mendengar ucapan Kaya-san. 

Sakit tak berdarah. Bahkan jika aku ingin tinggal di Nargol, tidak mungkin aku bakalan membuat kerabatku tinggal bersama. 

[ Yah, aku gak memaksakan sih. Tapi jika kau berubah pikiran, datangi aku kapan saja. ] 

Setelah Kyouka-san bilang begitu, Regena tidak bilang apa-apa lagi dan menggigit kuku jempolnya sambil mikirkan tindakan yang akan dia ambil. 

Sementara kami terus mengobrol, kami mendengar suara dari luar kamar. 

Ketika aku membuka pintu, Rietto berdiri di depan pintu. 

Di depannya ada gerobak dengan banyak makanan di tempatkan. 

Sepertinya dia membawa makanan untuk kami. 

Seharusnya kami harus makan dengan raja, tetapi kami makan di tempat terpisah karena Regena. 

[ S-s-saya membawakan makanan untuk kalian! ] 

Rietto tergagap. Yah, dia mungkin gugup. Kemudian, Rietto mendorong gerobak ke dalam ruangan. 

[ Uhm, etto... ] 

Dia ragu-ragu untuk mengatakan sesuatu. Mungkin dia masih takut pada kami. 

Orang-orang Algore masih teringat bagaimana Reiji-kun membuat kekacauan beberapa waktu lalu. Aku merasakan ketakutan mereka ketika melihat kami. 

Rietto sedang mengatur piring dengan tangan gemetar. 

Jika aku bandingkan usianya dengan usia di duniaku, dia mungkin siswa di sekitar SD atau SMP. Intinya, dia gadis cilik yang imut. 

Ditakuti gadis imut ini membuatku sedih. 

Hidangan yang disajikan adalah hidangan yang tampak biasa, bahkan dengan standar dunia ini. 

Bubur kacang dengan salad dan daging ayam panggang, dan botol kecil di sudut gerobak yang mungkin adalah kecap asin. 

Meski jumlah hidangannya banyak, tapi kurang variasi. 

Perbedaannya seperti langit dan bumi jika dibandingkan dengan hidangan di kerajaan Velos. 

Yah, aku nggak terkejut sih karena aku tahu Algore bukanlah negara kaya. Maksudku, kami tidak akan kembali ke Algore jika bukan karena Regena. 

[ K-... Kalau gitu, saya permisi… ] 

Bilang Rietto meninggalkan ruangan seolah melarikan diri dari kami. 

Mah, itu wajar saja sih, padahal aku ingin bicara dengannya lebih lama lagi.

Melihat hidangan itu. Tampak sederhana, gak tapi enak, dan gak tapi mewah. 

[ Kau mau makan bersama kami, Regena? Ini hidangan tempat kelahiranmu lho. ] 

Bilangku begitu ke Regena. 

Tadi malam, dia tidak terlihat bernafsu saat makan, bahkan pagi ini pun juga sama. 

Suara keroncong tiba-tiba bergema. Itu suara perut Regena. Kelihatannya makanan di sini merangsang nafsu makannya. 

Kami kemudian saling memandang, terkekeh. 

[ A-Apa yang kalian tawakan!! I-Ini bukan berarti aku lapar atau apa ya!! ] 

Regena menekan perutnya dengan wajah memerah. 

[ Fufufu, Regena-san. Kuroki-san akan sedih jika saat bertemu melihat anda tidak sehat. ] 

Kaya-san memancingnya menggunakan nama Kuroki. 

[ Kau benar... Aku tidak boleh membuat Danna-sama sedih... ] 

Good job Kaya-san. Pas disebutkan nama Kuroki, Regena pun mau tidak mau harus makan bersama kami. 

Beneran deh, sisi mananya sih yang bagus tentang Kuroki? Padahal banyak sisi mengecewakan daripada bagusnya. 

[ ... Bagaimana hidangan mewah ini? Seperti yang diharapkan, bahkan paman Montes pun tidak punya nyali untuk berbuat kasar pada adik pahlawan... ] 

Kata Regena saat dia melihat piring. 

[ Apa ini hidangan mewah negara ini? ] 

Tanya Kyouka-san. Meski terdengar seperti mengejek, Kyouka-san bukanlah orang seperti itu. Dia hanya ingin mengkonfirmasi fakta dari Regena. 

[ Betul. Inilah hidangan mewah negara ini. Mereka tidak akan bertindak jauh seperti menyajikan kecap asin ini jika bukan karena waktu yang penting... ] 

Balas Regena pada Kyouka-san seolah itu fakta yang sebenarnya. 

Bumbu umum dunia ini adalah garam, cuka, dan minyak buah. Kecap asin tidak termasuk. 

Tetapi berdasarkan pengetahuan kami, tidak sulit untuk mendapatkan kecap asin terlepas dari kepolulerannya. Ini mungkin bumbu berharga di Algore. 

[ Negara ini benar-benar miskin... Tidak ada buah yang tumbuh di tanah ini. Bahkan lebih buruk dari Nargol. ] 
[ Apa tempat Nargol buruk? ] 
[ Untuk manusia sih iya. Tapi, di sana kami punya sesuatu untuk dimakan berkat kebijakan Danna-sama. Makanan di negara ini lebih buruk daripada Nargol. ] 

Jawab Regena setelah mendengar pertanyaanku. 

[ U~hm, kalau dipikir-pikir, biasanya Kuroki makan apa? ] 
[ Kalau Danna-sama—... ] 

Regena mulai memberi tahu kami lebih banyak tentang Kuroki. 

Regena banyak bicara jika menyangkut tentang Kuroki. Dia terus memberi kami informasi yang ingin kami ketahui. 

Dengan cara ini kami berhasil mendapatkan banyak informasi tentang Kuroki darinya. 

Menurutnya, Kuroki tidak sepenuhnya dikendalikan. 

Dan meski wanita bernama Kuna itu tidak menyukai Regena, Kuroki terus merawat dirinya (Regena). 

Sepertinya Kuroki benar-benar menyayangi si Kuna ini. 

Menurut evaluasi Regena, Kuna adalah anak Raja Iblis. Suatu hari dia tiba-tiba muncul meski dia tidak muncul waktu Kuroki membawa Regena ke Nargol. 

Terus dia selalu menyatakan ke Regena kalau Kuroki adalah miliknya. 

Karena itulah dia pasti orang yang mengendalikan Kuroki untuk bertindak sebagai Ksatria Kegelapan dari balik layar. Tetapi, dari evaluasi Regena, tampaknya kendali wanita itu tidaklah sempurna. 

Itulah kesimpulanku setelah mendengar ceritanya. 

Mungkin lebih cepat menanyai kebenaran ke wanita itu daripada menanyai ke Kuroki. 

Di mana mereka sekarang?

Mungkin mereka sudah berada di sekitar Algore.

Untuk jaga-jaga, aku perlu memperingatkan warga Algore untuk mengawasi langit. Maksudku, Kuroki mungkin datang dari langit dengan naganya. 

Dan karena besar naga yang menonjol, kami akan segera mengetahuinya. 

[ Kutunggu kau.... Jadi cepatlah datang, Kuroki.... ] 

Gumamku begitu. 


› Pangeran Algore, Omiros 

[ Sungguh deh, mereka kayak dewi petaka aja, dan lagi membawa makhluk ini segala... ] 

Melihat manusia serigala di gerobak, MacGius mengeluh marah. 

Aku dan MacGius membawa manusia serigala dengan gerobak. 

Manusia serigala tidak bisa bergerak karena rantai gembok yang mengikat badannya. 

Pada awalnya, kami memenjarakannya di bungker, pertahanan kuat di Algore, tetapi penjaga bunker bilang untuk memenjarakannya ke tempat lain. 

Algore tidak punya sesuatu seperti penjara. Karena penjahat disini akan langsung dibuang atau dieksekusi daripada dijebloskan ke penjara. 

Kemudian, kami menemukan tempat yang bisa memenjarakannya. Tetapi, meski tempat itu bisa memenjarakan manusia, itu tidak cocok untuk memenjarakan makhluk hidup yang bukan manusia. 

[ Kau jangan ngomel gitu dong, MacGius. Dia kan adik pahlawan yang diberkahi Dewi. ] 

Aku menegur MacGius yang melampiaskan frustrasinya. 

Sebagian besar kepercayaan warga Algore berasal dari Dewi Rena. Dan kata-kata MacGius bisa dianggap sebagai penghinaan terhadap Dewi. 

Dan wajar bagi Algore untuk percaya pada Dewi yang menentang Raja Iblis karena letak Algore paling dekat dengan Nargol. 

Dan karena Qupis melakukan tindakan permusuhan terhadap pahlawan, dia kehilangan dukungan dari Algore yang kemudian memicu perang saudara. 

[ Yaelah, bahkan kau juga, Omiros... Maksudku orang-orang itu memancing ogre dan Ksatria Kegelapan ke Algore lho. Jika terjadi sesuatu, Algore mungkin bakalan hancur... ] 

Aku tahu apa yang ingin MacGius coba katakan. Bahkan satu atau dua dari mereka saja sudah cukup untuk menghancurkan Algore. 

[ MacGius. Kita adalah pejuang Algore. Jika kau takut dengan ogre dan Ksatria Kegelapan, maka pikirkan cara bagaimana melindungi Algore dari mereka. ] 

Warga Algore, termasuk kami, adalah keturunan pejuang yang berkumpul untuk menyerang Nargol. Apa yang harus kukatakan pada leluhur jika aku takut pada iblis. 

[ Oi oi, bahkan jika kau bilang begitu... ] 

Para prajurit Algore mungkin telah melemah dari beberapa generasi. Buktinya adalah MacGius takut terhadap ogre dan Ksatria Kegelapan. 

[ Santai saja MacGius. Selain itu, para wanita itu pasti akan lakukan sesuatu. Kau lihat sendiri, kan? Salah satu dari mereka saja dengan mudahnya mengalahkan Myulmidon... Walau waktu itu kau tidak ada di sana, para wanita itu bilang padaku kalau mereka akan lakukan sesuatu tentang ogre. ] 

Maksudku para wanita itu bertemu ayahku, Montes beberapa menit yang lalu. Pada saat itu, wanita bernama Kaya bilang ke ayah kalau dia akan lakukan sesuatu tentang ogre. 

[ Begitu... Kalau gitu, aku tidak bilang apa-apa lagi, tapi masalah Regena lain lagi ceritanya. ] 

Hatiku nyesek dengar ucapannya. 

Seperti yang diharapkan, dia tidak diizinkan, kah. 

Apa aku beneran tidak bisa lakukan sesuatu untuk melindungi Regena? 

Aku jadi sedih ketika aku mengingat ketidakberdayaanku. Bukan hanya MacGius. Semua orang mengucilkan Regena. 

Banyak orang mati karena Qupis. Regena sendiri tidak ada hubungannya dengan itu, tetapi dia masih diperlakukan sebagai musuh semua orang karena dia adalah anak Qupis. 

Mungkin lebih baik jika Regena tidak tinggal di Algore. 

Aku sangat senang bisa bertemu Regena lagi. Apa harapanku untuk bisa kembali seperti semula sekedar angan-angan saja? 

Kemudian, aku memikirkan Ksatria Kegelapan. Ksatria Kegelapan yang sangat baik karena menyelamatkan Regena. 

Ketika sesama manusia mencoba membunuhnya, Ksatria Kegelapan dari Nargol-lah yang menyelamatkan hidupnya. Ironis sekali. 

Tapi, aku tidak ingin Regena sedih lagi. Itu sebabnya, aku sudah bulatkan keputusan. 

Aku penasaran di mana Ksatria Kegelapan itu sekarang? Mungkin dia sudah ada di sekitar Algore untuk merebut kembali Regena. 

Pas aku memikirkan hal-hal itu, kami tiba di tempat tujuan. 

Ada rumah kosong di depan kami. Awalnya rumah kosong itu sedang dalam perbaikan yang bertempatan di luar benteng. 

Rumah itu milik keluarga MacGius. Rumah itu adalah satu-satunya yang tidak terkena dampak dari perang saudara, dan tempat Regena dikurung dulunya. 

Jendela rumah itu dipakui dengan papan kayu, begitu pula dengan dua pintu masuknya. 

Kesampingkan manusia, aku sedikit penasaran apa tempat itu bisa memenjarakan manusia serigala atau nggak, kami sudah tidak menemukan tempat lain lagi. Jadi kami mau tak mau menggunakan tempat itu. 

[ Oh, ternyata tuan muda rupanya. Apa anda membawa orang lagi? ] 

Penjaga yang berdiri di depan rumah itu datang untuk menyambutku. 

Tapi, kenapa dia berjaga disini? Dan lagi aku penasaran tentang pernyataan sebelumnya. 

[ “Lagi”? ] 

Kemudian aku bertanya kepada penjaga. 

[ Ah, maaf. Dia bilang begitu merujuk ke aku. ] 

Orang yang menjawab pertanyaanku adalah MacGius. 

[ Soalnya, kami menangkap orang yang sangat mencurigakan ketika anda sekalian melakukan audiensi dengan adik pahlawan. ] 

Itu aku baru mendengarnya. 

[ Aku diberitahu kalau mereka menangkap seseorang ketika mereka berpatroli di luar untuk melihat situasi Myulmidon. Orang itu bilang dia berasal dari kerajaan Rox yang terletak di selatan negara ini. ] 

Aku tahu kerajaan Rox. Aku pernah mampir sekali ke tempat itu. 

Dia datang dari tempat yang jauh, kah. Kenapa dia datang ke tempat ini?

[ Orang itu bilang kalau dia hanyalah wisatawan biasa. Jadi kami menangkapnya karena berbagai alasan... ] 

Bilang MacGius begitu. Seperti yang dia bilang, kami sekarang lagi di situasi yang menegangkan. Kami nggak tahu kapan Ksatria Kegelapan itu datang. 

Dan orang yang dikurung itu mungkin orang biasa seperti Echigos. Itu bisa aja jadi alasan bagi mereka untuk menangkapnya. 

[ Begitu ya, lalu... Orang macam apa dia. Apa seorang penyair? ] 

Penyair adalah seorang yang mengunjungi banyak tempat untuk menceritakan sebuah cerita melalui nyanyian. 

Karena kurangnya hiburan di Algore, penyair selalu disambut disini. Dia gak bakal ditangkap seperti ini jika bukan karena situasi genting negara ini. Mungkin saja dia lagi kena apesnya. 

[ Betul, orang itu sendiri bilang kalau dia penyair. ] 

Orang yang menjawab adalah MacGius. 

[ Ketika kami memeriksa barang bawaannya, kami tidak menemukan apa-apa kecuali alat musiknya. Ah, baru ingat. Dia juga punya barang menakjubkan lainnya. ] 
[ Barang menakjubkan? ] 

Setelah bilang itu, MacGius mengambil barang yang tergeletak di sisi penjaga. 

[ Nih, lihat sendiri. ] 

MacGius menunjukkan sebuah barang padaku. 

[ Perisai? ] 

Yang ditunjukknya adalah perisai bulat. 

Beberapa permata yang dilekatkan di sekitar pola lingkaran yang membuatnya terlihat berharga. 

Terus, ada sesuatu yang membuatku penasaran tentang perisai ini. 

[ B-BUKANKAH... INI... PERISAI TERKUTUK!! ] 

Meski perisai ini tidak bisa meleyapkan sihir ‘sunlight’, itu bisa meleyapkan sihir ‘light’. 

Itu jelas perisai yang luar biasa. Alat sihir seperti itu bukanlah sesuatu yang bisa didapatkan dengan mudah. 

Meski kualitasnya lebih rendah jika dibandingkan dengan punya Kyouka-sama dan lainnya, itu masih barang langka. 

Manusia tidak bisa membuat alat sihir pertahanan, yang berarti itu pasti buatan kurcaci. Tetapi kurcaci seharusnya tidak bisa membuat alat sihir tanpa bahan mentah. Yang intinya, sangat jarang bagi seseorang untuk memiliki alat sihir pertahanan. 

Lalu aku renungkan orang yang tertangkap itu. 

Siapa sebenarnya dia? 

[ Gimana kalau kau gunakan saja, Omiros. Maksudku, kita bakalan bentrok dengan ogre dan Ksatria Kegelapan kan. ] 

Seperti yang MacGius katakan. Tempat ini mungkin akan menjadi medan perang. Maka akan lebih baik jika aku punya alat sihir pertahanan. 

Namun, aku menyangkal ide MacGius dengan gelengan kepala. 

[ Kita tidak bisa melakukan itu, MacGius. Melakukan tindakan semacam itu akan mengotori harga diri kita sebagai seorang pejuang. ] 

Tak peduli betapa sulitnya situasi kami, aku takkan melakukan sesuatu seperti mencuri barang orang lain.

Pikirku begitu pas mengingat perjalananku. Kami tak punya waktu untuk berebut sesama manusia ketika musuh kami seperti goblin dan orc sedang menunggu. 

Maka itu aku harus mengembalikan perisai ini ke pemiliknya. 

[ Begitu... Yah, mau gimana lagi kalau kau bilang begitu. ] 

MacGius akhirnya menyerah membujukku,walaupun enggan. 

[ Kembalikan barang dan perisai ini ke pemiliknya. Lalu, bisa kau buka pintunya, aku ingin bertemu dengan penyair ini. ] 
[ Dimengerti, tuan muda. ] 

Penjaga itu kemudian membukakan pintunya. 

Ketika aku masuk ke dalam, tidak ada apa-apa selain ruang kosong. Yah, wajar saja sih karena semua perabotan sudah diambil. Lalu aku melihat seseorang duduk di salah satu pojok ruangan. Mungkin dia si penyair. 

Mungkin karena dia menyadariku, dia pun berdiri. 

[ Maafkan aku, pak wisatawan. Karena kau harus menanggung situasi seperti ini. ] 

Kutundukkan kepalaku pada si penyair. 

[ Gak apa-apa, tolong angkat kepalamu, pangeran. Aku tidak keberatan kok dengan perlakuan ini. Sepertinya aku datang di waktu yang tidak tepat. ] 

Kata si penyair memaafkanku. Kemudian timbul pertanyaan lain, 

Bagaimana dia tahu kalau aku pangeran?

[ Benarkah, syukurlah. ] 

Mengangkat kepalaku, aku kemudian mulai melihat wajah si penyair. 

Dia pria yang seusia denganku. Rambut hitam dan wajah kece. Jika dilihat lebih dekat, dia jauh lebih ganteng daripada Parish. 

Hanya saja sosoknya tidak terlalu mencolok. 

Pakaiannya sederhana. Walau dia bisa saja populer di kalangan wanita jika dia mengenakan pakaian bagus, tapi dia memilih pakaian sederhana. 

Itulah kesanku terhadap penyair di depanku ini. 

Kulihat lagi baik-baik, dia bukan orang yang kukenal. Kesampingkan dulu itu, mari kita kembalikan barang miliknya dulu. 

[ Aku datang untuk mengembalikan barangmu. ] 

Penjaga membawa alat musik dan barang bawaannya dan mengembalikannya. 

Ketika dia menerima barang bawaan dan alat musiknya. 

[ Dan ini juga... ] 

Aku kembalikan perisai yang kupegang padanya. 

Tapi dia tidak merentangkan tangannya untuk menerimanya. 

[ Untuk perisai itu, kau ambil saja, pangeran. ] 

[ [ [ EEEEH?! ] ] ] 

Dua di belakangku juga ikut kaget. 

[ Sesuatu yang merepotkan akan terjadi di negara ini, bukan? Maka dari itu kau akan memerlukan perisai itu. ] 
[ Apa kau mendengar percakapan kami? ] 

Rumah ini tidak kedap suara. Karena itu sangat memungkinkan baginya untuk mendengarkan percakapan kami di luar rumah. 

Si penyair hanya menggaruk belakang kepalanya sambil tertawa. 

[ Nggak... Aku nggak bisa menerima barang sepenting ini. ] 

Alat sihir pertahanan adalah benda yang sangat langka. Itu bukan sesuatu yang bisa kubeli tak peduli berapa banyak koin emas yang kupunya. 

Selain itu, apa yang membuatku tersentak adalah dia memberikannya, bukan meminjamkannya. 

[ Kau harus menerima perisai itu, pangeran. Itu akan menyelamatkan hidupmu. Dan, tolong gunakan perisai itu untuk melindungi mereka yang penting bagimu. ] 

Setelah itu, sambil kugelengkan kepalaku untuk menolaknya, si penyair menjawab begitu. 

Siapa sebenarnya orang ini? 

[ Ambil aja, Omiros!! Dan kau, ternyata kau pria yang sangat baik rupanya!! Datang ke rumahku, kan kutraktir kau bubur kacang!! ] 

Bilang MacGius sambil menepuk bahu si penyair. 

Walau aku ragu apakah bubur kacang bisa dianggap hidangan mewah, tapi kami tak punya apa-apa lagi selain hidangan itu. 

[ Kalau gitu. Datanglah ke rumah kami atas ucapan terima kasih kami untuk perisai ini. Dan untuk manusia serigala itu, kurung dia di sini. ] 

Undangku ke si penyair untuk makan bersama MacGius. 

Aku nggak tahu identitas aslinya. Tapi seperti yang MacGius bilang, aku harus menyampaikan rasa terima kasihku padanya. 

[ Tidak, aku akan tetap disini. ] 

Tapi si penyair menggelengkan kepalanya, menolak tawaran kami. 

[ Tapi kau bakal bersebelahan dengan manusia serigala kalau tetap disini. ] 
[ Nggak masalah... Lagian manusia serigala itu terikat dengan rantai gembok. Selain itu, aku ingin bicara dengannya, cuma kami berdua. ] 
[ Begitu ya... ] 

Dia seperti orang yang berbeda ketika dia bilang ingin bicara dengan manusia serigala. Mau gimana lagi, penyair adalah seorang yang biasanya dipenuhi dengan rasa ingin tahu. Mungkin dia pengen mengajukan banyak pertanyaan ke manusia serigala itu. 

[ Jadi jangan khawatirkan aku. ] 

Tersenyum, si penyair memberitahuku begitu. 

[ ( ̄3 ̄) #shiyuu~. Kau seperti orang yang berbeda ketika kau bilang ingin bicara dengan manusia serigala itu. Baiklah kalau gitu, aku akan bilang ke orangku untuk membawakan makananmu nanti. ] 
(TL: mau buat ketikan suara siul, tp susah. Wkkwwkk.) 

Tawa MacGius terbahak-bahak. Meski memikirkan hal yang sama denganku, MacGius terus terang pemikirannya dan bilang ke aku untuk tidak memaksanya. 

Bukankah kau agak kasar padanya?

[ Kalau bisa, beri tahu kami namamu? ] 

Tanya MacGius. 

Benar juga. Kalau diingat lagi, aku belum tahu nama si penyair. 

Ketika ditanyai namanya, si penyair menjawab setelah merenung sebentar. 

[ Namaku Kuro. ] 

Kuro, aku belum pernah dengar nama itu. Meski dia bilang berasal dari kerajaan Rox, mungkin dia dilahirkan di negara yang jauh. 

[ Kuro! Aneh banget tuh nama. ] 
[ MacGius!! ] 

MacGius mengatakan sesuatu yang kasar lagi. 

[ Maafkan temanku yang nggak sopan ini, Kuro-dono. ] 
[ Nggak apa-apa, aku nggak keberatan kok. ] 

Jawab Kuro sambil lambaikan tangannya. 

[ Ngomong-ngomong, pangeran. Apa pahlawan bernama Parish ada di negara ini? ] 
[ NANI!!! Apakah tujuanmu sebenarnya ingin bertemu Parish? ] 

Penyair suka menyanyikan kisah kepahlawanan. 

Dan Parish adalah orang yang cocok dengan gelar pahlawan di daerah kami karena pemusnahan sarang goblin. 

Tidak heran jika aksinya akan di di nyanyikan oleh penyair. 

Karena itu dia pasti ingin bertemu Parish dan membuat kisah tentangnya. 

[ Iya, Parish tinggal di negara ini. Tapi dia lagi gak ada sekarang. ] 
[ Begitu...... ] 

Jawab Kuro bermasalah. Sebegitunya dia ingin bertemu Parish. 

[ ≧∇≦ #he-he-he~, apa mungkin Kuro-dono ingin berikan perisai ini ke Parish? Atau kau ingin aku berikan pas dia balik? ] 

Senjata atau alat sihir lebih cocok untuk sosok pahlawan. Dan mungkin saja, perisai ini lebih baik digunakan Parish daripada aku yang tidak punya sesuatu yang istimewa. 

Jadi, aku mengatakannya dengan senyum di wajahku. 

[ J-JANGANJANGANJANGAN!! KAU JANGAN BERIKAN PERISAI ITU KE PARISH, PANGERAN!!! TAK PEDULI APAPUN ITU!! PERISAI ITU CUMA UNTUKMU SAJA!! ] 

Tiba-tiba Kuro berbicara dengan panik. Seolah-olah sikapnya yang tenang sampai sekarang hanyalah suatu kebohongan. 

[ Eh? M-Maaf? A-Aku mengerti... ] 

Aku cuma bisa setuju setelah diberi tahu dengan semangat seperti itu. 

[ Maaf atas hilangnya ketenanganku, Pangeran. ] 

Ucap Kuro sambil tertawa. Semakin lama ku perhatikan semakin mencurigakan. Identitas sebenarnya nih orang apa ya? 

Aku tidak bisa melihat sosoknya sejatinya. 

Tapi untuk sekarang kita kesampingkan dulu itu. Aku harus memperkuat pertahanan negara kami dulu sebelum invasi Ksatria Kegelapan dan ogre. 

[ Kalau begitu, Kuro-dono. Kami pamit dulu. ] 

Bilang begitu, aku membungkuk ke Kuro. 

[ Aku juga, maaf merepotkan. ] 

Kuro juga membungkuk padaku. 

Lalu, aku meninggalkan rumah. 

[ MacGius. Gimana menurutmu? ] 

Beberapa saat setelah meninggalkan rumah, aku bertanya pada MacGius. 

[ Hmm... Aku merasa dia bukan penyair biasa. ] 

Tampaknya MacGius juga berpikiran sama denganku, tetapi.... 

[ Tetapi, tidakkah kau berpikir kalau dia orang yang baik sampai ngasih tuh perisai? ] 

Dia bilang begitu setelah melihat kesan pertamanya. 

[ Ya benar sih.... ] 

Seperti yang dia bilang, aku nggak bisa bayangkan Kuro orang jahat. 

[ Kita harus gimana sekarang? Apa kita pergi ke tempat wanita itu? Mungkin saja ada serangga tertanam di dalam tubuh Kuro. ] 

Emang benar sih dia orang yang mencurigakan dan terlihat seperti bawahan ogre. Dan biasanya kita perlu melaporkan tentang masalah ini kepada para wanita itu. 

Tapi aku gelengkan kepala. 

[ Tidak, jangan lakukan itu... ] 

Kupehatikan ada sesuatu yang salah tentangnya. Sebaliknya, dia terlalu mencurigakan sebagai bawahan ogre. 

Selain itu, akan lebih bagus kalau menanamkan serangga ke warga Algore daripada orang luar. Biarpun banyak celah dalam rencana itu, tak perlu menggunakan orang luar sebagai mata-mata mereka. 

Jadi, kupikir kalau dia bukan bawahan ogre. 

Aku penasaran, siapa sih dia? Jika dia bukan bawahan ogre, apa mungkin dia bawahan Ksatria Kegelapan, atau Ksatria Kegelapan itu sendiri. 

Aku nggak tahu kenapa dia memberikan perisai ini padaku, tapi kupikir dia punya alasan untuk melakukannya. 

Maka dari itu, aku nggak perlu memberi tahu masalah ini ke para wanita itu. 

[ Aku mengerti... Yah, kurasa aku gak bisa berbuat apa-apa kalau kau sampai bilang begitu. ] 
[ Maaf... ] 
[ Nggak apa-apa. Lakukan saja sesukamu... ] 

Aku merasa bersalah karena MacGius mengkhawatirkanku. Jadi, aku bilang terima kasih padanya. 

[ Ayo pergi, MacGius. ] 
[ Ya. ] 

Setelah bilang itu, kami berjalan menyusuri jalan setapak. 


› Penyair, Kuroki. 

[ Entah gimana aku berhasil bertemu orangnya langsung... ] 

Aku, yang menyamar sebagai penyair untuk menyusup ke Algore berhasil bertemu Omiros. 

Aku ingin melihat sendiri, orang seperti apa Omiros itu. Kuperhatikan dia orang yang baik. Jika itu dia, aku bisa percayakan Regena padanya. 

Untuk itu aku meminta kurcaci, Dario-dono untuk membuat perisai sihir. 

Tetapi, entah kenapa rencanaku malah ancur. Aku nggak nyangka kalau mereka akan menangkapku begitu aku mau masuk ke negara mereka. Jika mereka membawaku ke Shirone CS, mau tak mau aku musti harus kabur dari mereka (Shirone CS). 
(TL: ada yg gak tau arti “CS”. → LINK ← ) 

[ Aku dengar kalau penyair lebih mudah masuk ke setiap negara, tapi... ] 

Pas aku mendengar tentang itu dari pengasuhnya Regena. Aku pun datang ke Algore dengan menyamar sebagai penyair. 

Sebenarnya sih aku bisa aja nyusup ke Algore makai sihir [invisible], tapi aku nggak makai sihir itu karena aku ingin bertemu Omiros dengan mata kepalaku sendiri. 

Kalau ku pakai tuh sihir, dia bakalan kaget dan curiga terhadapku karena kedatanganku yang tiba-tiba. 

Mah, wajar sih kalau aku dicurigai. Tetapi berkat itu aku sudah memahami karakter Omiros. 

Sekarang tinggal menyingkirkan Parish dan mengkonfirmasi niat Regena. 

Tetapi, aku tak tahu di mana Parish sekarang, dan Regena ditahan Shirone CS. 

Kemungkinan besar tujuan Parish adalah menculik Regena saat aku bertarung dengan Shirone CS. Untuk mencegah itu, aku sudah menyiapkan tindakan balasan. 

Kuna pergi setelah dia bilang mau melakukan sesuatu terkait Shirone CS. Jujur saja, aku merasa firasat buruk pas dia pergi ketika menyangkut Shirone. Emang dia pergi ke mana ya? 

Aku mungkin tidakkan bisa menghentikan pertemuan antara Kuna dan Shirone karena aku sibuk ngurusin Parish. 

Maka dari itu jika ada orang yang bisa menyelamatkan Regena dalam situasi kacau, orang itu adalah Omiros. 

Aku sebenarnya ingin membantu Regena. Tapi aku tidak punya banyak kekuatan untuk melangkah sejauh itu. Aku bisa saja membantunya jika aku punya lebih banyak kekuatan dan otoritas di wilayah manusia, tetapi aku terlalu naif. 

Itu sebabnya aku akan menyerahkan dia ke Omiros supaya dia aman dan memberikan perisai itu ke Omiros. 

Awalnya perisai itu hadiah perpisahanku untuk Regena. 

Tapi kurasa nggak apa-apa lah untuk memberikan perisai itu ke Omiros karena aku disini hanya pihak ketiga saja. 

Aku pun melihat manusia serigala yang lagi terikat. Dari yang ku ketahui, manusia serigala ini bisa berbicara bahasa manusia, jika aku tidak salah, dia bawahan para ogre itu. 

Aku nggak tahu betul masalah Shirone terlibat dengan para ogre itu. Atau lebih tepatnya kenapa para ogre itu mengincar mereka? 

Ada kemungkinan mereka akan menghambat rencanaku. Itu sebabnya aku ingin lebih banyak informasi tentang para ogre itu. 

Aku mendekatinya dan kemudian membuka plester yang menutup mulutnya. 

[ KUHAAA!! ] 

Manusia serigala yang mulutnya baru saja dilepaskan menarik napas dalam-dalam. 

[ Oi, kau. Lepaskan aku!! Jika kau turuti apa yang kukatakan, setidaknya aku kan meminta Kujig-sama untuk menyelamatkan hidupmu!! ] 

Sekarang aku mendengar nama yang akrab dari ucapan manusia serigala ini, nama ogre yang kutemui di Velos. 

[ Uhm, maaf... bisa gak kau beritahu aku lebih banyak tentang ogre bernama Kujig itu... ] 

Menundukkan kepalaku, aku mengajukan pertanyaan ke manusia serigala. 

[ OOOWWWHH!!! BANGSAT, APA KAU TULI!! AKU BILANG, LEPASKAN AKU. SEKARANG!! ] 

Tampaknya percakapan biasa tidak mungkin, kah. 

Dia mengatakan kalau dia akan menyelamatkan hidupku tetapi dia terus melepaskan niat bunuh ke arahku. tampaknya dia akan membunuhku begitu aku melepaskannya. 

[ Mau gimana lagi. ] 

Dia manusia serigala, tapi sebenarnya aku tak ingin menggunakan cara ini. 

Sihir [fear]. 

Ini adalah sihir yang memanipulasi jiwa target, berbalik belakang dengan sihir [charm]. Orang yang dijadikan target akan merasakan ketakutan yang tak tertahankan ke pengguna. 

Sebab itu aku tidak menyukai sihir ini. Karena memanipulasi jiwa bertentangan dengan prinsipku, bahkan jika itu adalah musuh. 

Namun tergantung situasinya, aku takkan ragu untuk menggunakan sihir ini. 

Aku meletakkan telapak tanganku di atas kepala manusia serigala, dan kemudian merapalkan sihirnya. 

[ B... B... B... A... N... G... S...— B.. A... A... ] 

Manusia serigala gemetar ketakutan. Mata terbuka lebar dan mulut nganga tanpa henti. 

[ Sebutkan namamu, manusia serigala. ] 
[ Da— Daigan!! Oh seorang yang paling ditakutkan. ] 
[ Begitu, Daigan. Setelah ini, kau akan menuruti perkataanku. ] 
[ B-B-BAIK, PAK!!! ] 
[ Bagus. Daigan, kau ada sesuatu yang harus kau sampaikan padaku... ] 

Ketika kucoba tanyakan informasi yang ingin kuketahui dari Daigan. 

Pintu rumah tiba-tiba terbuka. 

[ MAKANAN UDAH SAMPAI!!! ] 

Orang yang datang adalah seorang gadis cilik berusia sekitar 10 tahun. Gadis itu mendorong gerobak dengan dua piring di atasnya. 

[ Terima kasih, mbak. ] 

Ucapku terima kasih padanya. 

Sekarang aku tidak bisa menarik informasi dari Daigen dengan gadis itu di sini. 

Plis mbak, bisa cepat nggak sih ngantarnya dan cepatan pergi sono.

Tampaknya makanan yang dibawa gadis itu adalah bubur kacang. 

Itu adalah jenis kacang yang penanamannya tidak ribet bahkan di tanah benteng ini, sehingga makanan itu menjadi hidangan pokok bagi negara yang mirip seperti Algore. 

[ Kacang!!! Serius nih. Beri gua daging dong. Daging... ] 

Apa dia tahu tuh bubur kacang dari baunya?

Daigan mengatakan sesuatu yang mewah pas gadis itu membawakan makanan untuk kami. Melihat tingkah lakunya, aku mengirim tatapan agak seram untuk menakutinya. 

[ (T ^ T) K-KELIHATANNYA U-UEENNAAKK (T ^ T). (T ^ T) AKU SUKA KACANG!! (T ^ T) ] 

Mungkin karena dia takut padaku, Daigan menarik kembali kata-katanya. 

[ Suka… kacang? Aneh, kupikir serigala suka daging? ] 

Jawab bingung gadis itu. 

Setelah meletakkan bubur di depan kami, kemudian gadis itu duduk di depanku. 

[ EH!? ] 

Kenapa dia duduk di depanku? 

[ Nee, kau penyair, bukan? Ceritakan kisah untukku dong!! ] 

Bilang gadis itu menatapku dengan penuh harapan. Benar juga, aku kan disini lagi menyamar sebagai penyair. 

[ Cerita penyair yang datang sebelumnya sangat menarik. Maka itu paman, tolong ceritakan kisah untukku!! ] 

Nyesek aku dengar dia manggilku paman. Tetapi, dari pandangan gadis itu, aku mungkin terlihat seperti paman. 

Cerita dari seorang penyair biasanya menceritakan kembali sebuah kisah tentang legenda yang disusun ulang dalam bentuk lagu. Dan itu biasanya diambil dari kisah cinta, kisah heroik, atau kisah dunia ini. 

[ Maaf... Aku lagi nggak bisa nyanyi soalnya alat musikku rusak. ] 

Ucapku sambil lihat alat musikku yang rusak. 

Aku musti berbohong karena aku nggak bisa nyanyi. Dan alat musik rusak itu emang sengaja kubawa. 

Jika ada orang yang pengen minta aku bernyanyi, alat musik rusak itulah yang akan menjadi pelarianku. 

[ E~h ga~k asik nih!! Semua orang pada sibuk dan nggak punya waktu buat main denganku... ​​Nee, ada cerita yang sangat menarik nggak? ] 

Bilang gadis itu sampai membuatku kualahan. 

Jujur, nih orang hendak ku buat tidur makai sihir [sleep], tapi aku ragu untuk makainya ke gadis cilik imut ini. 

[ Hm~m, tak pikirikan dulu.... Kalau gitu, akan kuceritakan kisah tentang Naga Petir yang tinggal di lautan awan... ] 
[ Naga di lautan awan? Kedengarannya asik, ceritakan dong!!! ] 

Bilang gadis itu dengan mata berkilauan senang. 

Kemudian aku menceritakan Naga Petir yang aku temui sebelumnya. 

[ E~h. Nggak mungkin naga memberikanmu kekuatannya. ] 

Ucap gadis itu tidak percaya. 

Mau percaya atau tidak, itu emang kenyataan. 

[ Tapi itu cerita yang menarik!! ] 

Bilangnya tersenyum puas. 

YOOSSHHAA!!!!!

Teriakku sambil berpose kemenangan di pikiranku. 

Itu karena gadis yang sebelumnya takut nampaknya menikmati kisahku. 

[ Nee, ceritakan lebih banyak lagi dong, paman!! ] 
[ Uhm, yang mana lagi ya.... ] 

Ketika aku hendak menceritakan kisah selanjutnya. 

Daigan mulai bertindak aneh. 

[ Ada apa, Manusia serigala-san? ] 

Tanya gadis itu pada Daigan. 

[ Bau ini!! DATANG, PARA OGRE UDAH DATANG ] 

Teriak Daigan. 

[ Kalau dipikir-dipikir, tercium bau manis melayang... ] 

Seperti yang diucapkan gadis itu, ada bau manis pas menghirup udara. 

[ Ogre Kujig datang!! ] 

Manusia serigala memiliki indera penciuman yang luar biasa. Mungkin, para ogre benaran datang. 

Benar-benar deh tuh makhluk. Orang lagi asik-asiknya lagi ngobrol dengan gadis cilik, eh makhluk biadab malah nongol.

Aku pun berdiri dari kursi. 

Tampaknya sudah waktunya bagiku untuk bergerak. 


› Gadis Pedang, Shirone 

[ Kastil apaan tuh? Maka mendekat lagi. ] 

Intipku lewat jendela melihat kastil mendekat. 

Pada malam rembulan tanpa tertutup awan, aku melihat sesuatu yang besar mendekati kami. 

[ Apa itu kastil manisan? ] 

Aku mengangguk menjawab ucapan Kyouka-san. Sejak datang ke dunia ini, indera penglihatan kami meningkat tajam. Dengan kata lain, meskipun kastil itu masih jauh dari Algore, yaitu posisiku, aku bisa melihat kastil itu dengan sangat jelas. 

[ Jadi itu kastil ogre Kujig ya. Menurut cerita, dindingnya terbuat dari Lebkuchen, atapnya terbuat dari sejenis Kue pastri, dan jendelanya terbuat dari kaca transparan. Meski saya gak tahu jenis manisan dunia ini, tampaknya ada yang mirip dengan dunia kita. ] 

Ucap Kaya-san melakukan penjelasan. 

[ Apa itu? Semut-semut membawa kastil?! ] 

Bilang Kyouka-san kaget pas melihat gerumbunan Myulmidon, aku pun juga ikut melihat banyak Myulmidon yang membawa istana manisan seperti membawa kuil portabel. 
(TL: kayak yg di jepang itu, kuil diangkat banyak orang gitu. Kalau mau tau cek gugle ^ω^ .) 

Marchen yang ku dambakan dihancurkan setelah melihat yang kayak gitu. 
(TL: marchen = bahasa prancis: dongeng.) 

Kastil manisan berhenti tepat di depan Algore dan aku pun bisa melihat bentuk kastilnya dengan jelas. 

Atapnya terbuat dari krim. Jendelanya terbuat dari berbagai manisan. Dindingnya terbuat dari Lebkuchen. Serta berbagai bentuk lentera gantung seperti manusia dan hewan dan di tambah cahaya bulan membuat kastil manisan terlihat menggoda. 

Tiba-tiba muncul cahaya seperti gambaran layar proyektor di atas kastil itu. 

Tidak salah lagi, itu sihir [video]. Terus sesosok orang tampak terlihat di gambar itu. 

[ Itu, Kuna-sama!! ] 

Teriak Regena pas dia melihat sosok itu. 

Benar, seperti yang dia bilang. Orang yang muncul dalam gambar itu adalah Wanita Rambut Perak yang kami temui di Velos. 

Dan kalau diamati baik-baik, ada sesuatu yang mirip makhluk ogre di belakangnya. 

Kenapa gadis itu bersama ogre?

Meski aku tak tahu alasannya, tampaknya dia bekerja sama dengan para ogre itu. 

[ SHIRONE!!! SINI LOE!! KUNA TANTANG LOE GELUD!! KALAU LOE GAK KELUAR!! KUNA PERINTAHKAN NIH SEMUT MENYERANG TUH NEGARA TEMPAT KALIAN BERADA!!!! ] 

Teriak gadis dalam gambar proyektor itu. 

Pas kuamati lagi, Myumidon itu menggeliat di sekitar kastil manisan. 

[ Kayaknya dia memanggilmu, Shirone-san. ] 

Bilang Kyouka-san setelah menatapku. 

[ Sepertinya iya... Yah, kurasa mau gimana lagi jika dia memanggilku... ] 

Aku menarik pedangku dari sarungnya yang menempel di pinggangku. 

Tepat ketika aku ingin menanyakan alasan dari Kuroki, tapi kurasa aku bisa menanyakan langsung dari gadis itu. 

[ Bahaya jika anda pergi sendirian, Shirone-sama. ] 

Ucap Kaya-san mengkhawatirkan keselamatanku. 

[ Umn, jangan khawatir. Aku bakal mundur jika situasinya di luar perkiraanku. Daripada itu, Kaya-san, tolong hentikan Kuroki jika dia datang!! ] 

Bilangku pada Kaya-san, aku kemudian melompat dari jendela. Membuka sayapku, aku terbang menuju kastil manisan. 

Myulmidon yang bisa terbang langsung menghalangi jalanku. 

[ JANGAN CARI GARA-GARA KALIAN, DASAR SEMUT KUTIL!!! ] 

Tapi aku tebas mereka ketika mereka mau mengerumuniku. 

[ PERANG!! SIAPA TAKUT!!! ]
Facebook twitter Google

Related Post

0 Komentar