Ankoku Kishi Monogatari Bab 42 Bahasa Indonesia

/

Act 3: Penyihir Perak 
Pertarungan Kocak Di Kastil Manisan

› Ksatria Kegelapan, Kuroki 

[ OI!? Apa-apaan tu!! ] 

Kuna datang bersama dengan para ogre. Meski aku gak tau dia mau ngapain, firasatku mengatakan sesuatu yang berbahaya akan terjadi. 

Ketika kulihat keluar begitu Daigan memberi tahu kedatangan ogre, gambaran Kuna keluar dari atas kastil manisan dan tiba-tiba menantang Shirone. Kok bisa jadi kayak gitu? 

Dan kemudian, aku melihat sosok Shirone terbang menuju kastil manisan 

[ Bangke, kalau aku nggak hentikan mereka segera... ] 

Berubah jadi sosok ksatria kegelapan, aku melesat menuju kastil manisan. 

Lebih cepat, lebih cepat, jika nggak, mereka bakalan mulai bertarung. 

Ketika aku mau mengejar Shirone. 

[ AP—?! ] 

Ku putar badanku ke samping, menghindari sesuatu yang baru saja melewati tempatku berdiri. 

Aku pun dengan cepat keluar dan mendarat ke luar benteng Algore. 

Saat aku mendarat, seseorang turun dari langit di hadapanku. 

Seorang wanita tampak seusiaku. Aku ingat wajahnya. 

Pertama kali aku bertemu dengannya ketika aku berada di Republik Suci Lenaria. 

Jika tidak salah, namanya Kaya. 

[ Nggak saya duga kalau anda bakalan menyusup ke Algore. ] 

Ujar Kaya mengatur posisi bertarung dengan kedua tinjunya. 

Jujur, aku gak punya waktu buat meladeninya. 

[ Saya tebak rencana anda menyelamatkan Regena sementara wanita rambut perak itu mengalihkan perhatian kami, iyakan? Tapi nggakkan saya biarkan itu terjadi. ] 

Bukan. 

Aku gak berniat membuat Kuna melakukan tindakan yang berbahaya. Makanya aku cepat-cepat ingin menghentikan mereka. 

[ Saya merasakan sesuatu yang salah dengan tindakan anda. Jika kesadaran anda sudah bebas, kenapa anda masih melayani Raja Iblis? ] 

Nih wanita banyak tanya. 

Mah, cueki aja. 

[ Penyebab penderitaan banyak orang di karenakan Raja Iblis! Apa anda tidak merasakan apa-apa! ] 

Kaya terus menanyaiku dengan suara penuh amarah. 

[ Kau keliru. Sejak kapan Raja Iblis menyebabkan penderitaan banyak orang? Bagaimana dia melakukannya meski dia gak pernah meninggalkan Nargol? ] 
(TL: katanya di cueki, tp di jawab juga. Dasar tsundere loe Kuroki.)

Jawabku menyangkal tuduhannya. 

[ Akhirnya anda bicara juga. Ya, emang benar kalau Raja Iblis gak pernah meninggalkan Nargol. Tapi para iblis yang menyerang manusia, bukankah itu sama saja dengan Raja Iblis yang menyebabkan penderitaan banyak orang? ] 

[ ... Raja Iblis gak pernah memerintahkan mereka untuk melakukan itu. ] 

[ ... Berarti itu cuma bawahan yang bertindak seenaknya saja, ya? Bukankah itu tidak bertanggung jawab? Kenapa dia tidak mengendalikan mereka? Bukankah itu sama saja dengan menjadikannya sebagai alasan penderitaan banyak orang? ] 

Aku gak membalas untuk pertanyaan itu. 

“Gak semua iblis di dunia ini adalah bawahan Modes.” Itulah kalimat yang ingin kuucapkan. 

Tetapi, aku tidak mengatakan apa-apa ketika ia bilang “kenapa dia tidak mengendalikan mereka?” 

Modes bisa saja mengendalikan sebagian besar iblis di dunia ini dengan kekuatannya. Tetapi dia tidak melakukannya karena tidak ada manfaatnya. 

Terus, apakah tanggung jawab mengendalikan iblis jatuh pada Modes? 

Mah, kayaknya para dewa-dewi Elios berpikiran begitu. Walau para dewa-dewi itu bisa mengendalikan umat manusia, tapi mereka tidak melakukannya. Menurut penyelidikanku, meski memiliki kekuatan untuk mendominasi manusia, para dewa-dewi Elios tidak melakukannya. Alasannya: merepotkan. 

Terus, jika ada manusia yang melakukan suatu kejahatan, apakah para dewa-dewi, yang tidak berniat mengendalikan manusia yang harus disalahkan? 

Atau, haruskah mereka mengendalikan manusia seperti robot? 

Atau, haruskah Modes mendominasi semua iblis dan membuat mereka tidak menyerang manusia? 

Lagian, Modes bukanlah sekutu manusia. Dan bukan juga sekutu iblis. 

Tujuan Modes cuma sederhana. Yaitu ingin melindungi tempat dia tinggal bersama wanita yang dicintainya. 

Meski sebagai raja Nargol, alasannya membuat orang penasaran, seorang yang tinggal di luar Nargol tidak berhak untuk mengkritik orang yang tinggal di Nargol. 

Meski begitu, sosoknya telah disalah artikan. 

Aku mungkin juga akan berpikiran begitu jika yang manggil aku bukanlah Modes, melainkan Rena. 

Tapi, karena aku di panggil oleh pihak iblis. Berarti aku bukanlah sekutu manusia. 

Walau bukan berarti aku ingin memusuhi seseorang, bagiku menilai sesuatu dari sudut pandang manusia di dunia ini masih cukup sulit. 

[ Emang benar kalau mengendalikan iblis adalah pilihan yang bagus... tapi sayang, aku tidak sependapat denganmu. ] 

[ Begitu... Kalau gitu, satu pertanyaan lagi. Kenapa anda memihak Raja Iblis? Apakah karena imbalan? Atau, karena wanita rambut perak itu? ] 

“Wanita rambut perak”, apa yang dia maksud itu Kuna? 

Tentu saja, Kuna adalah salah satu alasanku memihak Raja Iblis. 

Dan tujuanku juga sama dengan Modes, malahan lebih sederhana. 

Aku teringat kejadian di gunung Raja Naga Suci. Reiji CS tampak sangat menikmati kehidupan mereka. 

Aku iri dengan mereka. Sangat iri... 

Pada saat itu, air mata keluar tanpa henti di balik helm. 

Aku gak mempunyai satu teman pun di dunia ini. 

Modes dan Nut sedikit berbeda sih. 

Apa tujuanku sebenarnya adalah berpetualang dan tertawa bersama seperti Reiji CS. Teman yang saling mendukung, saling mencintai dan dicintai. Dan kalau bisa teman yang kuinginkan adalah gadis imut atau wanita cantik. 

Mah, itu mungkin terdengar seperti keinginan sih. 

Tetapi, keinginanku itu akhirnya terwujud. Yaitu sesosok wanita rambut perak yang sangat imut. 

Aku nggakkan pernah bertemu dengannya jika aku gak dipanggil ke dunia ini, karena kupikir aku bakalan di takdirkan untuk jomblo seumur hidup di bumi. 

Aku ingin menikmati berpetualang bersama Kuna di dunia ini. 

Mengingat kegembiraan berpetualang bersamanya, aku pun tersenyum di balik helm. 

Yup, gak ada yang bisa mengalahkan kegembiraan berpetualang bersama wanita imut. 

[ Tentu, ada juga alasan itu... ] 

Jawabku setuju dengan perkataannya. 

[ Begitu. Jadi wanita itu beneran alasannya ya. Kayaknya kami gak punya pilihan lain selain membunuh wanita rambut perak bernama Kuna itu. ] 

Pas mendengar ucapannya, aku pun merasakan sesuatu yang sangat hitam keluar dari hatiku. 

[ Njing... Nggak kubiarkan kalian melakukan itu! ] 

Bilang begitu, aku pun melesat maju. 

Dia mundur sambil mengatur posisi dengan tinjunya. 

Aku gak tahu kenapa mereka berkesimpulan menyingkirkan Kuna. Tapi aku nggakkan membiarkan siapa pun menyakitinya. 

Siapa pun musuhnya. Selama ada Kuna, aku akan selalu berada di pihak Raja Iblis. 

Aku nggak masalah kalau tetap menjadi ksatria kegelapan. 

Aku meninggalkan manusia dan menjadi sekutu Raja Iblis untuk memenuhi keinginanku. Aku penjahat, dan aku bangga. 

[ Berbicara lagi tidak ada gunanya! Jika kau tidak membiarkanku lewat, maka aku akan menerobos dengan paksa. ] 

Aku harus pergi cepat-cepat ke kastil manisan, dan itu berletak di belakang wanita ini. 

Lalu, aku melesat ke arahnya. 


› Gadis Pedang, Shirone 

Memotong kaca jendela transparan yang terbuat dari permen, aku masuk ke menara terbesar yang berdiri tepat di tengah-tengah kastil manisan. 

Tempatku tiba adalah ruang istirahat. Ada kasur besar di ruangan ini. 

Kasur yang terbuat dari permen kapas dan kue beras di buat dengan ukuran yang sangat besar. Atau apa itu mirip seperti kue pasta ara yang pernah kumakan di rumah Reiji? 

Melihat kasur seperti itu membuatku ingin terjun ke tempatnya. Tetapi, saat ini aku harus tahan karena urusanku kesini bukan untuk itu. 

Kelihatannya ruangan ini punya si pemilik. 

Gak diragukan lagi, wanita itu pasti menungguku di ruang tahta. 

Aku pun berjalan menuju ruang tahta. Dalam perjalananku, aku bertemu dengan para myulmidon. 

Ketika kuamati baik-baik. Mereka tampak seperti semut dengan sosok manusia. Seperti tentara semut dari kastil manisan. 

Memegang tombak, para myulmidon bergegas ke arahku. 

[ RASAKAN INI! TEBASAN API!!! ] 

Para myulmidon pun kutebas dengan skill flame blade dan tempat sekitarku pun meleleh bagaikan lilin. 

Setelah menebas myulmidon, aku pun melanjutkan perjalananku, memasuki lorong yang terbuat dari gula. 

Ketika aku terus berjalan, aku tiba di depan sebuah pintu besar yang terbuat dari kue panggang dan dioles dengan krim. Tampaknya ruang tahta ada di balik pintu itu. 

Menutup mataku, aku memfokuskan pikiranku. Aku merasakan beberapa sosok dengan bentuk makhluk raksasa di balik pintu itu. Mungkin saja itu para ogre. 

Aku membuka pintu dan memasuki ruangan. 

[ GUORYAAA! ] 

[ DEAAA! ] 

Dua ogre melesat ke arahku dari balik pintu. 

Dasar bodoh, penyergapan kalian sudah kuketahui. 

Aku pun menghindari serangan mereka dengan gerakan seperti tarian dan kemudian menebas mereka. 

Kedua ogre itu terbelah dari bahu ke pinggang, dan langsung jatuh ke lantai. 

[ RETSUG! ZAIG! ] 

[ BANGSAT!! BERANINYA KAU MEMBUNUH SAUDARAKU!!! ] 

Para ogre yang tersisa memelototiku. 

Bagiku kalian itu cuma makhluk ampas. 

Melihat sekeliling, aku menemukan singgasana raksasa di ruangan yang luas ini. 

Singgasana raksasa yang dihiasi berbagai macam manisan. Sesosok gadis kecil duduk di singgasana itu. 

Meski tubuhnya sangat kecil, pancaran auranya sangat besar. 

Penyihir Perak, Kuna. Dialah dalang dari pencucian otak Kuroki. 

Sebelumnya aku bertemu dengannya di Velos, tetapi setelah aku melihatnya lebih dekat, dia gadis yang sangat imut. 

Gaun hitam yang dihiasi dengan bunga biru, jepit rambut merah ungu diikat di rambut perak, yang membuatnya terlihat sangat menawan. 

Gadis itu tidak mengatakan apa-apa setelah kami bertemu. Dia tampak seperti ngambek padaku. 

[ Kalian, kenapa pada begong! Kuna-sama mengawasi kita! Cepat bunuh manusia itu! ] 

Para ogre lain melanjutkan aksi mereka setelah mendengar ucapan ogre wanita. 

Mereka dilengkapi dengan kapak, tombak, atau pedang yang tampaknya terlihat seperti senjata sihir. 

Aku gerakkan tubuhku menghindari tusukan tombak dari ogre dan kemudian kutebas dia. 

Ketika aku berhasil mengalahkan ogre pengguna tombak, para ogre lainnya menyerangku dari tiga arah yang berbeda. 

Aku menangkis serangan dari ogre pengguna kapak, menghindari tebasan dari ogre pengguna pedang, dan menebas ke ogre yang ada. 

Kemudian, kupenggal dua ogre laginya dengan gerakan memutar. 

Dengan ini, tinggal ogre wanita dan penyihir perak. 

[ BERANINYA KAU PAHLAWAN!! RASAKAN INI!!! ] 

Ogre wanita mengangkat tangannya. Gas hitam seperti kabut keluar dari lengan bajunya. 

[ LEDAKAN SERANGGA! ] 

Serangga kecil keluar dari lengan ogre wanita dan sedang menuju ke arahku. 

[ CUMA SERANGGA!! NGIMPI LOE! ] 

Ku buka sayapku lebar-lebar dan kutembak serangga itu dengan bulu sayapku. 

Serangga yang terkena tembakan buluku langsung lenyap dengan ledakan kecil. 

[ BANGSAT. KALAU INI GIMANA!? ] 

Listrik muncul di tangan ogre wanita. 

[ WAHAI ULAR PETIR! SAMBARLAH MUSUHKU SAMPAI HANGUS! ] 

Listrik yang keluar dari tangannya berubah bentuk menjadi sosok ular dan melesat ke arahku. 

[ EI! ] 

Ku tusuk ular itu dengan pedangku. 

[ LENYAPLAH! TEBASAN PETIR! ] 

Pedangku bersinar saat menyerap ular petir. 

[ APA! ] 

Ogre wanita pun terkejut. 

[ HA!! ] 

Sambil berteriak, aku pun menebas ogre wanita itu. 

Tebasan petir pun tidak menghilang setelah mengenai lawannya. 

[ MUSTAHIL! AKU, SI KUJIG YANG--! ] 

Begitulah reaksi ogre wanita ketika dia mati. 

Setelah memotong ogre wanita, serangannya pun terus menuju ke Penyihir Perak. 

PAWN! 

Namun, lenyap sebelum bisa menyentuh Penyihir Perak. 

Tentu saja, Penyihir Perak juga tidak terluka. 

[ SEKARANG TINGGAL KAU SEORANG! ] 

Ku arahkan pedangku ke dia. 

[ Lemah… ] 

Bilangnya begitu, Penyihir Perak berdiri dari tahtanya. 

[ Ya iyalah! Nggak peduli seberapa banyak ogre yang kau perintahkan, mereka nggak bakalan bisa mengalahkanku. ] 

Bilangku begitu sambil mengarahkan pedangku ke mayat ogre. 

Tapi Penyihir Perak menyangkal perkataanku dengan gelengan kepala. 

[ Jauh lebih lemah dari Kuroki... ] 

Bilang begitu, Penyihir Perak menatapku dengan tatapan dingin yang tajam. 

[ Kudengar kalian berdua mengasah ilmu pedang di tempat yang sama tapi... gaya berpedang Kuroki jauh lebih tajam daripada milikmu. Rencananya aku bakalan mundur setelah melihat pertarunganmu.. Tapi, aku berubah pikiran. Berkat ogre-ogre itu, aku sudah tahu kemampuanmu. ] 

Bilang begitu, dia pun membuat ancang-ancang dengan sabitnya. 

[ Sini kau, Shirone. Akan Kuna lenyapkan keberadaanmu. ] 

Mendengar kata-katanya membuatku makin jengkel. 

[ JANGAN REMEHKAN AKU! ] 

Menendang lantai, aku pun menutupi jarak antara kami. 

[ HA! ] 

Ketika tiba tepat di depannya, ku ayunkan pedangku. 

Penyihir Perak menangkis seranganku dengan sabitnya. 

[ Eh? ] 

Kuda-kuda ku hancur saat seranganku ditangkisinya. 

NJING.

Pikirku begitu, ku putar tubuhku untuk menstabilkan posisiku. 

Merasa seranganku tidak mengenainya, aku buka sayapku untuk menyerang ke sisi lain. 

[ HAAAH! ] 

Setelah memperbaiki kuda-kudaku, ku ayun pedangku ke depan. 

[ Fufu... ] 

Sambil tersenyum, Penyihir Perak memutar sabitnya untuk menangkis seranganku. 

[ GUH! ] 

Setelah menangkis seranganku, dia pun memukul perutku dengan ganggang sabitnya. Saking fokusnya ke bilah sabit aku pun sampai terkecoh. 

[ Jangan hanya lihat bilahnya saja... Itu yang diajarkan Kuroki padaku. ] 

Aku mundur untuk menjaga jarak kami. 

Gadis ini kuat.

Pikirku sambil memelototi Penyihir Perak. 

[ Latihan dengan Kuroki membuahkan hasil, Yey... ] 

Bilangnya begitu, Penyihir Perak pun tersenyum senang. 

Apa yang dilakukan Kuroki saat aku nggak di sisinya. Sekarang, aku benar-benar marah nih.

[ DASAR LACHUR!! ] 

Aku pun membuka sayapku dan menembaknya dengan bulu. Sudah kuduga, bulu-bulu itu ditangkis tepat di depan Penyihir Perak. Namun, itu cuma tipuan. 

Ku kepakkan sayapku dan kemudian menyelip ke belakang Penyihir Perak. 

Meningkatkan output kekuatan sihirku, aku mempercepat gerakan tubuhku. 

[ RASAKAN INI! Gaya Walet, Tebasan Seribu Angin! ] 

Kugunakan jurusku untuk menyerangnya. 

Namun jurusku tidak bisa mengenai Penyihir Perak. Seolah-olah ada dinding tak terlihat menghalangi seranganku. 

[ Nggak mungkin... Kok bisa dia menggunakan sihir shield sebanyak itu... ] 

Penghalang yang menangkis seranganku ternyata sihir shield.

Biasanya, tak peduli seberapa kuat pengguna, dia tidak bisa menggunakan lebih dari satu sihir shield secara bersamaan. Namun, gadis ini bisa melakukannya. 

Bahkan Chiyuki-san tidak bisa melakukan itu. 

Sejauh yang kutahu, Rena-lah satu-satunya yang mampu melakukan itu. 

Rena jarang terlibat dalam pertarungan, tetapi dirinya cukup kuat. 

Dia berspesialisasi dalam sihir yang berkaitan dengan pertahanan atau penghalang. Aku dulu pernah berlatih dengannya, dan tak ada satupun serangan yang mampu mencapainya. 

Ditambah, Rena juga bisa menggunakan sihir mind dan heal

Menurut Nao-chan, Rena seperti priest petarung jarak dekat, dan kemungkinan Penyihir Perak juga tipe yang sama dengannya. 

[ Ninefold Barrier (Penghalang 9x). Kuna bisa menyebarkan 9 penghalang pada saat bersamaan. Menurut Kuroki, Kuna berspesialisasi dalam sihir barrier dan heal. Meskipun begitu, Kuna sedikit terkejut dengan seranganmu barusan... Jika itu Kuroki, seranganmu terlalu gampang untuk dihindari. Mah bagi Kuna masih mustahil untuk menghindari seranganmu sih. ] 

Seperti yang dia bilang, sebelumnya Kuroki pernah menghindari seranganku. 

Dan bukan cuma itu saja. Ketika kami bertarung di Republik Suci Lenaria, Kuroki melihat semua seranganku dan dengan mudahnya menghindar. 

Sumpah, sejak kapan dia menjadi begitu kuat?

[ Apa kau sudah sadar, Kuna lebih kuat darimu. Tidak, bukan cuma kuat. Dadaku lebih besar, dan pinggangku lebih langsing. KUNA LEBIH SEKSY DARIPADA KAU! ] 

Bilang Penyihir Perak sambil menatapku. 

[ A-APA YANG KAU BICARAKAN?! PADAHAL PUNYAMU KAYAK BUNTALAN SAPI!! ] 

Bilangku begitu sambil menyentuh dadaku. 

Emang sih, dia lebih pendek dariku, tapi dadanya kebesaran. Terus pinggangnya kelangsingan.

Melihatnya aja membuatku kesel, tapi harus kuakui, kalau masalah style aku kalah darinya.

Tapi, bukan berarti dadaku kecil ya. Malahan, dadaku lebih besar dari rata-rata. Miliknya aja yang terlalu besar. 

Lagian, ngomong apa sih dia pas lagi ditengah pertarungan. Terus maksudnya ngomong begitu buat apa coba?

[ Dan begitulah Shirone, keberadaanmu tidak diperlukan. Maka dari itu, akan Kuna lenyapkan kau untuk selamanya! ] 

Aku tahu kalau Penyihir Perak kuat dilihat dari kekuatan magisnya. 

Tapi entah kenapa, aku nggak mau kalah darinya. 

Penyihir Perak mengatur sabitnya, bersiap untuk menyerangku. 

[ Emangnya kenapa. AKU JUGA NGGAK MAU KALAH DARIMU!! ] 

Aku juga mengatur pedangku untuk bersiap menyerangnya. 


› Mantan Tuan Putri Algore, Regena 

[ Ah, Danna-sama datang... ] 

Sesuatu yang hangat menyelimuti dadaku. 

Aku ngga mau tinggal di sini lagi.

Pikirku begitu, aku pun teringat masalah Rietto. 

[ Meskipun kami dulu selalu bermain bersama... ] 

Aku tak sengaja bergumam begitu. 

Menjadi musuh Rietto membuatku sedih. 

Ibu Rietto juga baik padaku. Dan orang yang membunuh ibu-nya yang baik tidak lain adalah ayahku. 

Jadi, wajar bagi Rietto membenciku. Hal yang sama berlaku untuk orang lain. Itu sebabnya mereka tidak ingin aku tinggal di sini lagi. 

Satu-satunya yang tidak berpikiran begitu adalah Omiros. 

Meski aku merasa nggak enak pada Omiros, tempat yang kumiliki saat ini berada di sisi Danna-sama. 

Maka dari itu, aku harus bergegas keluar dari kamar ini. 

Saat ini, hanya ada satu orang di kamar, adik pahlawan, Kyouka. 

Wanita bernama Shirone keluar ketika Kuna-sama memanggilnya. 

Terus wanita bernama Kaya menemukan Danna-sama, jadi dia keluar. 

Dan di ruangan ini tinggal kami berdua saja. 

Aku harus pikirkan sesuatu.

Wanita bernama Kyouka ini tampaknya nggak begitu kuat, tapi kurasa aku nggak bisa mengalahkannya. Gimana cara mengecohnya ya..? 

Pas aku berpikir, tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamar. 

[ Silahkan. ] 

Pintu terbuka. Berdiri di depan pintu adalah Omiros yang bersenjata lengkap. Tampaknya dia sedang mempersiapkan diri untuk bertarung melawan Danna-sama dan gerombolannya. 

[ Ara ara, Omiros-kun. Ada apa? ] 

[ Kyouka-sama, bolehkah saya meminta anda untuk membebaskan Regena? ] 

[ Eh, aku? ] 

Apa yang akan kau lakukan, Omiros?

[ Apa yang akan kau lakukan dengan membebaskan Regena? ] 

[ Ksatria Kegelapan udah tiba di Algore. Karena itulah saya ingin membawa Regena kembali ke tempat Ksatria Kegelapan ] 

[ Eh... ] 

Aku terkejut dengan jawabannya. 

[ Begitu ya? Mah, jika kau bilang begitu, nggak ada lagi yang bisa kulakukan. ] 

Ucap Kyouka seolah-olah memperhatikan sesuatu. 

[ Sebelum itu, aku ingin berbicara dengan Regena... Hanya berdua... ] 

Omiros dan Kyouka menatapku. 

[ Bagaimana denganmu, Regena-san... ] 

Aku menatap Omiros. Omiros nggakkan pernah berbohong padaku. 

Tampaknya Omiros benar-benar mau mengembalikanku ke sisi Danna-sama. 

Aku pun mengangguk. 

[ Ayo. ] 

Aku berdiri dan menuju Omiros. 

[ Tunggu bentar, Regena-san. Kau melupakan sesuatu. ] 

Bilang Kyouka sambil memberikan sesuatu padaku. 

[ Inikan... pedangku ] 

Benda yang aku terima adalah short sword yang diberikan Danna-sama padaku. 

[ Ini benda pentingmu, kan? Nih, ku kembalikan. Dan jangan lupakan pembicaraan tentang pindah ke tempat kami. Kami selalu menunggumu. ] 

Bilang Kyouka-san dengan senyum indah. 

Apa mungkin nih tuan putri sebenarnya orangnya baik?

[ Kalau itu aku perlu persetujuan Danna-sama dulu. Tapi, terimakasih atas tawarannya. ] 

Aku menundukkan kepalaku padanya. 

[ ... Kalau gitu, aku pamit. ] 

Mengangkat kepalaku, aku pergi menuju Omiros. 

[ Ayo pergi, Regena. ] 

Aku mengikuti Omiros. 

[ Kemana kita pergi, Omiros? ] 

[ Ke kuburan dulu. ] 

Jawab Omiros tanpa noleh. 

[ Kuburan...? ] 

[ Kuburan ibumu. Mungkin saja kau nggakkan bisa kembali lagi setelah balik ke Nargol. ] 

Entah napa, aku mengerti pemikiran Omiros. Omiros membawaku ke kuburan ibuku untuk kunjungan yang terakhir. 

[ Nggak, kita jangan kesana! ] 

Tetapi aku menolak pergi kesana. 

[ Kenapa? ] 

[ Soalnya, semua orang yang tinggal di Nargol nggak bisa mengunjungi kuburan kerabat mereka, tapi aku bisa. Mana mungkin aku melakukan itu... ] 

[ Begitu ya... ] 

[ Maaf Omiros... Aku keceplosan... ] 

[ Nggak apa-apa... Aku senang bisa bertemu denganmu lagi, Regena. ] 

Omiros tertawa ketika dia terus melihat ke depan, padahal didalam hatinya nyesek. 

Aku mengerti perasaannya. Tapi, keputusanku sudah bulat. 

Itu sebabnya aku tidak menanggapi perasaannya bahkan jika aku tinggal di Algore. 

Aku ingat kenangan hari itu. 

Hari ketika kami dipaksa pergi ke sarang goblin. 

Aku takut goblin. Kami lari mati-matian sehingga goblin tidak bisa menemukan kami. 

Kerabat kami menghilang satu per satu. Hatiku di ambang kehancuran karena ketakutan. 

Setelah itu, "dia" muncul di depan kami. Perwujudan dari ketakutan, yaitu naga raksasa. 

Ketika naga itu muncul, hatiku hancur berkeping-keping. 

Sangat menakutkan sampai aku menangis. 

Tetapi, keajaiban terjadi. 

Ksatria kegelapan, sosok yang paling menakutkan daripada goblin, yang menunggangi naga itu melepas helmnya dan tersenyum pada kami. 

Saat aku melihat senyumnya, hatiku deg-degan. 

Ketakutan yang kurasakan sampai beberapa waktu yang lalu pun lenyap. 

Mulai saat itu, kami mulai tinggal di Nargol. 

Meskipun kami dikelilingi orang-orang dari ras iblis, aku tidak merasa takut karena Danna-sama ada di sana. Ketika aku berada di sisinya, rasa takut yang kurasakan ketika dikejar goblin hilang. 

Jika keberadaan yang paling menakutkan di dunia ini tersenyum padaku, aku tidak berpikir ada sesuatu yang perlu ditakuti. 

Aku nggak berdaya tanpa Danna-sama. Aku nggak bisa tenang kalau nggak di sisinya. 

Jika aku nggak di sisinya, aku akan terus bermimpi dikejar-kejar goblin lagi. Tapi mimpi buruk itu hilang ketika aku berada di sisinya. 

Maka dari itu aku ingin tinggal di sisinya. Aku nggak masalah walau aku nggak bisa menjadi istrinya. Aku nggak masalah walau aku nggak bisa menjadi selirnya. Aku nggak masalah walau aku menjadi budaknya. Malahan, aku baik-baik saja selama aku bisa tinggal di sisinya. 

Karena itulah aku cepat-cepat ingin kembali ke Danna-sama. 

Aku merasa kasihan pada Omiros yang melakukan begitu banyak hal untukku, tetapi ini adalah satu-satunya hal yang tidak mau aku debatkan. Karena itu, didalam hatiku, aku minta maaf kepada Omiros. 

[ Kalau gitu, ayo pergi ke menara pengawas. Aku udah minta McGaius untuk mengamankan tempat itu. Jika kita pergi ke sana, akan lebih mudah bagi Ksatria Kegelapan untuk menemukan kita. ] 

Bilang Omiros sambil berjalan di depanku. 

Menara pengawas adalah tempat tertinggi di benteng ini. 

Jika kami pergi kesana, kemungkinan besar Danna-sama pasti melihat kami. 

Jadi, kami menuju ke menara pengawal. 

Beberapa saat kemudian, kami tiba di menara pengawal. 

[ kalau disini, dia akan segera menemukanmu. ] 

Omiros tertawa. 

[ Terima kasih, Omiros. ] 

Aku ucapkan terima kasih ke Omiros. 

Aku penasaran di mana Danna-sama sekarang.

Ketika aku hendak toleh kiri-kanan... 

[ TUNGGU, REGENA! Ada orang datang! ] 

Aku dengan panik bersembunyi begitu dibilangi Omiros. 

Aku telah menjadi sosok yang dibenci bagi warga Algore. Kalau begini, akan merepotkan jika mereka menemukanku. 

[ SIAPA KAU, KELUARLAH! ] 

Teriak Omiros ke orang yang mau mendatangi kami. 

[ Ini aku, pangeran. ] 

[ Parish-dono?! ] 

Ternyata yang datang adalah Parish yang terhenti di anak tangga. 

[ Rupanya kau, Parish-dono! Kemana aja kau selama ini? Dan kenapa kau kesini? ] 

Bilang Omiros sambil mendekati Parish. 

[ Yah, itu karena aku melihatmu pergi ke menara pengawas... Daripada itu, aku juga ingin bertanya kepadamu, pangeran. Kenapa kau membawa tuan putri Regena ke tempat ini? ] 

Padahal wajahku sudah ku sembunyikan, tapi sepertinya dia sudah mengetahui identitasku. 

[ Masalah ini tidak ada hubungannya denganmu. Bisakah kau tinggalkan kami. ] 

Tapi, Parish tertawa ketika dia mendengarkan itu. 

[ Masalah ini juga ada hubungannya dengaku, Pangeran Omiros. ] 

[ Apa maksudmu? ] 

[ Ngomong-ngomong, kenapa kau membawa tuan putri Regena ke tempat ini. ] 

Mencurigakan sekali nih orang. Kenapa repot-repot ke sini cuma ingin menanyakan kami kesini!?

[ Baiklah. Kan kuberitahu... Kami kesini ingin membulikkan Regena ke Ksatria Kegelapan. Udah paham? Kalau udah, tinggalkan kami. ] 

Karena di desak terus, mau tak mau Omiros memberitahukan tujuan kami. 

[ ... Kau jangan melakukan itu, pangeran. Beneran jangan. ] 

Bilang Parish sambil geleng-geleng kepala. 

Aku merasakan ada yang salah dengannya. 

Perasaan tidak enak apa ini?

Short sword pemberian Danna-sama bergetar tak karuan. 

Aku lirik ke Omiros dan melihat sekilas perisai Omiros bersinar. 

[ Apa yang terjadi padamu Pari—–? Eh, perisainya? ] 

Omiros menyadari kalau perisainya bersinar. 

[ SSHHIINNEEE! ] 

Parish tiba-tiba menghunus pedangnya dan mencoba menyerang Omiros. 

Serangannya cepat. Pada saat aku menyadarinya, sudah terlambat untuk memperingatkan Omiros. 

Tetapi, perisai Omiros memblokir serangan yang cepat itu. Seolah-olah perisai itu memiliki keinginan untuk melindungi Omiros. 

[ NANII–? ] 

Omiros mundur ke sisiku. 

[ Apa kau baik-baik saja, Omiros? ] 

[ Ya, perisai ini... bergerak sendiri. Seolah bergerak untuk melindungiku. ] 

Bilang Omiros melihat perisainya. 

Perisainya bersinar kelap-kelip. Mungkinkah itu perisan sihir. Darimana dia mendapatkannya?!

Dan kenapa Parish mencoba menyerang Omiros? 

[ Apa artinya ini, Parish-dono?! ] 

Omiros melotot ke Parish. 

[ Ceh... Gagal ya? Padahal serangan tadi bisa membunuhnya... ] 

Nada bicara Parish berbeda dari sebelumnya. Seolah-olah nada bicaranya yang sopan sampai sekarang adalah suatu kebohongan. 

[ P-Parish-dono? ] 

Wajah Parish memblur, menunjukkan perubahan wajah yang menjijikkan yang berbanding dengan topeng tampannya. 

Melihat wajahnya, aku pun menjerit. 

[ Kau... KAU KAN!!!!! ] 

Aku tahu wajah itu. Itu wajah mimpi burukku, wajah yang selalu mengejarku. 

[ Kau... Goz?! ] 

[ Ya... aku Goz, Omiros-kun. Gak kusangka kalau kau mengingat namaku. ] 

[ Mana mungkin aku melupakan namamu. Gaka kusangka kalah kau menyamar sebagai Parish. ] 

Bilang Omiros sambil mengeluarkan pedangnya. 

[ Hohoho, aku merasa terhormat Yang mulia Omiros bisa mengingat namaku. ] 

Tawa Goz mengejek. 

[ Mundur, Regena. ] 

Ikuti saran Omiros, aku pun mundur. Tetapi karena kami di menara pengawas, kami tidak ada jalan buat kabur. 

Goz menatapku. Tatapannya yang menjijikan itu membuatku merinding 

[ Regena. Aku datang untuk menjemputmu. ] 

Bilang Goz dengan senyum lebar.
Facebook twitter Google

Related Post

0 Komentar