Ankoku Kishi Monogatari Bab 43 Bahasa Indonesia

/

Act 3: Penyihir Perak
Pertarungan Penentu

✓ Pangeran Algore, Omiros

Ku tangkis serangan pedang Goz dengan perisaiku.

[ RASAKAN INI, HIDAN[bola api]!!! ]

Setelah pedangnya ku tangkis, Goz pun mundur sambil melafalkan sihir [fire] untuk menyerangku.

Tetapi sihirnya ku tangkis lagi dengan perisaiku. Kalau perisai kayu biasa pasti akan terbakar, tapi lain cerita kalau yang ku pakai adalah perisai sihir.

[ Kasoku[percepat]!! ]

Goz pun menggunakan sihir lain tanpa henti, setelah aktif dia pun bergerak ke sampingku.

Entah kenapa aku merasakan perisaiku bergerak sendiri.

GAKIN!!

Terdengar suara benturan setelah perisaiku menangkis serangan dari samping.

Tetapi, karena aku menangkisnya dalam posisi tak karuan, aku pun terjatuh.

Karena Goz mau menggunakan sihir lagi, aku pun bangkit dan langsung mundur untuk bersiap dengan serangan berikutnya.

[ APA-APAAN PERISAI ITU!!! ]

Teriak Goz kesal.

Benar, berkat perisai yang bergerak sendiri ini, aku pun bisa menangkis serangan yang semestinya tidak bisa ku tangkis.

Aku pun teringat ucapan penyair yang memberikan perisai ini kepadaku.

[ “Jangan pernah berikan perisai itu ke Parish.” ]

Bilangnya begitu.

Apakah dia tau kalau ini akan terjadi. Siapa sebenarnya dia?

Untuk saat ini jangan pikirkan itu dulu.

[ BANGSATT! Coba nggak ada tuh perisai, kau pasti sudah ku cincang!! ]

Betul. Jika saja aku gak ada perisai ini, aku pasti sudah jadi daging cincang.

Kesal sih, ku akui Goz lebih kuat dariku.

Saat pertama kali aku ketemu Goz, aku kesal karena tidak bisa berbuat apa-apa. Aku cuma bisa melihat Regena menangis.

Sejak saat itu, aku terus berlatih supaya bisa melindungi Regena.

Tetapi Goz lebih kuat dariku, kalau gak ada perisai ini, aku pasti sudah terbunuh.

Menyebalkan. Kalau begini aku gak akan bisa melindungi Regena.

Goz mau menyerang, harus ku hentikan. Tapi tubuhku sudah capai batasnya.

Untuk saat ini perisaiku berhasil menahan serangannya, tetapi tubuhku gak bisa menahannya lagi. Kalau terus begini, aku akan dikalahkan.

Meski begitu, aku takkan menyerahkan Regena.

[ Maaf saja ya, Goz! Aku gak akan menyerahkan Regena ke kamu!! ]

Ucapku sambil mengarahkan perisaiku ke Goz.

Sejak Regena bertemu dengan Goz, dia jadi takut keluar rumah. Melihat Regena begitu membuat diriku terlihat menyedihkan.

Untuk membuat Regena bisa keluar rumah dengan tenang, aku harus bertambah kuat. Tetapi dengan bertambah kuat saja masih belum cukup untuk melindungi Regena.

Sambil menghadang Goz, aku berjalan ke sisi Regena.

[ Dengarkan aku, Regena. Ketika aku sedang menahan Goz, cobalah cari bantuan di luar. ]

Jika aku gak bisa mengalahkan Goz, maka aku harus meminta bantuan dari luar.

[ Uhm, aku mengerti... Berhati-hatilah Omiros. ]

[ Ya, tenang saja. ]

Sebelum kami bereaksi, Goz sudah duluan bergerak ke pintu menuju tangga.

[ BHWA HA HA... Emangnya kau bisa menghentikanku? Tidak semudah itu fvckboi...!!! ]

Mungkin karena dia mendengar percakapan kami, Goz pun langsung sigap bertindak ke pintu menuju tangga. Setelah sampai, dia pun langsung tertawa.

[ Emang benar aku tidak bisa mengalahkanmu. Tapi kalau menghambatmu aku bisa. ]

Kataku mengarahkan pedang ke Goz. Melihat kami bercakap, Regena dengan perhalan bergerak ke tempat tidak terlihat.

[ KHU KHU KHU..... Ku sarankan jangan melakukan itu. ]

[ Maksudmu? ]

[ Meskipun kau teriak minta tolong, gak akan ada yang datang. Kau dengarkan sekitarmu cermat-cermat. ]

Karena dia bilang begitu, aku pun menurutinya.

Dan sepertinya aku mendengar orang berteriak.

[ Gawat, Omiros!! Ada gerombolan goblin di bawah sini. Tampaknya mereka mau menyerang Algore!! ]

Setelah mendengar ucapan Goz, Regena pun memastikan ucapan Goz dengan ke bawah.

Hari ini menjelang malam, dengan bulan yang bersinar terang tanpa tertutup awan. Meskipun di bawah gak bisa di dengar, tapi masih bisa terlihat.

[ GOZZZ!!!! KIIISSSAAAMMMAAA!!!!! ]

Ucapku sambil melototi Goz.

[ Ah, gerombolan goblin itu di bawah kendaliku. Aku pikir pandangan Ksatria Kegelapan pasti akan teralihkan setelah dia melihat gerombolan gobin membunuh warga Algore!! ]

Bilang Goz sambil tawa terbahak-bahak.

[ Hari ini Algore akan lenyap! Rasakanlah keputusasaan ini, Pangeran—!! ]


✓ Ksatria Kegelapan, Kuroki

[ HYAKURETSU HYAKUDOU SHINKEN[tinju dewa 100 gelombang kejut]!!! ]

Wanita bernama Kaya menyerangku dengan tinju gelombang kejutnya.

Ku hindari serangannya sambil mencari celah buat melewatinya.

Padahal aku mau cepat-cepat ke tempat Kuna, tapi sepertinya itu tidak akan terjadi.

Aku urungkan niatku dan mundur menjauh dari serangan Kaya.

[ Akhirnya kamu mundur juga. Tapi aneh sekali, kenapa kamu gak menuju ketempat Regena-san? ]

[ Maaf saja, aku cuma umpan. Untuk menolong Regena, aku menyuruh pasukanku untuk mengurusnya. ]

Bilang-ku bohong.

Padahal aku gak punya pasukan 1 orang pun. Emang sih aku bagian dari Nargol. Tapi aku masih belum punya pasukan.

[ Begitu ya. Kamu tau, alasan kami datang kesini adalah kamu, Kuroki-san. Walaupun Regena-san berhasil ditangkap, asalkan kami bisa mengalahkanmu masalah terselesaikan. ]

Ya ampun, gak akan ada habisnya.

[ Apa kamu pikir kamu bisa mengalahkanku? ]

Kaya mengangguk pas mendengar ucapanku.

[ Daritadi aku merasakan kamu gak ada niatan buat menyerangku. Emang benar kamu lebih kuat dariku, tetapi tanpa niat menyerang, maka akulah yang akan menang. ]

Bilangnya sambil menyerangku.

Emang benar tinju wanita ini tidak bisa membunuh, tetapi tinjunya masih bisa mematahkan atau melumpuhkan musuh. Bahkan bisa membuat orang menangis sampai keceprit dicelana.

Aku bisa menghindari tendangan dan tinjunya, tetapi aku tidak bisa bergerak melewatinya.

Aku harus pikirkan cara untuk melewatinya.

Kalau begini terus, aku gak bisa ke tempat Kuna.

Mau tak mau, wanita ini perlu diladeni.

[ HADOU KEN[tinju gelombang kejut]!! ]

Saat aku dengan sengaja menampakkan celahku, wanita bernama Kaya langsung menembakkan gelombang kejut dengan tinju kirinya kearahku.

Pada saat serangannya mau mengenai armorku, ku hindari serangannya. Mengambil kesempatan itu, aku langsung melaju ke depan dan menebasnya.

[ Tidak semudah itu mang Oleh!!! ]

Tetapi, pada saat aku menebasnya, wanita bernama Kaya melancarkan tendangan balasan ke arahku.

Namun, serangannya terlihat jelas olehku dan aku pun membungkuk ke belakang untuk menghindari serangannya.

Dan saat lagi menghindari serangannya, secara tak sengaja aku melihat cawat renda hitam dibalik roknya. Ikan hiu makan tomat, GOBLOK NGACENG gue.
(TL: bagi yg gak tau cawat renda ⥟ klik )

Setelah serangannya tidak kena dan berhasil meloloskan diri dari seranganku, wanita bernama Kaya itu langsung berdiri kembali, dengan menyentuh tangan kirinya yang kesakitan.

Dengan tangan kirinya yang begitu, kemungkinan besar dia tidakkan bisa menggunakan jurus tadi.

Maaf ya udah menyakitimu. Bilangku dalam hati.

[ Boleh juga kamu. Tetapi melihat serangan tadi, aku tau kalau kamu mengurangi kekuatanmu supaya aku tidak terkena kerusakan fatal. Kamu ini naif sekali orangnya. ]

Apa yang dia bilang emang benar. Serangan tadi awalnya cuma buat pengalihan, tetapi entah kenapa itu tidak berhasil.

Alasan aku mengurangi kekuatanku itu karena aku melihat cawatmu. Gak mungkin aku bilang begitu kan.

TERIMAKASIH BANYAK. Bilangku dalam hati.

[ Sepertinya serangan biasa gak ngefek ke kamu. Kalau begitu, bagaimana dengan ini!! ]

Aku balikkan pedangku ke sarungnya. Setelah kembali ke sarungnya, aku pun langsung melesat ke arahnya seperti orang menyelam.

[ AP-?!! ]

Teriaknya kaget.

Karena dia lagi lemahnya, membunuhnya akan terlihat mudah.

Tetapi, entah karena dia melemah atau lengah, aku hanya bisa menyerangnya dengan cara berpelukan.

Meski aku makai helm, bau tubuh harumnya tercium sampai ke dalam. Kok bisa?

[ RASAKAN INI! SARUNG TANGAN TOURMALINE! ]

Setelah dia mengucapkan itu, aliran listrik keluar dari tubuhnya.

Beberapa detik kemudian, aku pun melepaskan pelukanku darinya.

[ Didalam sarung tangan ini terdapat aliran listrik yang sangat kuat. Bahkan kamu pun gak akan bisa menahannya. ]

Katanya sambil merengangkan tangannya.

[ Seluruh tubuhmu mungkin sudah gak bisa bergerak lagi. Nanti aku minta Sahoko-sama untuk menyembuhkanmu. Kamu mungkin sudah lelah mendengarnya, tapi seranganmu yang ragu-ragu itu gak akan bisa mengalahkanku. ]

Ucap Kaya yang kemenangannya sudah dipastikan.

Sesaat kemudian, aku mencengkram kepalanya ketika dia lengah.

[ Eh?! ]

Ucap Kaya kaget setelah kepalanya dicengkram.

[ TIDURLAH!! ]

Ku alirkan Mana-ku ke telapak tangan.

[ Ah... ]

Tubuh Kaya bergoyang-goyang dan akhirnya berlutut.

Tapi, bukannya tertidur, dia terus melototiku.

Tampaknya sihir [sleep] membuatnya tidak bisa menggerakkan tubuhnya.

Kalau saja dia tidak lengah, sihirku pasti tidakkan mengenainya.

[ Kenapa... ]

Bilang Kaya berusaha menahan kepalanya agar tidak menyentuh lantai.

Karena sebelumnya serangan listrik mempan terhadapku, dia pikir serangan listrik bisa melukaiku.

[ Maaf. Serangan listrik udah gak mempan lagi. ]

Untung saja aku udah antisipasi serangan listrik, kalau tidak pasti bakal hangus dah tubuhku.

Kaya kesal setelah mendengar ucapanku.

Untuk sementara, dia gak bisa menggerakkan tubuhnya.

Ambil kesempatan ini, aku langsung melesat melewatinya.

[ Be... Berhen... ]

Mungkin karena suaranya terlalu kecil atau akunya yang terburu-buru, aku pun mengabaikan ucapannya.

Kumohon, semoga gak terjadi apa-apa. Ucapku sambil berlari menuju TKP.


✓ Gadis Pedang, Shirone

[ HIEI YAIBA[bilah bayangan]!! ]

Beberapa bilah sihir yang keluar dari sabitnya mengejarku.

Ku hapus semua serangannya dengan ayunan pedangku.

[ Boleh juga kau, Shirone! Kalau gitu, MUSORA YAIBA[bilah hampa]!! ]

Kali ini dia menggunakan bilah sihir teleport. Tetapi, sihir ini sangat mudah kuhindari selama aku memperhatikan jeda antara waktu dan getaran yang ada sekeliling ketika bilahnya terlihat.

Seperti jungkat-jungkit.

Meskipun kekuatan pertahanan Penyihir rambut perak sangat kuat, tetapi tiap seranganya memiliki banyak celah. Nyatanya, serangannya daritadi tidak melukaiku.

Begitu pun sebaliknya, seranganku daritadi tidak bisa melukainya.

[ FLAME BLADE[bilah api]!! KAEN HIEN YAIBA[bilah badai api]!! ]

Ku serang dia dengan jurus-jurusku, tetapi seranganku berhasih ditangkis sihir [barrier]nya.

Kekuatan sihir [barrier] bermacam-macam tergantung pada kekuatan penggunanya. Meski gak sekuat Rena, kekuatan sihir [barrier] Penyihir rambut perak ini lumayan kuat.

[ Keras benar [barrier]-nya. Reiji-kun mungkin bisa menghancurkannya, tapi mustahil bagiku. ]

Pedang Reiji-kun sangat cepat dan berat. 1 atau 2 sihir [barrier] Rena aja bisa dia hancurkan. Tapi tidak seperti Reiji-kun, aku tidak bisa menghancurkannya.

Meski pedangku sama cepatnya dengan Reiji-kun, tapi daya serangnya lemat. Makanya aku tidak bisa menghancurkan sihir [barrer]-nya.
(TL: maksudnya Kuna.)

[ Seranganmu gak akan bisa mengenaiku, Shirone!! ]

Bilang Penyihir rambut perak sambil menangkat sabit, menyerangku dengan bilah sihirnya.

Bilah sihirnya mengejarku seperti bayanganku sendiri, mustahil untuk menghindarinya.

Tetapi seranganya masih bisa kupentalkan dengan tebasanku.

Penyihir rambut perak menembakkan bilah sihir teleport kepadaku. Aku pun terburu-buru menghindarinya.

Entah bagaimana aku berhasil menghindarinya, tetapi untuk kedepannya nanti bakalan sulit untuk dihindari.

[ Aku tau kalau kau sudah terpojok, Shirone. Kuroki milikku seorang. Kau cuma pengganggu. Maka dari itu, kau akan kumusnahkan. ]

Bilang Penyihir rambut perak sambil mengayunkan sabitnya kepadaku.

[ Kuroki bukan milikmu!! ]

Teriakku sambil ayunkan pedangku untuk menangkis serangannya.

Memperlakukan makhluk hidup seperti benda itu adalah SAMPAH. Apalagi memanipulasinya dengan obat ajaib itu lebih buruk dari SAMPAH.

[ Apakah berarti Kuroki milikmu?! ]

[ Dia juga bukan milikku!! ]

[ Kalau gitu diamlah dan menjauhlah dari Kuroki, dasar PELAKOR!!! ]

Ku tepis sabitnya dengan pedangku dan ambil jarak darinya. Kami pun saling melotot satu sama lain.

[ Ptff. ]

Tawaku.

[ Apa yang kau tawakan?! ]

[ Aku mengerti sekarang. Intinya, kau tidak bisa membuat Kuroki sepenuhnya milikmu, kan? ]

Ketika aku bilang begitu, wajah manis Penyihir rambut perak menjadi cemberut.

Jadi tebakanku benar ya.

Dengan ini aku yakin kalau Kuroki belum sepenuhnya dimanipulasi. Yang berarti, aku masih punya kesempatan untuk menyelamatkannya.

[ Emang benar sih. Kadang-kadang dia melirik pantatnya Regena... ]

Ucap Penyihir rambut putih kesal dan aku yang mendengarnya juga ikut kesal.

Apa yang tukang ngintip itu lakukan? Akan ku ceramahi dia nanti.

[ AKAN TETAPI! DIA LEBIH SERING MELIRIK DADA DAN PANTAT KUNA. ITU TIDAK TERBANTAHKAN!!! ]
(TL: dasar jones Kuroki. Wkwk)

Bilangnya begitu, lalu dia mulai menyerangku lagi dengan sabitnya.

Serangannya menjadi lebih cepat, tetapi gerakannya penuh celah.

Kalau serangannya begitu, aku ada kesempatan untuk menang.

Sambil menghindari sabitannya, aku pun membalas serang dengan meneriakkan jurusku.

[ SEN TSUBASA HIEN YAIBA[bilah badai seribu sayap]!!! ]

[ Kuh... ]

Tetapi jurusku ditangkis dengan 9 lapis sihir [barrier]-nya.

Entah karena pelafalanya yang lambat, aku melihat pergerakannya sedikit terganggu.

SEKARANG!!

Aku memaksakan diri untuk mendekatinya. Meski tubuhku teriak kesakitan, kesempatan ini gak akan aku lewatkan begitu saja.

Aku pertaruhkan seluruh kekuatan sihirku ke pedang dibahuku.

Akan kugunakan jurus andalanku, SEN TSUBASA HIEN YAIBA, secara berturut-turut untuk menyerangnya. Aku tau kalau ini tindakan ceroboh, tetapi untuk mengalahkan Penyihir rambut perak, aku harus melakukannya.

[ HAA!!! ]

Bersamaan dengan teriakku, aku pun mengayunkan pedangku ke depan.

Pedangku ditahan oleh sihir [barrier]nya, tetapi aku gak peduli dan terus menghancurkan [barrier]-nya.

[ APA?! ]

Seperti kabut, dia terkejut melihat [barrier]-nya dihancurkan leburkan. Karena tidak punya waktu buat melafal sihir [barrier], dia menghentikan seranganku dengan menggunakan sabit. Karena kami tidak bisa menahan keseimbangan kami, kami berdua pun jatuh bersamaan dengan aku diatas dan Penyihir rambut perak dibawah.

Mesti jatuh bersama, senjata kami masih saling berbenturan.

[ Sepertinya kau tidak bisa menggunakan sihir [barrier] atau bilah sihir kalau jaraknya sedekat ini!! ]

Bilangku ke Penyihir rambut perak.

Untung berhasil. Kalau saja dia masih ada 2 atau 3 sihir [barrier], mungkin aku gak akan bisa menghancurkannya.

Yosh, jurus ini aku namakan “SEN TSUBASA KIMAKEN[pedang seribu sayang penghancur iblis]”. ANJAY NAMANYA MANTEP BANGKE.

[ KUH... ]

Penyihir rambut perak terlihat kesal ketika dia sedang mencoba menepis pedangku.

Tetapi aku tidakkan membiarkannya. Aku pun menambah kekuatan ke pedangku.

[ Fufufu. Meski aku kalah dalam hal lain, tapi dalam kekuatan aku diatasmu. ]

Walaupun untuk anak perempuan itu terlihat aneh, tapi aku tidak peduli.

Ku tambahkan lagi kekuatan ke pedangku.

[ Lepaskan Kuroki sekarang!! ]

[ Gugugu, a-pa yang kau bicarakan? ]

[ Jangan berlagak bodoh kau. Aku tau kalau kau menghipnotis Kuroki dengan sihir!!]

Kalau tidak, nggak mungkin Kuroki yang baik dan lembut itu melayani Raja Iblis jahat itu. Kubunuh kau kalau masih pura-pura tidak tau.

Aku sudah tidak punya kekuatan lagi setelah menggunakan jurus terakhirku secara beruntun untuk menekannya. Kalau dia tidak kukalahkan, aku yang akan dikalahkan.

Tapi, pihak lain juga pasti sudah tidak punya kekuatan lagi setelah dia menggunakan sihir secara beruntun.

Kami pun saling melotot satu sama lain.

[ Eh!! ]

[ Ah!! ]

Entah sudah berapa lama kami saling menatap, tiba-tiba aku di tarik menjauh dari Penyihir rambut perak ke belakang dekat pintu ruangan dengan kekuatan yang luar biasa.

Melihat ke depan, disana aku melihat sosok Ksatria Kegelapan memegang tandan Penyihir rambut perak.

[ Kuroki!! ]

Ketika aku melihat Ksatria Kegelapan, aku tidak bisa bergerak.

Mereka mulai berbicara dan tiba-tiba Penyihir rambut perak berteriak marah. Melihat mereka berbicara entah kenapa membuatku terlihat seperti terikat oleh rantai.

Dan saat Penyihir rambut perak mundur, Kuroki berjalan menghampiriku. Dia tidak mengeluarkan pedangnya, yang berarti dia tidak ada niatan untuk melawan.

[ Shirone! Mari kita bicara di luar!! ]


✓ Ksatria Kegelapan, Kuroki

Entah gimana aku berhasil sampai dan mencegah skenario buruk terjadi. Pas aku sudah membantu Kuna berdiri, aku melirik Shirone.

Gawat, dia pasti lagi marah nih.

Ketika aku melirik Shirone, dia melototiku dengan ekspresi marah.

Aku pun berkeringat dingin.

Apa yang harus kulakukan?

Melihat Kuna hampir terbunuh, aku gak sengaja melempar Shirone dengan kekuatan penuh. Aku gak memikirkan tentang apa yang harus kulakukan setelahnya.

[ Shirone, sekarang 2 lawan 1!! ]

Teriak Kuna dibelakangku bersiap menyerang dengan sabitnya.

Dengan pele—,,, GOBLOK...!!!! Mikir apa sih aku di situasi kayak gini!

Pokoknya aku harus menghentikan pertarungan mereka berdua.

[ Kuna, biar aku saja yang melawannya. Sementera itu, kau harus bawa kastil ini mundur dari Algore. ]

[ Muu~~. Kenapa Kuroki? Dengan kita berdua, kita bisa membunuhnya!! ]

Aku geleng kelapaku untuk menolaknya. Benar, justru karena itulah kenapa aku aja yang akan melakukannya.

[ Jangan khawatir, aku lebih kuat daripada dia. Maka dari itu, tunggu aja aku di Nargol. ]

[ GAK MAU!!! ]

Aku terkejut melihat tingkah Kuna.

Itu karena aku gak pernah melihat Kuna menolak permintaanku.

[ Kuna... ]

[ Habisnya, aku gak mau Kuroki bersama lonte itu. Lonte itu berbahaya, bisa-bisa Kuroki dibawa ke tempat yang jauh dariku... ]

Bentak Kuna melihat Shirone dengan tatapan permusuhan.

[ Kuna, aku gak akan pergi kemana-mana kok. Kalau pun aku pergi, aku pasti akan membawamu bersamaku. Aku janji. ]

Bilangku ke Kuna. Aku ngerti apa yang kuucapkan, tetapi aku gak tau lagi harus ngomong apa.

Kuna melihatku, aku pun melihat Kuna.

[ Aku mengerti. Aku tunggu di Nargol. ]

Apakah dia mengerti kalimatku? dia pun dengan paksa menurunkan sabitnya.

Setelah melihat itu, aku pun berjalan ke tempat Shirone yang daritadi bersiap dengan pedangnya.

[ Shirone! Mari kita bicara di luar!! ]

Setelah aku bilang begitu, Shirone menurunkan pedangnya.

[ Sebelum itu, tunjukkan dulu wajahmu, Kuroki!! ]

Bilangnya begitu, aku pun melepas helmku.

Setelah wajahku nampak, Shirone terus melihati wajahku.

[ Iya... aku mengerti kok. Awas kau lari lagi, Kuroki. ]

Setelah bilang itu, Shirone merentangkan sayapnya dan keluar dari kastil dengan menghancurkan temboknya.

Aku kejar dia dengan sihir [fly].

Setelah kami keluar, kastil permen bergerak mundur. Kuna memerintahkan Myulmidon untuk mengerakkan kastilnya.

Kau gadis yang baik, Kuna.

Setelah itu, kami pun saling bertatapan di udara.

[ DASAR BODOOHHH—!!! ]

Tiba-tiba Shirone menamparku.

[ BUHEQ!? ]

Entah kenapa aku tidak bisa menghindari tinjunya yang datang tiba-tiba.

[ Ahpha yhangh khyau hayuan? ]
(TL: apa yang kau lakukan?)

Bilangku sambil menyentuh hidungku.

[ BODOHBODOHBODOH! DASAR KUROKI BODOH—!! ]

Tetapi Shirone gak menghentikan serangannya.

[ Shirone... Tung.... OI HENTIKAN... ]

Bilangku setelah menangkap tanganya.

[ Apa sih yang kau pikirkan? Apa kau gak tau betapa khawatirnya aku terhadapmu?! ]

Bilangku sambil menatapnya dengan ekspresi marah.

[ Eh, apa kau mengkhawatirkanku? ]

[ Ya iya lah OJOL! Mikir apa sih kau ini?! ]

[ Maksudku, kupikir cuma aku saja yang mengkhawatirkanmu... ]

Ya, aku tau kalau dia mengkhawatirkanku, tapi tidak separah aku mengkhawatirkannya. Dia tipe orang yang akan menegakkan keadilan biarpun masalahnya apa. Dulu aja dia pernah berkelahi dengan pria besar tentang masalah orang. Aku takutnya dia akan melakukan sesuatu yang akan membahayakannya suatu hari nanti.

[ Kenapa, kenapa kau mengkhawatirkanku? ]
(TL: karena loe itu gak bisa diam orangnya)

Tanyanya sambil marah-marah.

[ Itu karena kau selalu sembrono dalam bertindak. Aku tau kalau kau melakukannya untuk menyelamatkan orang, tapi aku selalu khawatir jika kau terjadi apa-apa... ]

Shirone tercengang setelah mendengar ucapanku.

[ Eh, yang benar? Apa kau beneran mengkhawatirkanku? ]

Aku mengangguk.

[ Bukankah aku sudah bilang berkali-kali jangan bertindak sembarang... Dan lagi... ]

Dia selalu mengabaikan ucapanku.

[ Kalau dipikir-pikir, kau selalu bilang begitu ya. Tapi jangan khawatir, Reiji-kun akan selalu menolongku ketika situasinya dalam bahaya. Jadi kau nggak perlu khawatir lagi. ]

Bilangnya sambil memegang pinggangnya dengan bangga.

Apa sih yang dipikirkan nih dedemit.

Emang sih Reiji kuat. Dan entah kenapa dia pasti selalu menyelamatkan gadis yang sedang dalam kesulitan. Kalau itu dia, Shirone pasti gak akan mengkhawatirkan bahaya selama Reiji di sisinya.

Kalau itu yang dipikirkannya, aku sih gak masalah. Tapi...

[ Kalau itu yang kau pikirkan, maka jangan khawatirkan aku... Kau lupakan saja aku. ]

Lagian, apa yang dikhawatirkan dariku? Modes orangnya baik, terus aku ada cewek yang selalu disisiku, Kuna. Maknya aku gak perlu dikhawatirkan olehnya.

[ APA-APAAN KAU INI! Pokoknya aku gak mau kau bersama Raja Iblis!!! ]

Shirone berteriak kepadaku.

Yah, kalau dipikir-pikir sih emang wajar kalau dia berpikiran begitu. Tapi, gimana ya aku menjelakannya supaya dia mengerti.

[ Ikut aku ke tempat Reiji-kun, Kuroki! Kau gak boleh tinggal di Nargol!! ]

Bilangnya sambil ulurkan tangannya kearahku.

Tapi aku menolaknya dengan gelengan kepala.

[ Aku... Tidak bisa pergi bersamamu. Tempatku hanya di Nargol. ]

Aku sudah berjanji sama Kuna kalau aku akan selalu disisinya. Makanya aku gak akan ikut.

Dan lagi, apakah Reiji bakalan menerimaku? Selama ini aku gak pernah melihat dia berkelompok dengan pria lain selain dengan para cewek. Shirone pasti gak menyadarinya karena dia cewek.

Selain itu, aku juga gak mau satu rekan sama mereka. Makanya aku menolak.

[ KENAPA KUROKI?! APAKAH KARENA CEWEK BERNAMA KUNA ITU?!! ]

[ ... Iya.]

Pas aku bilang begitu, Shirone gemetar marah.

[ Begitu ya! Sepertinya apa yang diucapkan Chiyuki-san ternyata benar. DASAR KAU MATAKERANJANG, KENAPA KAU MAU-MAUNYA AJA NURUTI UCAPAN LONTE BUSUK ITU!? DAN KENAPA JUGA KAU MAU BERSAMA RAJA IBLIS YANG MAU MENCELAKAKAN UMAT MANUSIA ITU!? ]

Teriak Shirone dengan nada yang bikin merinding.
(TL: di eng nya dibikin acak acak hurufnya, tp aku malas ngetik gitu. Bikin capek)

[ Modes nggak seburuk itu, tahu... ]

Nampaknya Shirone salahpaham tentang itu. Maka aku harus meluruskan kesalahpahaman yang dia ketahui itu.

[ Emangnya aku percaya apa, HAH!!! EMANG BENAR KUROKI UDAH JADI ANEH!!! ]

Bilang Shirone membantahku.

Kupikir dia bakalan mendengarkanku, tenyata nggak.
(TL: egois benar nih dedemit)

Dari dulu Shirone sudah seperti itu. Entah kenapa, dia nggak percaya padaku.

Apa mungkin aku kurang bijak?

Kata orang sih pasti ada alasan kenapa seseorang gak bisa mempercayaimu. Apa mungkin ada yang salah dengan diriku?

Kalau ada yang salah, musti sudah kuperbaiki. Tetapi aku gak tau letak kesalahannya dimana. Karena itulah aku selalu dalam situasi terpuruk.

[ Cabut pedangmu, Kuroki! Akan kubuat kau sadar dengan pedangku!!! ]

Bilangnya begitu setelah dia mengeluarkan pedangnya.

Sudah kuduga pasti bakalan begini. Bilangku sambil menghela nafas.

[ Maaf saja, tapi kau takkan bisa mengalahkanku lagi. ]

Mengenakan helmku, aku pun memcabut pedangku. Tampak tidak ada yang perlu dibicarakan lagi.

[ Bersiaplah, Kuroki! Pertarungan udara adalah keahlianku. Siap-siap 1 atau 2 tulang patah nanti. ]

Shirone langsung bergerak melingkariku dengan kecepatan yang sangat cepat.

Aku pun bersiap untuk menerima serangannya.

Shirone yang bergerak sangat cepat melesatkan serangan kebelakangku.

Kuputar badanku dan kutangkis serangannya.

Shirone langsung mundur dengan sangat cepat dan menyerang lagi, kali ini serangannya kesampingku.

Shirone terus menerus mengulang serangannya dengan kecepatan tinggi disetiap sudut. Tetapi serangannya terus kutangkis.

[ Ankoku Hou[lubang hitam]!! ]

Kugunakan sihirku dan 2 lubang hitam terbentuk.

[ WAHH—!! ]

Pergerakan Shirone berubah setelah dia melihat 2 lubang hitamku.

Kupersempit ruang lingkup sekitar dengan lubang hitamku untuk membatasi pergerakannya. Kulakukan supaya mudah mengetahui lokasi dia menyerang.

Shirone mulai menyerang.

Kuputar badanku dan kuayunkan pedangku.

GAKIN!!! Pedangku dan pedang Shirone berbenturan.

[ KYAAAAA—!!! ]

Shirone tidak bisa menahan seranganku dan dia terpental.

[ Glorious!! ]

Teriakku memanggil Glorious.

Kemudian, seekor naga besar melompat keluar dari hutan dan menangkap Shirone yang jatuh.

Saat Glorias menangkap Sirone, dia turun ke tanah.

Aku juga ikut turun ke tanah.

[ Kau gak apa-apa, Shirone? ]

Shirone turun dari punggung Glorious.

Apa karena benturan pedang tadi, Shirone turun sambil memegang kepalanya.

[ Kenapa kau menolongku? ]

[ Bukan berarti aku bermusuhan denganmu. ]

[Lalu kenapa kau berada di Nargol? ]

[ Kalau kalian gak menyerang Nargol, aku pun gak akan menyerang kalian. ]

[ Apakah kau melindungi Raja Iblis? ]

[ Iya. Jika pahlawan datang ke Nargol untuk mengalahkan Raja Iblis. Aku sebagai Ksatria Kegelapan akan menghalangi jalannya. ]

Bilangku sambil menatap lurus ke Shirone.

[ KENAPA.... KENAPAAAA...... ]

Shirone pun menangis. Tapi untuk kali ini aku gak akan belas kasihan padanya.

[ Kalau gitu aku mau pergi. Aku harus cepat-cepat ketemu Regena. ]

Ketika aku mau naik punggung Glorious, tiba-tiba mantelku ditarik.

Menoleh kebelakang, aku melihat Shirone yang lagi cemberut marah.

[ Kenapa!!! Bukankah kau selalu menurutiku setiap kali aku menangis. ]

[ OI. Hentikan air mata buayamu itu!!!! ]
(TL: tangisan palsu)

Kalau dipikir-pikir, sejak kecil dia selalu menangis setiap kali aku ada barang yang selalu dia inginkan.

Setiap kali dia menangis, aku selalu menuruti apa yang dia bilang meski aku tau kalau itu tangisan palsu. Berkat itu, jajananku selalu diambilnya.

[ Untuk kali ini aku gak mau menuruti ucapanmu. ]

[ Nggak boleh, gak akan kubiarkan kau pergi ke Nargol! Kau harus ikut aku ke tempat Reiji-kun!! ]

Ucapnya sambil menahan mantelku.

[ Nggak!! Aku gak mau pergi dengan kalian!!! ]

Bilangku sambil menarik kembali mantelku. Tetapi bukannya melepas, Shirone justru menambah cengkramannya ke mantelku dan tidak mau melepaskannya.

[ Buu~~!! Dasar Kuroki kejel! ]

Dan kami pun saling tarik menarik mantelku. Setelah itu...

[ GGUUUOOOOHHHHH!!!!!!!!!!!!!! ]

Tiba-tiba aku mendengar teriakkan dari langit.

Setelah mendengar itu, aku dan Shirone menoleh ke arah Algore.

[ Apa.. itu... ? ]

Tanya Shirone terkejut.

Benda yang kami lihat adalah sebuah tangan yang sangat besar.

Ukuran tangan yang sangat besar itu menjelang lebih tinggi daripada benteng Algore. Kami yang jauh dari Algore pun bisa melihatnya dengan jelas.

Tangan raksasa itu sepertinya akan menyerang Algore.
Facebook twitter Google

Related Post

3 Komentar