Ankoku Kishi Monogatari Bab 44 Bahasa Indonesia

/

Act 3: Penyihir Perak
Raksasa 100 Tangan

✓ Mantan Tuan Putri Algore, Regena

Ahh, apa yang harus kulakukan...

Aku gak tau harus ngapain setelah melihat kejadian didepanku.

Didepanku ada Omiros yang sudah terluka.

Aku harus lakukan sesuatu, tapi aku gak tau apa yang harus kulakukan.

Kalau begini terus Omiros bakalan dibunuh Goz.

Sebenarnya aku mau minta bantuan ke orang dibawah kami. Tapi karena goblin menyerang Algore, mereka sibuk mengurusnya.

[ Danna-sama.... ]

Danna-sama gak langsung datang menolongku dikarenakan sibuk melawan teman adik pahlawan.

Mengingatnya aja buatku mau nangis.

Aku menggenggam erat pedangku, dan aku pun teringat ketika aku menerima pedang ini dari Danna-sama.

Pedang ini diberikan oleh Danna-sama untuk perlindungan diri ketika aku meninggalkan Nargol dan kembali ke dunia manusia.

Pedang ini dipenuhi dengan kebaikan Danna-sama.

Awalnya, Nargol adalah tempat yang tidak bisa dihuni oleh manusia. Kecualikan Danna-sama, manusia yang tinggal disana akan dianggap sebagai pengganggu atau makanan.

Alasan kami bisa tinggal disana karena mereka takut pada Danna-sama.

Danna-sama pernah bilang kalau kami tidak boleh tinggal lebih lama di Nargol. Suatu saat nanti kami harus pergi ke wilayah manusia.

Dan begitulah pedang ini diberikan ke aku supaya aku bisa melindungi diriku sendiri ketika aku dalam bahaya.

Tapi, bisakah aku melakukannya?

Aku hanya ingin berada di sisi Danna-sama. Setiap malam aku bermimpi, mimpi hari dimana manusia saling membunuh, mimpi hari dimana aku dikejar goblin. Baik wilayah manusia maupun Nargol, aku ketakutan.

Tapi, ketika aku bersama Danna-sama, rasa takut yang kualami hilang seketika. Aku tidak berdaya jika tidak bersama Danna-sama.

Bahkan sekarang pun, aku takut sampai gemetaran.

Melihat 2 orang bertarung didepan mataku.

Aku melihat gerakan Omiros mulai perlahan melambat.

Omiros mengayunkan pedangnya, tapi serangannya ditangkis Goz dengan perisai.

Karena dampak dari benturan, Omiros kehilangan cengkramannya dan pedangnya terpental jatuh. Omiros mencoba mengambilnya kembali, tetapi kesimbangannya jadi goyah dan tidak teratur.

Goz pun tidak melewatkan kesempatan emas itu.

[ GUHA..!!! ]

Akhirnya, Goz menjatuhkan Omiros.

Goz pun langsung menginjak tangan kiri Omiros, tangan yang memegang perisainya.

[ KUEH!!! ]

Omiros menjerit kesakitan.

[ Dengan ini mati loe, pangeran!!! ]

Menggenggam erat pedangnya, Goz pun melakukan tusukan ke arah Omiros.

Saat aku melihat itu.

[ BERHENTIIII!!!! ]

Teriakku secara gak sengaja.

Mendengar itu, mereka berdua menoleh kearahku.

Tanpa kusadari, aku menarik pedangku.

Aku harus menyelamatkan Omiros. Gak akan kubiarkan dia mati. Karena perasaan itulah aku mencoba untuk bertindak.

Omiros menelusuri ke setiap sarang goblin cuma untuk menemukanku, tetapi setelah kami bertemu, aku malah pengen balik ke Nargol. Aku gak mau perpisahanku dengan Omiros berakhir kejam.

Goz melihatku. Badanku gemetar setelah aku melihatnya.

[ Me-me-menjauhlah dari Omiros.... Lawanmu kali ini adalah a-a-aku! ]

Tangaku gemetar setelah aku bilang itu.

Tegaskan dirimu, Regena. Waktu lawan ogre bukankah kau bisa melukainya. 

[ Oi oi. [Short sword] loe gak bakal bisa membunuh gue. Lebih baik loe buang aja tuh pedang karena itu bakalan melukai loe. Kalau loe pengen melawan gue, akan gue ladeni loe di kasur. Wkwkwk!!! ]

Bilang Goz sambil jilat bibirnya.

[ jangan, regena...!! ]

Bilang Omiros dengan suara lemah.

[ Diam loe, lemah! ]

Teriak Goz sambil menginjak dada Omiros.

[ GUHA!! ]

Tidak, jangan biarkan Omiros kesakitan lagi. 

[ Sudah hentikan... Baiklah, aku akan turuti apapun yang kau katakan... ]

Akhinya aku pun menyerah kepada Goz.

[ Apapun?! ]

Bilang Goz dengan ceria.

[ Kalau gitu, buang pedang ditangan loe itu. Kalau nggak, gue bunuh nih orang!! ]

Goz menyuruhku membuang pedangku.

Ini pedang pemberian Danna-sama, mana mungkin aku membuangnya.

[ Kalau itu.... Aku gak bisa... Kumohon, aku akan lakukan yang lain, tapi kalau pedang ini aku gak bisa. ]

Aku memohon kepada Goz.

[ Mah, gue bunuh aja nih cunguk! ]

Kemudian Goz mulai menusuk Omiros lagi dengan pedangnya.

[ HENTIKAN ITU!!! Ba... Baiklah! ]

Kubuang pedangku ke luar benteng.

[ HEHEHE.. anak baik, Regena. ]

Akhirnya Goz melepaskan Omiros.

Ketika Omiros mencoba berdiri, Goz dengan kejamnya menendang Omiros sampai ke dinding.

Omiros menjerit kesakitan ketika berbenturan dengan dinding.

[ Loe nonton aja sono!! ]

[ OMIROS!!! ]

Aku lari ke tempat Omiros.

[ Oops! ]

Tetapi tanganku ditangkap Goz, dan melemparku ke lantai.

Goz pun duduk diatasku.

[ Gue dapatin juga loe akhirnya... Gue bakal perkosa loe di depan Omiros!! ]

Goz mencoba merobek pakaianku.

[ TIDAKKK!!! TOLONG AKU, DANNA-SAMAAAA!!!!! ]

Aku menutup mataku dan memanggil Danna-sama sekeras mungkin.

SHU! 

Sekilas aku mendengar suara seperti memotong angin.

[ GYAAA!!!! ]

Tiba-tiba Goz menjerit kesakitan dan menjauh dariku.

[ ... Eh?! A-apa yang sebenarnya terjadi? ]

Pas aku menegakkan badanku, aku melihat [short sword] yang kubuang ke luar dinding menantap di pantat Goz.

Goz melompat kiri kanan sambil teriak kesakitan. Karena sebelumnya dia melepas celananya, bagian bawah terlihat sangat jelas. Melihat dia melompat-lompat sambil teranjang terlihat lucu tapi ini bukan saatnya untuk tertawa.

Aku cepat-cepat mendatangi Omiros.

[ Ugh... Regena.... Apa... Yang terjadi? ]

Bilangnya sambil berdiri dengan susah payah.

Jangankan kau, aku aja gak tau. Pedang Danna-sama yang seharusnya ada di luar dinding tiba-tiba menancap di pantat Goz.

[ BANGSAT!!! APA-APAAN PEDANG INI?! ]

Goz mencabut pedangnya dari pantat, tetapi entah kenapa dia malah mencoba menancap ke dadanya sendiri.

[ GUNUNU!!! ]

Dia mencoba menghentikan pedangnya dengan tangan satunya lagi.

Tampaknya pedang itu bergerak sendiri untuk menusuk dada Goz.

[ ... Ngapain tuh si bangsat? ]

Omiros melihat Goz dengan ekspresi bingung.

Melihat Goz berusaha menghentikan tanganya sendiri untuk menikam dadanya sambil telanjang bawah terlihat sangat lucu. Saking lucunya sampai Omiros kebingungan dengan apa yang terjadi.

Saat kami menonton wayang Goz. Suara kaki terdengar dari tangga bawah. Akhirnya ada yang datang juga. Omiros mulai bersiap diri jika kemungkinan yang datang adalah goblin.

[ Maaf, aku telat. ]

Ternyata orang yang naik adalah orang yang gak terduga.

[ Kaukan... Manusia serigala?! Apa yang kau lakukan disini?! ]

Bilang Omiros ke orang yang baru saja datang. Aku tau orang ini karena kami dibawa ke Algore bersamaan.

Tetapi, kenapa dia bisa kesini? Seharusnyakan dia dikurung? 

Setelah diperhatikan lagi, ada seseorang di belakang manusia serigala.

[ Ri... Rietto? ]

Bilang Omiros. Entah kenapa, Rietto bergendong pada punggung manusia serigala.

[ Ampun deh! Bisa pelan dikit gak sih jalannya! ]

Setelah dia bilang itu, dia pun turun dari punggung manusia serigala.

[ Mau gimana lagi. Tuan itu pasti bakal membunuhku jika sesuatu terjadi pada wanita itu! ]

[ Yang benar? Padahal paman penyair itu baik kok padaku? ]

[ Itu karena kau... ]

Mereka pun memulai perdebatan ceria.

[ Rietto, apa yang kau lakukan disini? ]

[ Ah, Omiros! Eh, apa yang terjadi padamu? Kenapa kau terluka? Apa kau baik-baik saja? ]

Rietto bergegas ke arah Omiros.

[ Ah, aku baik-baik saja, jangan khawatir. Ngomong-ngomong, kenapa kau kesini? ]

Bilang Omiros dengan nada kuat supaya Rietto tidak khawatir. Tapi meski dia begitu, itu terlihat jelas kalau dia menahan rasa sakit di badannya.

[ Bukan aku yang mau kesini, tapi manusia serigala-san. Aku mah gak peduli dengan orang bernama Regena itu. Aku hanya ingin bersama dengan manusia serigala-san. ]

Bilang Rietto saat dia bersembunyi dibelakang Omiros.

Aku dan Omiros melirik manusia serigala.

[ Itu karena orang seram itu menyuruhku untuk melindungimu... Makanya aku kesini dengan mengikuti aromamu. ]

Bilangnya dengan tawa riang.

[ Melindungiku? ]

Tanyaku sambil miringkan kepala.

Maksudnya apa? 

[ maaf, aku terlambat kesini karena ada beberapa goblin yang menghalangi jalan kami. ]

[ Goblin?! ]

Tanyaku balik.

Kalau dipikir-pikir, kenapa goblin baru sekarang menyerang Algore? 

[ Jadi bagaimana keadaan sekarang? ]

[ Nggak masalah, mereka sudah diberesi oleh prajurit [summon] paman penyair. ]

Jawab Rietto.

Kemudian, sesuatu datang dari luar menara melompati tempat kami.

Sesuatu itu adalah 3 prajurit yang dilengkapi dengan pedang dan perisai bundar.

[ Spartoi! ]

Teriakku spontan. Ternyata itu adalah prajurit hasil [summon] Danna-sama.

[ Prajurit [summon] si penyair? Dia juga yang memberiku perisai ini... Siapa dia sebenarnya? ]

Bilang Omiros sambil nyentuh perisainya. Rupanya orang yang ngasih perisai ke Omiros adalah orang yang sama memanggil prajurit Spratoi.

Ahh, jadi begitu ya. 

[ AHAHAHA ]

Tanpa sengata aku tertawa keras.

[ Regena? ]

Omiros kebingunan melihatku yang tertawa gak jelas. Kok bisa disituasi gawat begini aku malah tertawa?

Ya iyalah, aku akhirnya mengerti apa yang terjadi disini. Semua orang yang berkumpul disekitarku semuanya telah diatur oleh Danna-sama.

Kemudian aku menatap Goz yang sibuk dengan pedang yang mau nusuk dadanya.

Kenapa aku masih takuk dengan nih makhluk? Padahal gak ada yang ditakutkan darinya. 

Meski Danna-sama gak ada disisiku, orang-orang yang berkumpul disekitarku semuanya sudah diatur Danna-sama supaya aku gak perlu takut. Benar, bodoh sekali aku.

[ Pedangku, kembali. ]

Kuulurkan tanganku dan kupanggil pedangku.

Pedangku yang mau nusuk Goz merespon panggilanku dan kembali ke tanganku.

Goz yang merasa lega pun menatapku.

[ Pftt..!! Lucu ya titidmu. Bahkan gak sampai sepersepuluhnya punya Danna-sama. ]

Bilangku ngejek pas melihat selengkangannya.

Aku ingat pas aku dimarahi Kuna-sama ketika aku masuk kamar mandi pas dia sedang menggosok punggung Danna-sama.

Ukuran “tuan muda” Danna-sama jauh lebih besar dibandingkan dengan punya Goz.

Dalam hal berpedang, sihir, ataupun penampilan, Danna-sama jauh 1.000.000x lebih sempurna dibandingkan Goz. Emang Goz bisa dibandingkan dengan Danna-sama? MIMPI.

Tee, apa sih yang kupikirkan sekarang. Fokus-fokus.


Setelah menenangkan diri, aku pun bersiap dengan pedangku. Pedang ini memberiku kekuatan untuk bertarung. Bersama dengan Omiros dll, aku pasti menang.

Mengingat kejadian tadi, aku gak berkutik karena ketakutan. Gara-gara itu, Omiros terluka parah. Itu semua gara-gara aku.

Tapi sekarang sudah gak apa-apa, senyuman Danna-sama sudah menyelamatkan hatiku.

Dan gitulah, kuarahkan pedang ke Goz dan kuyatakan dengan lantang.

[ Sini kau, Goz!! Aku sekarang gak takut lagi ke kau!!! ]

Goz yang ketakutan setelah melihat pedangku pun mundur perlahan.

[ APA... A.. AP... APA.. APAAN... KALIAN INI... BANGSAT?! ]

Gerutu Goz.

[ Nee, Omiros... Siapa dia..? ]

Rietto yang nempel dibelakang Omiros bertanya setelah dia melihat Goz.

[ Dia Parish... Dia selama ini mengubah wajahnya dengan sihir. Wajah yang kau lihat sekarang adalah yang asli. ]

[ Dia Pariah... Nggak mungkin. ]

Rietto menggeleng kepalanya seolah tidak percaya apa yang didengarnya.

[ Begitu ya. Jadi dia orang yang suatu saat ingin kau kalahkan itu? Kok lemah ya. ]

Ejek manusia serigala setelah dia melihat Goz.

Sekarang kami sudah tidak terkalahkan. Karena bukan hanya manusia serigala, tetapi ada Spartoi juga.

[ BANGKE KALIAN SEMUA!!! BERANINYA MEREMEHKANKU? KUHACURKAN KALIAN SEMUA!!! ]

Setelah bilang itu, dia mengeluarkan botol kecil di kantongnya.

[ Padahal aku nggak mau memakai ini. Tapi berkat kalian, terpaksa aku memakainya. BANGKITLAH, WAHAI PELAYAN DEWA KEHANCURAN!!! MUSNAHKANLAH SEMUA ORANG-ORANG INI. ]

Goz melempar botol kecil ke luar menara.

[ GUOO! ]

Terdengar teriakan yang bergema sampai ke langit.

Sebuah asap hitam melayang di tempat yang botol kecil itu berada. Dibalik asap hitam muncullah raksasa dengan berbagai banyak tangan.

[ APA... ]

Bilangku kaget. Kulihat sekelilingku, semua orang membuat wajah ketakutan.

[ HAHAHA! LIHATLAH, KEBANGKITAN PELAYAN DEWA KEHANCURAN, RAKSASA 100 TANGAN! BAHKAN KSATRIA KEGELAPAN SAJA GAK BAKALAN BISA MENGALAHKANNYA!! Kalau gitu, selamat tinggal! ]

Setelah bilang itu, Goz pun lari ke pintu tangga dan menghilang dari hadapan kami. Kami yang terfokus pada raksasa tersadar setelah pintunya tertutup.

Kemudian raksasa 100 tangan melihat ke tempat kami.

[ MANA MUNGKIN KITA BISA KALAHKAN TUH MAKHLUK!!! ]

Teriak manusia serigala ketakutan.

Melihat makhluk itu membuat kami gemetar ketakutan sampai tidak bisa bergerak, hanya Spratoi saja yang tidak gemetar. Mereka melesat menuju raksasa, tetapi mereka ditangkap dan dimakan sampai tidak tersisa.

Kemudian, salahsatu tangannya menuju kearah kami.

[ OH TIDAK, RIETTO! ]

Teriakku sambil mendorong Rietto. Salahsatu tangan yang mengincar Rietto akhir menangkapku.

[ KYAA! ]

[ REGENA!! ]

Omiros yang gak bisa bergerak hanya bisa meneriakkanku.

Lengan raksasa 100 tangan terus naik mendekati mulutnya.

[ DANNA-SAMA!! ]

Aku yang ketakutan menutup mata dan berteriak memanggil Danna-sama.

Kemudian, badanku tiba-tiba jadi ringan.

Ketika kubuka mataku, terlihat sosok orang yang sangat paling kucintai. Orang yang sangat baik hati meski memakai armor hitam.

Aku digendong Danna-sama seperti tuan putri sambil menunggangi naganya.

Ketika kulihat sekeliling, raksasa 100 tangan menjauh dari kami.

[ Kau baik-baik saja, Regena? ]

Tanya Danna-sama tentang kesehatanku. Meski aku gak bisa melihat wajahnya karena tertutup helm, aku tau kalau Danna-sama pasti membuat wajah khawatir.

[ Aku baik-baik saja, Danna-sama. Aku sudah nggak takut lagi... ]

Benar, nggak ada yang perlu ditakutkan lagi.

Aku merasa begitu sambil memeluk erat Danna-sama.


✓ Ksatria Kegelapan, Kuroki

Hampir saja aku terlambat.

Itulah yang kurasakan ketika aku melihat Regena dipelukanku. Padahal aku sudah mengirim jaminan supaya Regena aman, tetapi entah kenapa situasinya berubah menjadi buruk.

Benaran deh, semua usahaku jadi sia-sia. Ya emang sih aku senang dia baik-biak saja, kalau aku terlambat sedikit aja, dia pasti sudah berada didalam perut makhluk itu.

Maaf ya sudah membuatmu mengalami ketakutan yang mengerikan.

Bilang dalam hatiku sambil melihat Regena memeluk erat padaku. Mungkin dia sudah melewati kejadian yang menakutan sampai dia memelukku erat-erat.

Raksasa itu dipukul mundur Glorious dan perlahan menjauh dari Algore.

[ GUOOOO! ]

Glorious menghembuskan nafas apinya ke raksasa 100 tangan dan menghanguskan beberapa tangannya.

Melihat itu aku berpikir, “lemah, terlalu mudah kalahnya”. Tapi kutarik kata-kataku setelah melihat tangannya mulai regenerasi.

Aku sih gak bakalan kalah melawan makhluk ini, tapi tampaknya akan sedikit merepotkan. Untuk sekarang dia tidak bergerak karena lagi memulihkan tangannya. Tetapi setelah selesai regenerasi, dia akan mulai bergerak.

Aku melompat dari punggung Glorious sambil menggendong Regena dan turun menuju Omiros dll.

[ Sekarang udah gak masalah, Regena ]

Bilangku menurunkan Regena dari pangkuanku. Regena meninggalkanku dengan ekspresi kecewa.

[ Kau siapa? ]

Omiros melihatku.

[ Apakah perisainya berguna untukmu, pangeran? ]

Bilangku sambil melepaskan helm.

Dia mungkin nggak akan sangka kalau penyair yang dia introgasi adalah Ksatria Kegelapan.

[ Kaukan si penyair!? Begitu ya, jadi situasi ini sudah kau perkirakan, ya... ]

Sudah kuduga, pasti dia terkejut setelah melihatku memakai armor Ksatria Kegelapanl. Tapi apa maksudnya “situasi ini sudah kau perkitakan” itu?

[ PAMAN PENYAIR! LUAR BIASA! KAU BENERAN MENUNGGANGI NAGA!!! ]

Teriak gadis kecil di belakang Omiros. Kalau nggak salah namanya Rietto kan? Oi, berhentilah manggilku paman!!!

[ Oi, apa yang barusan terjadi disini, Omiros? ]

Muncul seseorang keluar dari pintu tangga. Aku ingat wajah orang itu, kalau nggak salah namanya MacGaius.

[ KAUKAN SI PENYAIR?! TUNGGU, APA-APAAN ARMOR HITAM? ]

[ MacGaius... dia Ksatria Kegelapan. ]

[ ... Eh? A-Apa! ]

Diantara orang yang kutemui hari ini, dialah yang paling keras teriakkannya.

[ Berisik kau! Kenapa teriak-teriak? ]

Muncul lagi orang dibelakangnya. Yang muncul adalah adik Reiji, Kyouka.

[ Ara ara, Kuroki-san. Kenapa kau ada disini? Apa kau sudah ketemuan dengan Shirone? ]

Tanyanya dengan santai. Kupikir dia akan memusuhiku setelah apa yang kulakukan pada Reiji, ternyata tidak. Aku lega setelah mengetahui itu.

[ SEMUANYA! APA KALIAN BAIK-BAIK SAJA?! ]

Dan sekarang, Shirone datang kesini bersama Kaya. Tampaknya dia menjeputnya pas ditengah jalan.

Dan disinipun sudah berkumpul banyak orang.

[ Ara ara, apa kau baik-baik saja, Kaya? ]

Tanya Kyouka setelah dia melihat Kaya.

[ Saya baik-baik saja, ojjou-sama. Sedikit ngantuk sih, tapi saya masih bisa bergerak. ]

Kaya melototiku. Kayaknya aku merasakan kebencian darinya.

[ GUOOO! ]

Raksasa itu mengaum. Akhirnya dia mulai bisa bergerak.

[ Woah, apaan tuh? ]

Bilang Shirone sambil melihat raksasa 100 tangan.

[ Parish... Bukan, Goz yang memanggil makhluk itu untuk menghancurkan Algore. ]

Semua orang terkejut mendengar apa yang Omiros ucapan. Omiros pun mulai menjelaskan kejadiannya.

[ Ternyata seperti itu ya... ]

[ Sialan. Jika saya tau kalau dia sebangsat ini, mending saya cekik aja dia sampai mati... ]

Mendengar Kaya mengerutu penuh kebencian, Kyouka ikut setuju dengan anggukan kepala.

Jujur, aku juga setuju dengan Kaya. Aku gak habis pikir kalau Goz ternyata orangnya sebrengsek ini.

[ Oi, apa yang harus kita lakukan dengan makhluk itu? Dia mendekat kesini. ]

Bilang MacGaius sambil menujuk ke raksasa 100 tangan.

Tanpa kusadari, warga Algore dengan panik sudah berlari menuju istana karena melihat raksasa 100 tangan mendekat.

[ Apa kau bisa mengalahkan makhlus sebesar itu? ]

Tanya Kyouka.

[ Kayaknya aku bisa mengalahkan itu. ]

Jawabku ke Kyouka, terus aku melihat Regena.

[ Tapi, bagaimana dengamu, Regena? Apa kau ingin menyelamatkan kerajaan ini? Kerajaan ini sudah membuat kalian dalam bahaya berkali-kali. Jika kau ingin kerajaan ini hancur, aku sih ngikut aja. ]

Ketika aku bertanya ke Regena, semua orang memandangnya dengan gugup.

Awalnya Regena terkejut, tapi dia pun menjawab.

[ Nggak, Danna-sama. Sebenarnya, ada juga orang-orang Algore yang baik yang mau berhubungan denganku. Dan aku juga punya kenangan indah semasa hidup di Algore. Aku nggak ingin Algore, tempat Omiros tinggal, dihancurkan. Maka dari itu, kumohon, selamatkan mereka. ]

Regena membungkuk kepadaku.

Jawaban yang sangat bagus. Kalau gitu, sudah diputuskan.

[ Begitu, kalau gitu akan kuselamatkan kerajaan ini. Glorious! ]

Setelah bilang itu, aku terbang ke Glorious dan menungganginya.

Kami pun terbang menuju raksasa 100 tangan.

Raksasa macam apa ini?

Kupikir, raksasa ini perwujudan dari kumpulan kebencian. Kebenciannya tidak dijelaskan secara spesifik. Tetapi aku merasa kalau kebenciannya mengarah ke pada dunia itu sendiri.

Aku nggak tau kenapa makhluk seperti ini bisa ada. Tapi, sebagai tuannya, aku harus mengabulkan permintaannya.

(TL: maksudnya Regena)

[ KOKUEN yo[wahai api hitam]!!! ]

Kuselimuti pedangku dengan api hitam dan kuperkuat api hitamku dengan sihir.

Aku berdiri dari punggung Glorious dan kuserang tebasan jarak jauh ke raksasa 100 tangan.

Pedangku yang diselimuti api hitam menebas raksasa 100 tangan dan raksasa itu terbakar dengan ganasnya.

Setelah api hitam lenyap, raksasa 100 tangan sudah nggak ada atau lenyap tanpa sisa.

Meski jurus dadakan, untung aja berhasil membunuhnya. Jurus ini akan kunamakan: “ANKOKUKI ZANSHINKEN[pedang dewa penebas kegelapan]”. Anjay benar namanya.

Udah cukup bercandanya, saatnya kembali ke Algore. Masih ada yang harus kulakukan. 

Aku harus konfirmasikan dulu dengan Regena.

Terus, pas aku mau melihat Goz, dia sudah gak ada disini. Kaburnya cepat amat.

Aku penasaran dimana dia sekarang. Bodo amat, urusi Algore dulu aja.


✓ Pangeran Goblon, Goz

[ Mustahil... Raksasa 100 tangan dikalahkan dengan sekali tebas. ]

Meski kekuatan raksasa itu peringkat terbawah, dia memiliki kekuatan untuk bersaing dengan dewa. Dan dia dikalahkan begitu saja?!

[ Bangke. Dilihat darimana pun, gak mungkin dia bisa membunuhnya kan. ]

Kesal sih, tapi aku gak ada pilihan lain selain merelakan Regena.

[ Hmn! Masih banyak kok wanita cantik yang bisa kumainkan. ]

Bilangku menyumpah. Mungkin aku sudah gak bisa main di Algore, tapi masih banyak wanita cantik di negara lain yang bisa kumaini.

Selanjutnya main ke negara mana ya?

[ Kau mau kemana, Goz? ]

Seseorang memanggil namaku ketika aku mau pergi. Suara itu seperti suara yang nggak mau aku dengar.

Pas aku berbalik. Aku melihat sosok goblin raksasa yang sering kulihat.

[ E-Emak, apa yang kau lakukan disini? ]

Orang yang kulihat adalah ibuku yang sangat jelek. Pas aku lihat sekeliling, aku dikerumuni banyak goblin. Ya, goblin. Mereka bersenjata lengkap, orang-orang dari daerah selatan yang tidak lain adalah prajurit kerajaan Karon.

[ Apa yang kulakukan disini? Bukankah kau sudah tau alasannya, Goz. Kau beraninya mencuri benda penting yang dipercayakan raja iblis untuk kepentinganmu sendiri... ]

Bilang ibuku dengan tatapan marah.

Gawat. Kalau aku gak lain sekarang, aku bakal mati.

Tapi, aku sudah dikepung.

[ Goz. Akan kuberi kau rasa sakit yang lebih buruk dari kematian. Tangkap dia!!! ]

Pas ibuku memberi perintah, tapi terbang ke semua sisiku dan melilitiku.

Apakah ini tali sihir? aku gak bisa bergerak.

Apa mungkin aku akan dibawa ke kerajaan goblin yang gelap itu? GAK MAU. AKU NGGAK MAU BALIK KE TEMPAT GELAP ITU!!!

[ TIDAKK! TOLONGGG!! ]

Nggak ada yang meresponiku.

Tali terus melilitiku tanpa ampun.

[ TIDAKK! REGENA! TOLONG AKUU!!! ]


✓ Ksatria Kegelapan, Kuroki

[ Sekarang apa yang akan kau lakukan, Regena? Apa kau akan tinggal di wilayah manusia? ]

Saat aku mendarat kembali di Algore, aku mengajukan pertanyaan ke Regena.

Jujur, aku ingin dia tinggal bersama Omiros di Algore daripada kembali ke Nargol.

Nargol bukanlah tempat bagi manusia untuk hidup. Para penghuni Nargol tidak pernah menganggap Regena dan keluarganya sebagai bagian dari mereka. Hal itu membuat mental mereka terbebani. Maka dari itu aku ingin Regena dan keluarganya kembali ke wilayah manusia.

Tapi, tampak Regena ragu-ragu dalam apa yang harus dilakukannya.

[ Regena-san. Bukankah anggota keluargamu harus kembali ke wilayah manusia? ]

Bilang Kyouka membujuk Regena kembali ke wilayah manusia.

[ Tapi, Danna-sama... ]

Menatapku, Regena kesulitan mengungkapkan perasaannya.

Apakah dia ragu-ragu meninggalkan Nargol karena kewajibannya terhadapku?

Lugunya dia, padahal aku gak mempermasalahkan seperti kewajiban itu sih. Alasan aku menyelamatkan Regena adalah karena aku mau, bukan sesuatu seperti mendapatkan kewajiban atau apalah itu.

[ Kau tidak perlu khawatirkan aku, Regena. Kau pikirkan saja dirimu sendiri. Apapun yang kau inginkan, aku akan mendukungmu. ]

Setelah aku bilang itu, Regena mengangguk padaku. Sepetinya dia sudah mengambil keputusannya.

[ Aku mengerti. Aku mau kembali ke wilayah manusia. ]

Keputusannya sudah ditetapkan. Aku akan selalu mendukungnya.

Ku doakan supaya pertunanganmu dengan Omiros akan awet selamanya.

[ Kyouka-sama. Aku terima tawaranmu. ]

Regena membungkuk ke Kyouka.

Aku miringkan kepalaku karena bingung dengan apa yang barusan .terjadi didepanku.

Are, kayaknya ada yang salah deh disini.

[ Baiklah. Kalau gitu, ayo balik sama kami ke Republik Suci Lenaria. ]

Sambil tersenyum, Kyouka membalas ucapan Regena. Dibelakangnya, Shirone dan Kaya mengangguk setuju.

Eh? Kok Regena pergi ke Republik Suci Lenaria? Kapan mereka membahasnya? Lah, Omiros gimana?

[ Terimakasih sudah membantuku selama ini, Omiros. Aku sudah memiliki orang yang kucintai. Maaf, tapi aku gak bisa menanggapi perasaanmu. Meski kita akan berpisah, suatu hari nanti, kita pasti akan bertemu di Republik Suci Lenaria. ]

Regena membalas perasaan Omiros. Aku kaget setelah mendengar itu.

Begitu ya, jadi Regena sudah ada yang disukainya ya. Kukira Omiros yang dia sukai, rupaya tidak. Kira-kira siapa ya orang yang dia sukai?!

Aku penasaran nih. Apa mungkin ada hubungannya dengan alasan dia mau pergi ke Republik Suci Lenaria dan bukan Algore. Cuma ada satu kemungkinan.

Pahlawan Cahaya, Reiji. Kemungkinan orang yang Regena cintai tidak lain adalah dia. Oh ya, mereka pernah bertemu sekali disini.

Lagi, kah... Depresi aku.

[ Ya. Jaga dirimu. ]

Bilang Omiros tersenyum. Aku merasa senyumannya seperti dipaksa.

Kasihan Omiros. Regena-nya di NTR Reiji.

Tapi, dia memberi berkah ke Regena, bukannya marah.

Jadi, mentalnya Omiros kuat juga ya. Aku, sebagai tuannya Regena, nggak boleh kalah darinya.


[ Sebelum itu... Danna-sama. Tolong bawa aku kembali ke Nargol untuk terakhir kalinya. Sekalian aku mau menjelaskan ini ke keluargaku. ]

Regena balik kearahku dan bilang begitu.

[ Y-Ya. Bisa kok... ]

Jawabku agak kaku setelah tiba-tiba bertanya padaku. Untung saja eksperesi gak kelihatan berkat aku makai helm.

Meskipun aku sudah merelakannya, tubuhku tidak begitu.

Aku nggak bisa bilang kalau Omiros keren dan gak beda jauh dengan pria lain. Tapi didalam hatiku, daripada Reiji, aku ingin Regena bersama Omiros.

Tapi tampaknya Regena tidak berpikir gitu, sama seperti Shirone. Emang benar, aku gak paham sama sekali perasaan wanita.

[ Sudah saat pergi, Regena... ]

Aku manggil Glorious dengan suasana hati berat. Glorious yang terus terbang di langit mulai turun di luar dinding.

[ TUNGGU BENTAR, KUROKI! ]

Bilang Shirone menyuruhku berhenti.

Saat aku berbalik, Shirone menatapku dengan ekspresi cemberut.

[ Kaya-san menyuruhku untuk mundur sekarang. TAPI INGAT PERKATAANKU INI, AKU PASTI AKAN MEMBAWAMU KELUAR DARI NARGOL! PERSIAPKAN DIRIMU!! ]

Setelah bilang itu, dia pun berbalik. Tampaknya Kaya berhasil membujuknya.

[ Ya ]

Balasku dengan suara rendah.

[ OI. APA-APAAN JAWABANMU ITU. APA KAU NGGAK SENANG YA. ]

Teriaknya marah-marah. Maksudku, aku kan punya alasanku sendiri.

[ Ano, Regena. ]

Sekarang, giliran Rietto yang memanggil Regena.

[ Makasih udah menolongku! Dan maaf untuk perlakuanku terhadapmu! ]

[ Nggak apa-apa kok, Rietto. Aku senang kau baik-baik saja. ]

Balasnya tersenyum. Aku merasa kalau senyumannya sangat mempesona.

[ Ayo berangkat, Danna-sama! ]

Setelah bilang itu, aku pun mengambil tangan Regena dan membantunya naik ke punggung Glorious.

Omiros melambaikan tangan ke arah kami. Regena juga melambaikan tangan.

Bahkan jika mereka tidak terikat seperti tunangan, aku bisa merasakan ikatan yang sangat kuat diantara mereka. Aku yakin mereka pasti akan bertemu lagi.

[ Selamat tinggal, tempat kelahiranku... ]

Gumam Regena. Kayaknya dia nangis bentar, setelah itu dia pun tertawa. Aku yakin dia pasti senang mendengarkan ucapan Rietto.

Merapikan rambutnya, dia berbalik dan menatapku.

Tak lama kemudian, kami melintasi gunung Akeron dan memasuki Nargol.

[ Baiklah, Regena. Ucapkan selamat tinggal ke Nargol yang begitu gelap dan suram ini. ]

Bilangku sambil tertawa.

[ ... Kau salah, Danna-sama. Nargol bukan tempat gelap dan suram. Kan ada kau disana, Danna-sama. ]

Regena memelukku di punggung Glorious.

[ Regena? ]

Terkejut aku tiba-tiba dia memelukku.

[ Emang benar kalau Nargol tempat yang gelap dan suram. Tapi, Danna-sama... kau begitu bersinar terang bagaikan bintang yang menyinari malam yang gelap ini. Makanya... aku nggak pernah berpikir kalau Nargol tempat yang gelap, Danna-sama. ]

Bilang Regena tersenyum sambil memeluku erat-erat.

Sepertinya dia mengucapkan kalimat yang memalukan. Tapi kuanggap itu sebagai pujian.

Glorious terus terbang bersama kami.

Nargol tempat yang gelap, tapi hatiku bagaikan matahari terbit.
Facebook twitter Google

Related Post

0 Komentar